Sutradara Yoo Ha sudah pernah menghasilkan film-film dengan penceritaan yang berani dan berkarakteristik kuat yang membuat namanya menonjol di belantika film Korea, lewat karya-karya seperti Once Upon a Time in High School (2004), A Dirty Carnival (2006), dan Gangnam Blues (2015). Sekarang, ia kembali lewat film terbarunya, Pipeline. Menariknya, jajaran pemain penting film ini diisi dengan para pemain yang lebih sering berkutat di layar televisi ketimbang film, Seo In-guk, Lee Soo-hyuk, dan Eum Moon-seok.
Film berdurasi 108 menit ini mengetengahkan tema heist dengan sasaran pencurian benda berharga yang jarang diangkat sebelumnya. Yakni pencurian minyak, yang dilakukan dengan cara menyabotase aliran jalan minyak ke kilang penampungannya.
Kisah Pipeline dibuka saat Pin Driller, seorang pengebor kondang dalam dunia hitam pencurian minyak, bergabung dengan sebuah misi bayaran beresiko tinggi untuk melakukan pencurian minyak bernilai ratusan miliar. Ia kemudian bergabung dengan para ahli lainnya, pengelas profesional bernama Jeop Sae, Mr.Na; mantan pegawai pemerintah yang mengetahui seluk beluk tentang lintasan minyak, Big Shovel; pria gempal yang jago menggali, dan Counter, resepsionis wanita yang menjadi pengamat jalannya misi di hotel tempat dilangsungkannya misi tersebut.
Terakhir, adalah Gun Woo, penerus bisnis sebuah korporasi yang menjadi dalang operasi pencurian berskala besar ini. Ialah yang menjadi perencana aksi kriminal ini, merekrut, dan membentuk tim dari para pencuri ini, dan tidak segan berbuat kejam untuk memastikan keberhasilan misi ini. Di sisi lain, sepak terjang para pencuri minyak ini juga usut punya usut tidak lepas dari pengamatan pihak kepolisian yang juga tengah merangkai rencana untuk menangkap para pelaku kriminal ini.
Lewat Pipeline, Yoo Ha kembali dengan gaya penyutradaraan yang agak berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Kali ini sajian film garapannya menyuguhkan formula yang lebih ringan, yang sejatinya lebih bisa dinikmati oleh banyak kalangan. Walaupun tema utamanya terbilang tidak biasa, namun skema kisahnya tidak jauh berbeda dengan film-film tentang heist lainnya, termasuk di antaranya menyoroti tentang kekacauan jalannya kerjasama para karakternya.
Unsur familier ini bisa dibilang membawa plus minus tersendiri dalam film ini. Terbukti Pipeline cukup menghibur dalam hal bagaimana para karakter ini saling berinteraksi seraya mengembangkan kisah yang digulirkannya, meski dalam beberapa kesempatan alurnya mudah ditebak. Akan tetapi, di sisi lain, sulit untuk menemukan unsur menyenangkan yang benar-benar kentara dalam Pipeline.
Dalam artian, sebenarnya film ini sudah memiliki amunisi potensial untuk menjadi sajian solid, namun dalam proses deliverynya kurang berhasil, yang menyebabkan kondisi audiens ada di posisi tanggung. Untuk film yang andaikata ditujukan sebagai film serius penyajiannya tidak terlalu serius, namun jika ditujukan sebagai film komedi juga tidak memenuhi syarat sebagai film komedi.
Kurangnya eksplorasi latar dan interaksi para karakternya pun rasanya sulit untuk membuat penonton percaya mereka menjadi tim yang solid dan peduli satu sama lain. Terlebih saat konflik semakin mengerucut pada permusuhan Pin Driller dan Gun Woo. Untungnya, beberapa adegan komedi yang disisipkan, dalam beberapa kesempatan lumayan berhasil menyelamatkan film ini dari kesan menjemukan.
Terlepas dari metode aksi kriminalnya yang terbilang brilian dengan para awak pelaku misinya, sejatinya apa yang disajikan dalam Pipeline tidak jauh berbeda dengan yang tersaji dalam film-film aksi kriminal lainnya. Konklusinya sendiri, khas kebanyakan film aksi kriminal Korea, berakhir lumayan memuaskan.
Pipeline akan mulai tayang di bioskop tanah air pada 25 Juni 2021