Keputusan Angga Dwimas Sasongko melakukan peralihan genre drama pada film Filosofi Kopi menjadi genre laga menuai perhatian publik.
Dewi Lestari pemilik IP (Intelectual Property) Filosofi Kopi, turut menyampaikan kekagumannya pada pengembangan yang secara masif dikerahkan Visinema setahun terakhir. “Saya sangat terkesan dengan sepak terjang tim Visinema melebarkan semesta Filosofi Kopi hingga seperti sekarang, turun menjadi berbagai format yang tidak pernah saya bayangkan—merchandise, webseries, sepeda, dll—ini menjadi bukti bahwa karakter dan dunia mereka berhasil diterima baik oleh masyarakat dan mereka tumbuh menjadi brand yang sukses.”
Keputusan yang Berani
Dalam wawancara eksklusif Dewi Lestari dengan Visinema, ia sempat bernostalgia dengan momen
pertamanya menciptakan karakter Ben & Jody. Dewi menerangkan, “Saya bikin Ben & Jody waktu masih
kuliah. Nama ”Jody” saya ambil dari serial film kartun ”Jody & Foderwing” yang dulu tayang di TVRI waktu
saya masih kecil. Nama ”Ben” saya pilih karena ringkas dan tegas.” Ketika kabar mengenai peralihan genre
mencuat, Dewi menyambutnya dengan antusias dan mengagumi keberanian Angga Dwimas Sasongko
sebagai sang sutradara. “Keputusan Angga menurut saya keputusan yang berani. Semua keputusan kreatif
tentunya punya risiko. Namun, saya menilai keputusan membuat film laga dapat menyuntikkan darah
segar juga ke semesta Ben & Jody.” Kecintaannya terhadap Ben & Jody membuat Dewi Lestari
memutuskan untuk mengambil andil dalam pembuatan film ini, yaitu sebagai konsultan cerita. “Dalam
Ben & Jody, saya kembali mengambil peran sebagai konsultan cerita, dan yang saya ulas dan telisik adalah
skenarionya. Saya tidak punya catatan khusus mengenai pembatasan jalan cerita atau pun genrenya.
Selama skenarionya solid, minim lubang plot, logis, dan mengalir, maka film tersebut punya kans besar
untuk menjadi film yang bagus dan memikat.” Terang Dewi lagi.
Bromance Chemistry Terbaik
Dewi Lestari bercerita bahwa film laga merupakan genre yang cukup diminatinya. Khususnya film Ben &
Jody, yang merangkum banyak keistimewaan. Salah satunya adalah chemistry yang terjalin antar pemain,
begitu sayang dilewatkan. “Saya penyuka banyak genre film sebetulnya, dan film laga merupakan hiburan
yang kerap saya pilih. Tentunya dengan film laga akan ada faktor lain yakni koreografi laga, kualitas
produksi dan sebagainya. Pengembangan film ini merupakan kasus langka kesuksesan IP yang mampu
bertahan dan berkembang cukup lama di industri kreatif Indonesia. Untuk semua alasan itu, film Ben &
Jody tidak boleh dilewatkan.” Tutur Dewi antusias. Penasaran bagaimana dua peracik kopi penuh karisma
tiba-tiba harus berurusan dengan komplotan penebang liar berbahaya di pedalaman?