Time International Films mempersembahkan film ‘Susi Susanti – Love All’ yang diproduksi oleh Damn I Love Indonesia Movies bersama Oreima Films, East West Synergy, dan Melon Indonesia.
Setelah Laura Basuki meraih kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik di Piala Citra 2020, film biopik yang diangkat dari kisah pebulutangkis legendaris Susi Susanti ini akan tayang eksklusif secara streaming sekarang di Disney+ Hotstar.
Film “Susi Susanti – Love All” menampilkan semangat nasionalisme yang dibawa di film ini melalui penampilan Susi Susanti di ajang internasional. Terlihat pula bagaimana Susi melewati menjadi atlet remaja yang sukses sampai senior yang harus memikirkan nasib keluarga dan bangsanya. Film garapan Sim F ini menjanjikan aksi badminton yang seru juga drama sentimentil dalam perjuangan meraih kemenangan.
Tahun 2020 adalah tantangan yang sangat berat bagi semua orang, sehingga pemilihan 1 Januari 2021 sebagai tanggal penayangan eksklusif film ini diharapkan dapat menjadi momentum yang membawa semangat baru untuk Indonesia sebagai bangsa pejuang seperti perjuangan yang dimiliki seorang legenda bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti. Kita akan menyaksikan rintangan-rintangan yang harus dihadapi oleh Susi dan betapa setianya ia pada mimpinya untuk Indonesia. Film “Susi Susanti – Love All” diharapkan juga dapat menumbuhkan antusiasme kita semua untuk menyambut tahun baru 2021 bersama-sama sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, Cinemags diwakili Nuty Laraswaty berkesempatan untuk mengikuti virtual roundtable interview bersama dengan Laura Basuki, Dion Wiyono, Daniel Mananta dan Sim F, terkait dengan pemutaran Film “Susi Susanti – Love All” secara eksklusif di Disney+ Hotstar
Berikut adalah rangkumannya
Laura Basuki saat memilih peran sebagai Susi Susanti menyampaikan bahwa demi memerankan karakter legend badminton Indonesia yang teknik permainannya hingga sekarang ini tak tergantikan, jadi memiliki tanggung jawab besar setidaknya berlatih semaksimal mungkin untuk bisa memainkan peran ini. Untunglah saat melakukan akting dapat menanyakan langsung pula kepada Susi Susanti, agar dapat maksimal memainkan karakter ini. Pertanyaan yang diajukan untuk kemudian menjadi dialog antara lain adalah seperti bagaimana perasaan Susi Susanti saat berada di podium menjadi juara olimpiade , hingga saat diwawancara oleh para wartawan. Hal ini dilakukan demi menampilkan akting yang baik , berperan sebaik-baiknya memerankan Susi Susanti dalam film ini.
Adapun sebenarnya yang di capture dalam film ini bukanlah permainan ataupun pertandingannya, tapi akan semangat juangnya, kecintaannya terhadap Indonesia, terhadap olah raga terutama badminton. Ini adalah salah satu peran yang paling membekas dan memorable, karena memerankan seseorang yang legend itu tidaklah mudah, banyak tantangan. Setelah selesai memainkan karakter ini, keberhasilannya sebagai seorang aktris adalah ketika peran itu bisa terus melekat dan merubah cara pandang dirinya terhadap sesuatu. Disini cara pandangnya berubah kepada seorang legend Susi Susanti, yang ternyata bisa begitu mencintai negara Indonesia ini, mencintai keluarganya, mencintai Tuhan nya dan mencintai bidang olah raga yang digelutinya.
Laura Basuki juga menyampaikan paling berkesan dalam film ini, saat harus berlatih olah raga badminton, serta kesempatan untuk berdialod dan meminta bimbingan langsung dari living legend Susi Susanti. Juga kesempatan untuk bersama Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma menonton pertandingan badminton secara live, ini yang menyebabkan hingga sekarang selalu ingin menonton pertandingan-pertandingan olah raga ini.
Dion Wiyono juga mengiyakan pendapat Laura Basuki, kemudian menambahkan Susi Susanti dan Alan Budi Kusumo adalah tokoh yang banyak menginspirasi, tidak hanya di olah raga namun juga bagi anak-anak muda maupun teman-teman, apalagi mendukung optimisme untuk tahun 2021 amatlah pas untuk menonton kembali film Susi Susanti Love All di Disney + Hotstar. SUsi Susanti mampu menunjukkan betapapun besarnya rintangan yang dihadapi, namun mampu melewati dengan sukses dan membuat dirinya menjadi seorang living legend
Sim F menyampaikan saat ini di Indonesia masih jarang film biopik karena di industri film sendiri film biopik kurang banyak peminatnya sehingga jarang dibikin, namun alasan film ini ingin sekali dibuat oleh para produsernya, ini dikarenakan belum ada film olah raga badminton, tidak ada film Hollywood yang membuat film olah raga badminton, karena jagoannya ada di Indonesia. Makanya film ini harus dibikin oleh orang Indonesia. Tantangan dalam membuat film biopik adalah memilah cerita, adegan yang pas untuk ditampilkan dalam film dan juga lokasi yang pada eranya masih ada, namun saat hendak syuting sudah tidak ada. Perlu dibuat dan di set ulang sehingga lokasi tersebut menjadi nyata dan riil buat penontonnya.
Adapun story board dari script mengalami perubahan, karena masalah durasi film, sehingga banyak hal yang hendak disampaikan harus dipotong agar dapat memenuhi durasi tersebut. Beberapa adegan terpaksa harus dibuang, namun dalam film ini sudah mencakup poin-poin yang hendak kita sampaikan.
Film ini penting sekali ditonton untuk anak muda untuk memulai tahun 2021 , setelah tahun sebelumnya kita semua mengalami masa sulit dengan adanya pandemi. Film ini bisa memberikan semangat lagi, untuk tetap berjuang tanpa kenal leah dan tetap mencintai negeri ini.
Daniel Mananta menyampaikan tertarik membuat film ini dikarenakan film ini merupakan sebuah film tentang legenda Indonesia yang ceritanya patut banget difilmkan. karena kepahlawanan Susi Susanti. Beliau menunjukkan bahwa ukuran dari kepahlawanan seseorang bukan dari seberapa hebat achievement yang sudah dilakukan buat negara ini tapi seberapa besar pengorbanan yang harus dikorbankan untuk negara ini dan pada tahun 1998, Susi Susanti menjadi seorang pahlawan olah raga di Indonesia karena pilihan yang beliau lakukan demi cintanya kepada Indonesia. Secara filosofi pun ini sangat sesuai dengan Damn I Love Indonesia, prinsip hidupnya dan sebisa mungkin ingin mengambil kisah hidup Susi Susanti untuk dapat menginspirasi banyak orang.
Lebih lanjut disampaikan film ini akan terus diupayakan disebarkan ke seluruh dunia . Telah dilakukan antara lain melalui Cannes Film Festival , sambutan yang diberikan amatlah positif dan luar biasa. Semakin membuka mata dunia akan olah raga badminton dan Indonesia. Paling berkesan sekali adalah saat ada seorang perempuan dari negara Spanyol yang tak pernah sama sekali mengenal Indonesia dan belum pernah mendengar nama Susi Susanti, namun kesukaannya pada olah raga badminton membuat dirinya menonton preview film ini. Setelah selesai menonton, ia menangis dan menyatakan ingin keinginannya untuk mendistribusikan film ini.
Lebih lanjut :
Susi Susanti mengutarakan kebanggaanya terhadap film ini,
“Melalui film ini saya berharap penonton tahu bagaimana dulu kami kalau kalah di-bully, bagaimana proses menjadi juara, pengorbanan kerja keras, hari- hari di asrama, ada di film itu”.
Daniel Mananta sebagai produser eksekutif pun mengungkapkan semangatnya terhadap kolaborasi dengan Disney+ Hotstar ini,
“Saat film ini belum diproduksi dan masih dalam bentuk naskah, saya sangat ingin mengasosiasikan film “Susi Susanti – Love All” dengan Disney, karena ini merupakan film keluarga yang akan sangat menginspirasi kita semua. Maka, dengan kolaborasi Disney+ Hotstar yang akan menayangkan film ini secara eksklusif akan menjadi kebanggaan buat film “Susi Susanti – Love All”. Saya berharap di ahun 2021, seluruh masyarakat Indonesia bisa menemukan semangat untuk berjuang kembali seperti seorang Susi Susanti”.
Susi Susanti (diperankan Laura Basuki) sudah mencintai bulutangkis sejak usia 14 tahun dan berkembang enjadi atlet paling dicintai di Indonesia. Di bawah bimbingan pelatihnya, Liang Chiu Sia dan didorong oleh janji kepada Ayahnya, Susi berhasil mendapatkan pengakuan Internasional karena memenangkan medali emas Olimpiade pertama untuk Indonesia. Ketika terjadi gejolak ekonomi, Susi menggunakan kesempatan tersebut untuk menunjukkan kepada negaranya dan dunia bahwa kepahlawanan tidak diukur oleh tingginya kesuksesan seseorang, tetapi oleh kedalaman pengorbanan seseorang. Semua ini didukung dari kecintaan Susi kepada Tuhan, keluarga, bulutangkis, pasangan hidupnya, dan juga Indonesia.