Ketika Black Mirror (Netflix), sebuah serial antologi yang membawa konsep kehidupan dystopia manusia dan teknologi hadir dengan memberikan pesan kepada manusia akan pentingnya semakin berhati-hati terhadap dunia teknologi yang tanpa disadari mengakibatkan manusia terjerumus dan semakin bergantung terhadap teknologi, Arini by Love Inc hadir untuk mengisahkan konsep serupa.
Jika Black Mirror memiliki episode Hang the DJ untuk mengadopsi konsep kencan daring, Arini juga membawa penontonnya kedalam sebuah dunia di mana situs atau aplikasi kencan ini sangat terstruktur dan mengontrol.
Film produksi Visinema ini memang hanya dirilis secara daring lewat platform bioskoponline.com, selain itu merupakan spin-off dari Love For Sale 1 dan 2 yang sebelumnya tayang masing-masing pada tahun 2018 dan 2019.
Spin off ini menjawab pertanyaan-pertayaan dari film-film sebelumnya apalagi mengenai konspirasi tentang siapa Arini itu. Ada sedikit perbedaan drastis di film kali ini, minimnya komedi membuat nuansa film ini lebih mencengkam dari sebelumnya.
Arini Kusuma adalah seorang Wanita yang sebelumnya telah di sewa oleh Richard untuk membantunya mengatasi rasa kesepian setelah 20 tahun menjomblo. Tapi film tidak dimulai dari situ, sejak 10 menit pertama film dibuka dengan adengan menegangkan kita dipertemukan dengan Arini kembali dan tampaknya dia dikejar oleh seseorang. Kemudian kita benar-benar diperkenalkan kembali dengan siapa Arini sebelum ia menjadi agent di perusahaan kencan daring, Love. Inc.
Ternyata selama ini Love Inc merupakan perusahaan yang sangat manipulatif dengan membiarkan para karyawannya terikat kontrak yang sangat mengontol dan tidak manusiawi. Film karya sutradara Adrianto Sinaga, sebelumnya juga telah menggarap Bebek Belur (2010) dan Hantu (2007), ini telah berhasil membuat penonton tegang, khawatir, dan penasaran dari awal hingga akhir film.
Selain itu film juga menyuguhkan sinematografi, yang dipimpin oleh Amalia TS, sangatlah ciamik dengan pencahayaan yang membuat film terlihat sangat modern. Tidak hanya itu, penataan suara yang patut juga diapresiasi dengan memberikan suasana mencengkam dengan perpaduaan dentuman-dentuman elektronik. Pemilihan lokasi dan penataan produksi juga memberikan nuansa modern dan bersih.
Marissa Anita sebagai Trainer 1, juga menunjukan talentanya sebagai seorang aktris dengan background teater. Setiap kali Marissa tampil di layar ia kembali membawakan performa yang mengingatkan saya kepada aktor-aktor teater yang sedikit dramatis dan pembawaan bahasa tubuh yang tegas. Sangat tepat untuk karakter antagonis di film ini. Marissa terakhir kali memainkan Mia di Ali dan Ratu-Ratu Queens (2021) dan Bu Lies di Yuni (2021).
Selain Marissa Anita, Arini diperankan kembali oleh Della Dartyan , yang kita lihat sebelumnya di Akhirat: Love Story dan Tarian Lengger Maut, kedua film dirilis di tahun 2021. Della kembali lagi membawa pesona Arini dengan karakter kalem dan pendiamnya tetapi tidak hanya mendamping pemeran laki-laki di kedua film sebelumnya, Della bertransisi menjadi pemeran utama dengan sangat mudah karena pengalaman sebelumnya pula bermain di film-film horror.
Salah satu performa lain yang patut diberikan perhatian juga adalah Kelly Tandiono , disini ia memerankan Tiara, seorang ibu yang terpaksa meninggalkan anaknya di sebuah panti untuk bekerja di Love Inc. Kelly di film ini sangatlah energik dan terkadang tidak dapat diprediksi.
Terlepas dari akting, pencahayaan, sinematografi, dan penulisan yang baik, beberapa pesan-pesan dari film ini membawa kita sadar bahwa ada banyak kemungkinan hal di dunia daring baik informasi dan teknologi yang tidak kita pahami sebagai manusia. Selain itu, film ini menyentuh juga sedikit topik tentang budaya konsumerisme, pekerja seks komerisal dan sedikit mengenai pemaksaan kerja (slavery). Ketika manusia tidak lagi memilki kebebasan utuh dan tidak lagi mengenal dirinya sendiri, apalagi merasakan rasa terisolasi dari kehidupan dunia yang sebenarnya hanya semata-mata mencari keuntungan untuk perusahaan atau uang, di mana moral kita sebagai manusia.
Arini by Love. Inc sangat cocok bagi kamu yang menyukai film-film bergenre thriller dan apalagi juga bagi penikmat Black Mirror atau film bergère serupa. Film ini jauh lebih menarik membahas topik kencan daring dari pada episode Hang the DJ karena membawa konsep ke dunia yang lebih realistis dan relevan di kehidupan manusia.
Editor : Nuty Laraswaty