Berkat jejaring kerjasama dan pertukaran yang dilakukan oleh Minikino, film-film pendek Indonesia dapat dikampanyekan berkeliling ke berbagai festival film pendek internasional di luar Indonesia sejak bulan Agustus 2021 sampai bulan Desember 2021 mendatang.
Pada tanggal 7-21 Agustus 2021 silam, sembilan film pendek Indonesia yang direkomendasikan oleh Minikino berhasil diputar di Berlin, Jerman berkat kerjasama dengan Soydivision collective selaku penyelenggara KAUM Indonesian Alternative Performance & Film Festival 2021. Sembilan film tersebut ialah Angpao (Stefanus Cancan, Fiksi, 2020), Menjadi Dara (Sarah Adilah, Fiksi, 2019), Benjamin’s Whistle (Aryo Danusiri, Fiksi, 2000), Jemari Yang Menari di Atas Luka-Luka (Sarah Putri Amelia, Fiksi, 2019), One of Those Murder (Jerry Hadiprojo, Fiksi, 2019), Rong (Indira Iman, Fiksi, 2019), Shin Hua (Erick Sutanto, Dokumenter, 2020), dan Matahari Terbit di Hutan (Samuel Ruby, Fiksi, 2019)
Setelah Jerman, film Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka dan One of Those Murder lanjut diputar di Italia bersama dengan Hai Guys Balik Lagi Sama Gue, Tuhan! yang disutradarai Winner Wijaya (2020). Kali ini Minikino menggandeng Nót Film Festival (https://www.notfilmfest.com/) untuk menghadirkan ketiga film pendek Indonesia tersebut di layar lebar kota Santarcangelo di Romagna, provinsi Rimini pada tanggal 24-29 Agustus 2021 yang lalu.
Pada bulan September 2021, kerjasama Minikino Film Week, Bali International Short Film dengan Seoul Yeongdeungpo International Extreme-Short Image & Film Festival (SESIFF) berhasil terlaksana.
Kali ini negosiasi pertukaran program film pendek antar festival di dua negara ini terjadi menghadirkan program SESIFF di MFW7 (3-11 September 2021) sedangkan program film pendek Indonesia Focus: Minikino Film Week diputar pada 13th SESIFF (7-12 September 2021). Selain itu, Fransiska Prihadi sebagai direktur program MFW juga menjadi bagian dari komite juri kompetisi internasional di SESIFF (https://www.sesiff.org/ ). Fransiska duduk dalam dewan juri bersama dengan sutradara Michèle Jacob (Belgia) serta IM Jinsoon (Korea).
Film pendek Indonesia terpilih dalam program S-Express Indonesia 2021, menampilkan upaya memahami tantangan keragaman masyarakat Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang multi-etnis Indonesia memiliki materi yang unik untuk diangkat ke dalam karya film pendek.
Ada enam film pendek Indonesia terpilih yaitu Mayang O Mayang (Anggita Puri, Fiksi, 2019), Shin Hua (Erick Sutanto, dokumenter, 2020), Chintya (Sesarina Puspita, Fiksi, 2019), Hai Guys Balik Lagi Sama Gue, Tuhan! (Winner Wijaya, Fiksi, 2020), dan Maria Ado’e (Gleinda Stefany, Fiksi, 2020).
Selain enam film tersebut, ada dua film lagi, yaitu Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka karya Sarah Putri Amelia dan Bura karya Eden Junjung yang diputar di SESIFF 2021 Korea,” papar programmer dan direktur program Minikino, Fransiska Prihadi.
S-Express adalah gerakan pertukaran program film pendek yang menghubungkan negara-negara Asia Tenggara. Jaringan kerja ini berjalan setiap tahun sejak diinisiasi pada 2002. Gerakan ini masih merupakan satu-satunya program swadaya, dimana pertukaran dan hubungan budaya bisa terjadi melalui medium film pendek. Kegiatan ini juga menghubungkan sejumlah programmer dan festival film di Asia Tenggara. Negara-negara yang terlibat dalam S-Express 2021 adalah Singapura, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Indonesia.
Selain diputar di 13th SESIFF (Korea), program S-Express 2021 Indonesia telah diputar di Bali pada MFW7 yang baru saja lalu. Jadwal selanjutnya adalah Desember 2021, direncanakan akan diputar kembali di kota Bangkok, dalam festival tahunan Thai Short Film & Video Festival.
Selain di Indonesia dan Korea, Minikino juga telah menyiapkan sebuah program film pendek atas undangan dari Image Forum Festival, Jepang (http://www.imageforumfestival.com/2021/ ). Tahun ini, ada sembilan program bertema “Film in Shelter” naik panggung dalam festival film eksperimental tertua dan terbesar di dunia ini.
Tema yang diangkat adalah seputar keberadaan “film” yang terancam oleh bencana alam, tekanan politik, dan berbagai alasan lainnya. Tema-tema yang diangkat seperti materi film yang hilang ataupun rusak, sampai isu lokasi pemutaran film dan pemrograman yang dipertaruhkan.
Berikut adalah film-film pendek Indonesia terpilih yang akan diputar di Theater Image Forum, Tokyo pada tanggal 27 September 2021 dan Lumen Gallery, Kyoto tanggal 29 Oktober 2021 mendatang; Citarum (Ali Satri Efendi, Dokumenter, Eksperimental, 2020), Ngelimbang (Rian Apriansyah, Fiksi, 2015), Ojek Lusi (Winner Wijaya, Dokumenter, 2017), Posko Palu (Tim Baretto, Dokumenter, Indonesia-Australia, 2019), Time Lapse (Jonathan Hagard, Animasi, Prancis- Indonesia).
“Tindakan memilih film pendek untuk program yang akan diputar, sebagai bagian dari bantuan penanganan bencana adalah pekerjaan yang akrab bagi Minikino. Pada saat letusan Gunung Agung di Bali tahun 2017, Minikino Film Week telah mengadakan pemutaran film berbentuk Pop-up cinema di beberapa kamp pengungsian. Pada tahun 2018 dan 2019, tim travelling festival MFW juga berturut-turut hadir di Lombok untuk mengadakan layar tancap,” ujar I Made Suarbawa, direktur Travelling Festival MFW.
Image Forum Festival mengorganisir dua buah dialog hybrid transnasional 25-26 September 2021, menanggapi topik bagaimana sinema bisa bertahan menghadapi kendala atau bencana. Pada panel 1, “When a Disaster Changes Cinema” menghadirkan panelis direktur program Minikino, Fransiska Prihadi, beserta Norberto Roldan (Green Papaya, Filipina) dan Kanako Nakanishi (Kawasaki City Museum, Jepang). Sementara pada Panel 2, “Navigating Through the (Political) Turbulence” menghadirkan panelis Wiwat Lertwiwatwongsa (Thailand) dan Thaiddhi (Myanmar).
Dengan demikian, sampai akhir tahun 2021 ini terhitung total 20 judul film pendek Indonesia yang dibawa Minikino Film Week untuk diputar di enam negara.