Sebuah film karya Rahabi Mandra dan Aldo Swastia berjudul Kadet 1947 mengawali global featurenya di Jakarta Film Week , mampu menarik perhatian. Tak sampai disinipun, hingga artikel ini dibuat beberapa bioskop yang masih menayangkannya pun terlihat penuh sesak, terutama oleh kalangan tentara RI.
Hal ini disebabkan karena film ini memang mengusung sebuah cerita bersejarah di Indonesia, yang mampu membangkitkan semangat para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan RI.
Ditujukan kepada kalangan milenial dan penonton pada umumnya, memang membawa pesan agar, jangan melupakan kejadian bersejarah yang membuat Indonesia menjadi negara berdaulat penuh seperti sekarang ini.
Film bertemakan sejarah biasanya memang telah mendapatkan label akan tidak menarik, membosankan hingga tidak membangkitkan hasrat untuk menontonnya sama sekali ini, berhasil ditebas oleh duet sutradara Rahabi Mandra dan Aldo Swastia.
Kesan pertama saat menonton film ini tentunya jatuh pada tampilan sinematografi nya yang jauh sekali berbeda dengan film bergenre sejenis.
Itupun kemudian alur cerita yang dibawakan mengalir dengan gaya pop masa kini, meliputi pula beberapa adegan yang merupakan golden scene , dibicarakan dan dikenang hingga saat film ini selesai serta saat membahas film ini dengan sesama penikmat film maupun penonton pada umumnya.
Merupakan suatu keharusan dan terasa tidak afdol bagi para tentara RI untuk menonton film ini. Lalu bagaimanakah dengan kaum milenial yang merupakan target utama film ini?
Di tengah gencarnya dana bantuan promosi dari pemerintah untuk membangkitkan minat masyarakat untuk kembali menonton ke bioskop , film ini pun termasuk yang mendapatkan bantuan promosi tersebut.
Sejalan dengan itu, pada pelaksanaannnya nampaknya di tengah gempuran promosi film-film Indonesia lainnya , target market film ini yaitu kaum milenial ini baru tersampaikan pada penikmat film golongan usia milenial , belum sampai kepada masyarakat luas.
Strategi nonton bareng pun mulai gencar dikampanyekan untuk menarik minat penonton milenial skala lebih luas, namun sayangnya kembali porsi yang sedikit ini , kembali mesti berebutan dengan film-film yang telah memiliki basis penggemarnya . Mereka akan rela berulang kali menonton demi melihat “pujaan” mereka , dan bukanlah menonton jenis film yang telah mendapatkan label film sejarah yang tidak menarik serta membosankan
Sebenarnya semuanya memang kembali kepada penonton, hanya satu hal yang sangat disayangkan jika film ini tidak sampai pada target market yang dituju , karena walaupun jargon ini sudah sering diteriakkan , memang benarlah adanya bahwa sebagai anak bangsa janganlah melupakan sejarah yang membuat Indonesia berada sejajar di dunia saat ini.
Film Kadet 1947 masih tayang di bioskop , sehingga masih bisa dinikmati keindahan sinematografinya yang memang dibuat hanya untuk layar bioskop. Jangan lewatkan.