Babylon karya sutradara Damien Chazelle , akhirnya tayang di bioskop dan mendapatkan sambutan beragam. Pasalnya film berdurasi 3 jam 7 menit ini, memuat beragam adegan yang dapat dikategorikan sebagai seni dalam sudut pandang industri film, namun juga dapat memberikan pandangan tersendiri bagi penonton pada umumnya.
Lembaga Sensor Film Indonesia sendiri mengklasifikasikan film tentang ironi industri film Hollywood ini untuk penonton usia 17 tahun ke atas.
Sinopsis Babylon
Babylon menceritakan mengenai masa awal kelahiran film drama-komedi dalam industri Hollywood. Dimulai saat lini waktu Hollywood sedang berada dalam masa keemasan era 1920-an. Saat itu yang hadir adalah film bisu kemudian berkembang menjadi film bersuara lalu kemudian semakin berkambang jauh menjadi film yang bewarna.
Film dibuka dengan pesta glamour kalangan bisnis hiburan, termasuk Nellie LaRoy (Margot Robbie) aktris yang kariernya begitu melesat, dan Jack Conrad ( Brad Pitt) aktor flamboyan yang terkenal dalam film-film bisu. Namun, perkembangan film dan kehidupan glamour pada masa itu membuat Nellie kecanduan narkoba, dan Jack Conrad kemudian dilupakan, ditelan kemajuan teknologi perfilman.
Sementara Manny Torres (Diego Calva), sutradara terkenal masa itu, kariernya kandas di tengah jalan gara-gara berurusan dengan tokoh mafia James McKay (Tobey Maguire). Belasan tahun sesudah kabur, Torres datang kembali ke Hollywood, dan melihat industri film Hollywood sudah sangat maju. Torres hanya bisa menangisi nasibnya, karena ia tidak terlibat sama sekali dalam kemajuan itu. Industri yang pada awalnya ia ikut membangun.
Trailer yang sempat beredar memang menampilkan bagaimana chaosnya “Babylon” , disertai dengan pesan perlu perjuangan luar biasa untuk eksis di industri film.
Adapun Cinemags , saat menonton menyaksikan bagaimana Damien Chazelle, memberikan penghormatannya sendiri pada tahun-tahun awal dari apa yang akan menjadi Hollywood modern. Banyak sisi teknikal yang akan sangat difahami dan dipuja oleh yang memahami teknik pengambilan film , membuat mereka penasaran untuk menyaksikan hingga selesai , tak peduli akan durasinya yang cenderung sangat panjang bagi rata-rata durasi film yang saat ini banyak beredar di bioskop.
Adapun dari sisi drama, terasa sekali sisi gelap industri film sangat ditonjolkan. Ini memberikan sudut pandang baru, walaupun sudah merupakan isyu yang lama. Kemudian alur komedi yang dihadirkan juga amat gelap, sehingga mungkin hanya penonton yang memahami industri film yang mampu mengerti apa yang hendak disampaikan oleh Damien Chazelle.
Bagi penonton kebanyakan, mungkin akan merasa lelah karena memang terasa ada pengulang beberapa adegan walaupun sedikit berbeda , namun ini masih diberikan jeda istirahat dengan adegan humornya.
Secara keseluruhan kepiawaan Damien Chazelle, dalam menampilkan apa yang hendak disampaikan oleh pemikirannya, hadir kembali dengan kejutan tak terduga, layaknya film-filmnya yang lain seperti Whiplash, La La Land dan First Man.
Ini merupakan karya penghargaan atas industri film yang telah membesarkan nama sutradara dan sedikit curhat dari pribadinya dan dalam beberapa kritik dan review diberikan penghargaan sebagai film terbaik di tahun ini.