Sebuah film biografi akan segera diputar di bioskop di Indonesia , akan memperkenalkan sosok Marie Curie, pemenang hadiah nobel di bidang kimia . Marie Curie jberdasarkan hasil risetnya juga memperkenalkan hal baru bagi dunia yaitu polonium and radium.
Hasil karyanya ini ibarat dua sisi mata uang, menimbulkan akibat positif di bidang kedokteran , dengan radioaktif mampu melihat bagian dalam tubuh manusia, sehingga banyak membantu menyelamatkan banyak manusia, namun di satu pihak juga menciptakan bom , yang mengakhiri hidup manusia seketika atau meracuni bagian tubuh manusia.
Sebelumnya dapat disaksikan terlebih dahulu trailernya
Rosamund Pike ( I Care A Lot , Gone Girl) berakting meyakinkan sebagai Marie Curie , menarik simpati para penontonnya menampilkan bagaimana sosok Marie Curie yang berbeda jauh dari kebanyakan perempuan pada umumnya di jamannya.
Film ini diadaptasi dari novel Radioactive: Marie & Pierre Curie: A Tale of Love and Fallout yang ditulis oleh Lauren Redniss. Sutradara Marjane Satrapi kemudian membuatnya dalam media layar lebar, dan setelah selesai proses pembuatannya , film ini diputar di Festival Film Internasional Toronto pada bulan September 2019.
Fokus alur cerita pada film ini lebih terfokus kepada drama kehidupan , sosok perempuan muda Maria Sklodowska yang pintar namun tak mampu berkomunikasi dengan baik dengan lingkungan sekelilingnya , hingga suatu saat ia bertemu dengan Pierre Curie (Sam Riley). Pierre Curie dalam proses kehidupan selanjutnya akan menjadi partner laboratorium dan suami Maria Sklodowska , shingga ia lebih dikenal sebagai Nyonya Marie Curie atau Marie Curie.
Dapat dikatakan pasangan ini saling melengkapi dan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga melihat mereka berdua bagaikan satu kesatuan.
Saat Piere Curie meninggal, Marie Curie pun menjadi sangat kehilangan dan sempat kehilangan pegangan. Berkat dukungan orang-orang sekelilingnya ia pun bangkit, namun dengan konsekuensi tertentu.
Ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan baik pada lingkungan sekelilingnya, serta tindakannya yang dinilai melewati batas norma yang dianut pada jamannya, membuatnya mengalami banyak kesulitan. Namun ia tetap bertahan.
Karyanya pun berkembang dan dedikasinya akan penelitian, kemudian menarik puteri sulungnya Irene Joliot-Curie (Anya Taylor-Joy) untuk menekuni pula penelitian di bidang kimia dan juga berhasil memperoleh Nobel.
Dalam biografi para pemenang nobel, memang telah terlihat bahwa rata-rata , mereka memang memiliki sifat dan karakter unik, berbeda jika dibandingkan dengan orang sekelilingnya . Nampaknya ini yang menjadi fokus perhatian Marjane Satrapi, sehingga karya yang dihasilkan hanya dibahas secara garis besar belaka. Sudut pengambilan alur cerita yang lebih menititk beratkan pada sisi drama inilah yang kemudian menjadikan Marie Curie layaknya perempuan pada umumnya dan hal tersebut membuatnya menjadi sosok yang biasa saja.
Sisi menariknya adalah pada pengambilan dan penempatan alur waktu yang ditampilkan. Pada pembukaan film , Marie Curie terlihat dalam kondisi lemah , dibawa ke rumah sakit kemudian dalam proses perjalanannya itu penonton dibawa ke masa mudanya. Kemudian saat situasi berubah menjadi akhir satu babak, penonton dibawa lagi ke tempo waktu masa kini, yaitu saat Marie Curie dalam perjalanan ke rumah sakit , kemudian penonton dibawa lagi mundur ke waktu sebelumnya. Babak demi babak kilas balik dalam hidup Marie Curie , dijembatani dalam proses perjalanan tersebut (Cinemags)