The Silent Sea telah tayang pada platform Netflix dan menghadirkan misteri, teka-teki dan thriller yang membuat penontonnya setia mengikuti alur ceritanya hingga selesai.
Review The Silent Sea, dapat dibaca berikut ini
Film ini seolah mengungkapkan sisi gelap dan keserakahan manusia, namun juga tetap menampilkan sisi humanisme romantis akan esensi kehidupan manusia dan jati diri manusia itu sendiri.
Sesuatu hal , dalam hal ini air, menjadi barang langka dan sosok peringkat manusia, menjadi penentu jumlah air yang dapat dibawa untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga, tepatnya manusia menjadi sosok utama yang lebih bernilai, dibandingkan mahluk hidup lainnya di muka dunia ini.
Ini merupakan sindiran halus bagi para penonton , disertai juga isyu seputar hewan , dalam film ini anjing, yang diselundupkan dalam kehidupan satu keluarga dan mendapatkan jatah air yang seharusnya menjadi jatah bagi manusia lainnya.
Dalam dunia yang gelap dan kusam ini, satu-satunya harapan adalah hasil riset yang berada di stasiun pangkalan Bulan, yang secara misterius diduga masih berada disana . Tak banyak yang diketahui oleh rombongan yang berangkat dipimpin oleh Kapten Han (Gong Yoo) kecuali misi yang harus mereka lakukan ini akan memberikan harapan baru bagi umat manusia. Namun sebenarnya masing-masing pribadi diam-diam, membawa misi tersendiri dan juga alasan pribadi.
Rasa penasaran penonton diwakilkan melalui karakter ilmuwan Dr. Song Ji An (Bae Doona) , yang menapak dan bertindak berdasarkan analisa akan kejanggalan-kejanggalan yang ia temui di stasiun tersebut, saat korban mulai berjatuhan.
Analisanya membuka kembali permasalahan lama yang dikemas kembali dalam lokasi berbeda yaitu kloning manusia. Gong Yoo dalam filmnya terakhir juga memerankan tokoh yang harus melindungi kloning (Seobok) , kali ini kembali memerankan Kapten Han, tokoh yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk kembali melindungi kloning bernama Luna.
Lapisan demi lapisan yang menyinggung esensi kemanusiaan dibalut lokasi sci-fi ini memang diharapkan mampu memberikan warna dan daya tarik baru bagi penonton, terkait isyu lama ini.
Secara visual, tampilan yang dihasilkan dari detil-detil dan juga akting para pemainnya yang mendukung , seperti saat berjalan di ruang yang tidak memiliki udara dan juga penggunaan kostum ruang angkasanya di ruang yang terbatas ,menarik perhatian dan memberikan warna tersendiri pada film-film Korea.
Namun isyu yang cenderung berat ini, nampaknya terlalu diberikan penekanan tersendiri, ini membuat penonton tidak merasakan memiliki ruang untuk beristirahat. Terasa tidak ada ruang humor yang ditampilkan, dikarenakan beban masalah dan misteri yang bertubi-tubi. Hal inilah yang menyebabkan , seakan sehabis menonton serial ini, energi terkuras habis dan memaksa penontonnya berpikir mengenai masa depan umat manusia.
Jadi serial ini menawarkan keseruan yang bertubi-tubi, namun sayangnya melupakan bahwa penonton pun perlu jeda , beristirahat sejenak, agar dapat menikmati dan menghibur diri mereka dengan kehadiran para pemain yang rata-rata mewakili penggemar dari ragam usia.
Serial ini memang merupakan pengembangan dari cerita pendek yang mungkin jika menerapkan tempo yang sama dalam serial ini, akan memukau penontonnya. Namun jika diterapkan dalam tiap episode demi episode , akan terasa lama kelamaan menjdi jenuh dan melelahkan
Baca juga :Ini Dia 6 Alasan untuk Menyaksikan Serial Korea Terbaru The Silent Sea
Demikian review The Silent Sea , serial ini masih dapat ditonton di Netflix