Bagi kamu penggemar film action, di layanan multiplatform televisi kabel, IPTV, dan video on-demand Mola TV, sedang tayang film Merah Putih Memanggil yang pada tahun 2017 di bioskop dan stasiun tv swasta sempat menjadi buah bibir karena salah satunya melibatkan pula jajaran TNI dalam pembuatan filmnya. Film ini memiliki latar belakang di dua negara, yakni Indonesia dan satu lagi adalah Tongo, sebuah negara fiktif yang sengaja dibuat dalam film ini.
Kisah film ini bermula dengan disekapnya sebuah kapal pesiar ukuran sedang berbendera Indonesia Merah Putih di wilayah perairan negara tetangga Indonesia, negara fiktif Tongo, oleh sekelompok jaringan teroris internasional. Satu orang awak kapal telah ditembak mati oleh teroris karena melakukan perlawanan dan pembangkangan.
Aktor utama teroris dipimpin oleh Diego (Ariyo Wahab) sosok yang sangat bengis, kejam dan tidak punya rasa simpati. Diego dibantu oleh kaki tangannya Lopez (Restu Sinaga), dan merekalah teroris yang bermukim di Tongo, negara tetangga Indonesia
Kelompok teroris besutan Diego dan Lopez berhasil menyandera empat orang awak kapal pesiar termasuk kapten kapal beserta tiga orang warga negara lain, satu dari Perancis, satu orang warga negara Kanada dan satu orang warga negara Korea Selatan diculik dan dibawa ke suatu daerah di bagian selatan negara Tongo. Diego, selaku pimpinan penculikan meminta tebusan dari negara-negara yang warga negaranya diculik termasuk Indonesia. Sementara, TNI belum bisa melakukan bantuan apapun karena wilayah penyanderaan teroris berada di luar wilayah kekuasaan Indonesia.
Meski telah berusaha melakukan perlawanan, nyatanya aparat keamanan dan pemerintah negara Tongo tidak mampu menangani aksi keji tersebut. Kelompok teroris cukup agresif dan terlatih dalam melakukan perlawanan, salah satu penyebab Tongo gagal melakukan penyelamatan.
Negara Tongo akhirnya kewalahan dalam menghadapi kelompok teroris. Banyaknya masalah internal negara Tongo sendiri merupakan salah satu penyebab pemerintahan Tongo gagal melakukan perlawanan. Melalui hal ini, pendekatan dari Pemerintah Indonesia kepada negara Tongo membuahkan hasil, Indonesia diberi akses kepada Tentara Nasional Indonesia untuk membantu menyelasikan masalah tersebut. TNI diberi izin masuk ke Tongo untuk untuk membebaskan para sandera dalam batas waktu 2×24 jam saja. Untuk itulah TNI membuat suatu rencana OG (Operasi Gabungan) yang melibatkan semua Angkatan bersenjata Indonesia.
Seusai latihan rutin kemiliteran, kapten Norman (Maruli Tampubolon) melihat berita video tentang penyekapan tersebut. Norman yang merupakan komandan anti teror Kopassus ditugaskan untuk menyelamatkan sandera. Timnya dibantu oleh pasukan gabungan dari unsur TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Mereka hanya memiliki waksetu 48 jam untuk menyelamatkan sandera.
TNI AD melakukan operasi tertutup atau pendadakan dengan mengirimkan satu tim yang berasal dari ‘Batalyon Anti Teror Kopassus’ yang diterjunkan pada malam hari . Dalam keadaan siap siaga, mereka akan dibantu oleh pesawat tempur TNI Angkatan Udara serta kapal-kapal perang milik TNI Angkatan Laut di pantai.
Selain itu, ada juga turut serta operasi Kopaska atau ‘Pasukan Katak’ dan ‘Batalyon Marinir’ untuk didaratkan. Semua satuan-satuan dari TNI ini akhirnya dilibatkan.Meskipun pasukan khusus tersebut berhasil menyelamatkan para sandera dalam prosedur misi awalnya, mereka malah diburu dan dikejar-kejar oleh pasukan pemberontak.
Menarik dari film ini, adegan peperangannya terlihat sangat nyata dan seolah benar-benar terjadi , bahkan korban tembakan dan terluka diperlihatkan juga secara nyata tindakan-tindakan yang dilakukan hingga luka tembakan yang parah dan berdarah-darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penulis ceritanya adalah Tiopan Bernhard Silalahi atau lebih dikenal dengan TB Silalahi , seorang Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dan mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara yang memang sudah beberapa tahun berkiprah di dunia film melalui TB Silalahi Pictures.
Selain itu dalam film ini terlihat beberapa pemainnya aktingnya menonjol dan tampil apa adanya , sangat mendukung sekali jalannya cerita dengan meninggalkan kesan yang mendalam bagi para penonton, mereka adalah Ariyo Wahab, Maruli Tampubolon, dan Prisia Nasution. (cinemags/NutyLaraswaty)