Umumnya yang namanya superhero sejatinya adalah tokoh panutan, terutama bagi kalangan anak-anak. Dengan nilai-nilai kebajikan dan moralitas yang dijunjungnya dengan sangat tinggi superhero dulunya digambarkan dengan pencitraan yang bak malaikat, serta sangat identik dengan tokoh yang luar biasa “putih” (bandingkan dengan tokoh antagonis yang notabene disebut tokoh hitam). Tidak hanya itu saja, umumnya superhero beraksi didasari dengan niat suci untuk kepentingan orang banyak, bahkan tidak jarang karena hal itu, mereka mengorbankan kebahagiaan mereka sendiri, dengan tujuan agar sanak famili mereka terhindar dari incaran musuh-musuh besar mereka. Pun demikian dengan motivasi yang mendorong mereka beraksi. Salah satu ciri khas mereka juga adalah perlakuan welas asih meski itu ditujukan pula pada musuh-musuh yang mereka hadapi.
Akan tetapi, bukan seluruh karakteristik itu yang dapat dijumpai dalam film bertema superhero yang berjudul Super ini. Justru sebaliknya, tokoh sentralnya tidak hanya tidak dibekali dengan nilai moralitas yang tinggi, bahkan dari aksi yang mereka lakukan malah membawa kerusakan yang jauh lebih parah daripada yang ditimbulkan oleh para pelaku kejahatannya sendiri.
Dibesut dengan tarikan napas yang membuat sajiannya sepintas mirip dengan Kick-Ass (yang dirilis secara luas satu tahun sebelum film ini), Super! mengetengahkan sosok superhero yang juga sangat tidak lazim. Kisah ini diangkat dari skrip setebal 50 halaman berjudul Sooper yang ditulis James Gunn, sebelum ia kemudian melejit sebagai sineas Hollywood papan dengan Guardians of the Galaxy-nya. Super! berfokus pada aksi seorang pria dalam upaya membebaskan istrinya yang ia percayai telah menjadi korban penculikan, di mana dalam prosesnya ia malih rupa menjadi sosok berkostum, didasari motif bahwa dirinya mendapat “panggilan sebagai yang terpilih” untuk menjadi seorang pembasmi kejahatan.
Frank Darbo ( Rainn Wilson) awalnya hanyalah seorang koki biasa. Hingga suatu ketika ia harus menghadapi masalah berat ketika sang istri tercinta; Sarah ( Liv Tyler) — yang ia anggap merupakan satu dari dua kenangan terindah yang pernah ia alami sepanjang hidupnya—tiba-tiba meninggalkan dirinya dan mencampakannya demi seorang pria pengedar obat bius bernama Jacques ( Kevin Bacon). Yakin bahwa sang istri berada di bawah tekanan paksaan, Darbo yang mendapat visi saat menyaksikan tayangan saluran televisi rohani, memutuskan untuk menjadi seorang pahlawan super dan menjadi pemberantas kejahatan, dengan goal utama menyelamatkan jiwa istrinya.
Membaptis dirinya dengan sebutan The Crimson Bolt, ia mulai berusaha menegakkan keadilan dengan caranya sendiri. Sayangnya, senjata pilihannya; sebuah kunci Inggris dan aksinya yang menjurus main hakim sendiri malah membuat sosoknya bias sebagai seorang superhero, dan lebih mengarah pada sepak terjang seorang psikopat sadis, karena ia tidak segan-segan melukai para pelanggar hukum baik itu terhadap pengedar obat terlarang, pelaku asusial terhadap anak di bawah umur, hingga ke pemotong antrian. Tak ayal, Darbo yang kemudian menjadi sensasi media harus berhadapan dengan para aparat penegak hukum, meski kemudian ia mulai mendapat empati publik setelah belakangan diketahui bahwa korban-korban yang dihukumnya memang mempunyai latar belakang kriminal.
Sementara itu Darbo mulai menyusun rencana untuk menolong Sarah. Dengan bantuan Libby; ( Ellen Page), seorang gadis penjaga toko komik langganannya yang memuja dan belakangan jatuh cinta padanya sebagai pendamping, Darbo melancarkan serangan frontal ke tempat kediaman Jacques.
Dikemas dengan genre black comedy, film yang diproduksi dengan dana yang sangat minim ini awalnya dipandang sebelah mata, bahkan raihan finansialnya ($324,138) pun tidak mampu menutupi bujet produksinya yang hanya memakan dana $2.5 juta. Namun, sungguhpun demikian, kasta film ini lambat laun mulai membaik, terutama di kalangan kritikus bahwa di balik kisahnya yang lumayan absurd dan ‘sinting’ ini terselip ide yang cerdas.
Meski sebenarnya apa yang disajikan dalam film ini bukan perihal yang sama sekali baru (selain kerap dibandingkan dengan Kick-Ass, tema “panggilan” yang memotivasi juga ada dalam plot kisah Jean of Arc), sajian unik dengan semangat indie yang kental mewarnai film ini sudah mampu menjadikan Super sebagai film cult secara instan. Apalagi, setelah belakangan terungkap fakta unik bahwa Super yang tadinya dituding banyak kalangan menjiplak Kick-Ass, telah ditulis sang sineas sejak 2002. Fakta ini sendiri sangatlah terpercaya karena yang mengedepankannya tak lain adalah Mark Millar; kreator Kick-Ass yang juga adalah salah satu sahabat James Gunn.
Kini, di hampir satu dekade dari perilisannya, Super! yang mengusung rating R ini hingga sekarang masih diakui sebagai salah satu film superhero terbaik, terutama oleh kalangan kritikus. Dan, berkat kegemilangannya di sini pula yang punya andil lumayan besar membawa nama James Gunn yang sekarang mendulang sukses besar lewat kontribusinya di MCU dengan lini Guardians of the Galaxy-nya.