THE SUBSTANCE
Bila film horor pada umumnya memakai kegelapan untuk menakutimu maka film ini menggunakan ketelanjangan untuk menerormu.
Jadi jika kamu insecure dengan tubuhmu sendiri, maka kamu adalah target utama untuk fim ini.
View this post on Instagram
Inilah The Substance film karya Coralie Fargeat.
Memang tidak salah pilih dewan juri di Cannes Film Festival 2024 memilih The Substance sebagai juara kategori naskah terbaik.
Film ini sukses membuat penonton tersadar bahwa beranjak menjadi tua tidaklah seburuk itu.
Persepsi bahwa menjadi tua itu buruk, lahir karena adanya “Ageisme” yaitu bentuk stereotip dan diskriminasi terhadap individu atau kelompok karena umur mereka. Celakanya Ageisme ini sangat marak terjadi dalam industri hiburan.
Maka dari itu film ini secara eksplisit juga menjelaskan kritik terhadap objektifikasi perempuan dalam dunia hiburan, yang menjadikan perempuan sebagai objek sekali pakai.
Tidak hanya kritik pada industri hiburan namun juga pada industri kecantikan, yaitu tehnik marketing kosmetik terhadap perempuan yang sering kali mengasimilasi wacana seksis dan mengatakan bahwa kewajiban perempuan adalah mempertahankan keremajaan.
Sinopsis The Substance
The Substance bercerita tentang Elisabeth Sparkle yang diperankan oleh aktris legendaris Demi Moore. Tokoh utama film ini adalah seorang aktris hebat pemenang penghargaan Oscars, saking berbakatnya nama diapun diabadikan menjadi Hollywood walk of fame.
Namun seiring waktu Elizabeth perlahan mulai dilupakan dalam dunia sinema, kini dia mencoba bertahan ada di dalam industri hiburan sebagai instruktur aerobik di televisi.
Nasib sial pun terjadi karena pemilik televisi tersebut melihat Elizabeth tidak lagi punya value seperti dulu, perlahan kecantikannya pudar. Yang membuat elizabeth pada akhirnya dipecat dari pekerjaannya.
Usia 50 tahun adalah akhir dari segalanya, begitu ucap Harvey si pemilik televisi yang diperankan oleh Dennis Quaid kepada Elizabeth.
Tidak hanya kehilangan pekerjaan tetapi Elizabeth juga mengalami kecelakaan saat berkendara, situasi ini membuat dia makin frustasi.
Di rumah sakit Elizabeth bertemu seorang perawat laki-laki yang misterius, dia memberikan sebuah Flash Drive berisikan video singkat tentang tawaran menjadi muda lagi dengan sebuah serum bernama The Substance.
Dari kisah drama slice of life perlahan menjadi horor, inilah awal mula penderitaan sesungguhnya dari Elizabeth. Untuk menjadi muda, lebih cantik, lebih sempurna ternyata perlu melewati proses menyiksa.
Serum The Substance bekerja dengan cara yang kejam, ketika disuntikkan ke dalam tubuh maka DNA Elizabeth perlahan terbelah menjadi dua menciptakan dirinya yang lain. Proses menyakitkan ini berlanjut ke level extreme, karena diri Elizabeth yang lain perlahan lahir dengan merobek punggung inangnya lalu menciptakan luka luar biasa.
Dari tubuh lansia Elizabeth terlahirnya sosok Elizabeth yang lebih muda, lebih cantik, lebih energik. Bentuk yang lebih muda ini mengadopsi nama “Sue” diperankan oleh Margaret Qualley.
Sue adalah makhluk yang begitu indah dan menjijikkan pada saat bersamaan, bila Elizabeth takut dengan ketelanjangan maka Sue adalah kebalikannya. Dia sangatlah narsistik dan bangga akan bentuk tubuh indahnya.
Meski Sue dan Elizabeth merupakan dua sosok yang berbeda secara fisik namun keduanya adalah satu kesatuan, Elizabeth sebagai inang dan Sue sebagai kloning yang cantik.
Peraturan The Substance yang wajib dilakukan adalah mereka dianjurkan saling berbagi kehidupan. Tujuh hari untuk Elizabeth dan tujuh hari untuk Sue, pergantian ini diperlukan untuk Sue agar dia bisa tidur dan beregenerasi.
Jika dilanggar maka hal buruk akan menimpa mereka, fisik mereka bisa membusuk atau lebih buruk lagi.
Jika sudah membaca premisnya maka bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak ada film lain yang bisa mengeksplorasi kebencian terhadap diri dan tubuh sendiri, dengan cara yang begitu mendalam.seperti yang dilakukan oleh Coralie Fargeat lewat The Substance.
Sebagai seorang sutradara perempuan, Coraline benar-benar paham yang ingin dia sampaikan kepada para perempuan di seluruh dunia. Bahwa Ageisme atau diskriminasi usia itu nyata adanya dan dipelihara oleh industri kecantikan.
Diskriminasi usia memiliki pengaruh yang signifikan pada lansia yang membuat para lansia merasa dirinya tidak punya tempat atau tidak punya fungsi pada lingkungan bermasyarakat, pada akhirnya menuntun mereka menarik diri dari sosial.
Coraline juga tegas dan lugas dalam menciptakan film bergenre Body Horror dengan narasi “cantik itu luka” dalam arti sesungguhnya.
Bahwa banyak sekali perempuan diluar sana menjadi korban dari cara pandang laki-laki atau Male Gaze terhadap tubuh perempuan, yang membuat perempuan menderita.
Gabungan dari ageisme dan male gaze membuat konflik internal dari film ini menjadi kengerian sejati, banyak sekali adegan yang membuat kita mual dan ingin muntah, padahal yang kita lihat adalah tubuh manusia namun dengan narasi bahwa menjadi tua itu buruk.
Yang ironis adalah ketika Elizabeth sudah punya dirinya yang lebih muda dan cantik,
dia tetap tidak bisa menikmati hidup.
Lagi-lagi karena industri kecantikan mengharuskan perempuan harus selalu tersenyum, harus merawat diri, dan harus selalu menjadi apa yang laki-laki dan industri bayangkan.
Film ini memang layak memenangkan penghargaan kategori naskah terbaik di Cannes Film Festival 2024, dan layak dapat sambutan meriah pada pembukaan Jakarta World Cinema 2024 oleh Klik Film di Indonesia.
Sebagai penutup mari kita bersama-sama tidak lagi melakukan ageisme dan melanggengkan budaya male gaze.
Menjadi menua itu alamiah, dan hadiah dari bertambahnya usia adalah menjadi pribadi yang bijak.
Maka untuk para perempuan hebat di luar sana stop menyakiti diri kalian untuk terlihat cantik, karena kecantikan asalnya dari hati.
Baca juga : Jakarta World Cinema 2024 Resmi Dibuka Bersamaan dengan Ulang Tahun KlikFilm ke-8
Kontributor: Edvan Apriliawan https://www.instagram.com/edvangelions/
Film Pembuka dan Pemenang Penghargaan Kategori Khusus Jakarta World Cinema 2024