Tahun 2023 menandakan 70 tahun perayaan program beasiswa Australia di Indonesia.
Dalam memeriahkan momentum spesial ini, FSAI 2023 akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan eksklusif yang melibatkan alumni Australia, termasuk nonton film bersama dan kegiatan networking.
Cinemags mengikuti salah satu acaranya yaitu sesi master class bersama Steve Rogers , dengan tema Masterclass: Penceritaan Berbasis Karakter
Tak hanya itu, hari ini pun masih ada satu sesi lagi bersama Victoria Duckett , dengan tema Masterclass: Produksi Virtual di Australia: pembuatan film di ambang perubahan
Dari hasil pemantauan Cinemags, para peserta yang hadir pada sesi master class bersama Steve Rogers ini terlihat sekali sangat termotivasi dan tiada hentinya bertanya kepada nara sumber.
Sesi diskusi yang di dimoderasi oleh Marissa Anita ini berlangsung hangat , saat membahas film yang dekat dengan Steve Rogers yaitu film “Sweet As”.
Film ini pernah memenangkan penghargaan, serta merupakan debut dari penulis dan sutradara Jub Clerc, terinspirasi dari pengalamannya sendiri, “Sweet AS” adalah sebuah film remaja yang menggembirakan tentang sisi lain dari persahabatan, cinta pertama, dan menemukan jati diri di jalan yang jarang dilalui.
Film ini masih dapat ditonton di Yogyakarta dan Bandung di bulan Maret , cek disini
Dalam sesi wawancara , Steve Rogers yang memiliki rekam jejak sebagai aktor di film, teater, dan televisi selama tiga puluh tahun terakhir, banyak menyampaikan hal-hal penting bagi para peserta Master Class.
Steve Rogers ikut menulis film layar lebar Sweet As bersama Jub Clerc untuk Liz Kearney (Arena Media). Film ini tayang perdana di Australia di MIFF pada tahun 2022 dan memenangkan NETPAC Award untuk Film Terbaik dari kawasan Asia Pasifik setelah pemutaran perdana internasionalnya di TIFF.
Berikut ini adalah rangkuman dari wawancara
1. Apakah bisa diceritakan lebih lanjut mengenai proses kreatif di balik pembuatan film Sweet As ?
Steve : Saya menyukai sekali ide bahwa ini merupakan cerita mengenai remaja Asia yang mengalami proses pendewasaan dalam hidupnya dan akhir cerita berakhir dengan sesuatu hal yang positif.
Remaja ini mengalami perubahan cara pandang , saat awalnya hanyalah kira-kira 1 meter menjadi lebih luas lagi ( Steve peragakan dengan mengangkat tangan di hadapannya , lalu melebarkan hingga ke arah luar badannya ).
Saya juga bangga akan fakta bahwa ini merupakan gabungan genre, ini mengingatkan saya akan masa remaja saya , saat terjadi banyak perubahan. Badan kita berubah , pandangan kita menjadi berubah. Ini adalah momen indah , saat bisa saja menyukai seseorang tanpa alasan apapun . Ini juga adalah waktu yang sangat membingungkan, sehingga ini menjadi alur penceritaan yang indah dengan banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Dalam film ini, karakter utama merasakan tekanan karena ketidak hadiran Ibunya, menurut saya ini adalah poin yang menarik untuk diceritakan.
Dengan kebingungan yang dirasakan, ini akan menjadi penceritaan menarik yang dapat dibuat film, karena karakter dapat berubah menjadi apapun.
Peserta pun kemudian menyampaikan pula, ada yang menonton hingga dua kali pemutaran dan saat menonton kedua kali merasakan emosi yang dalam.
2. Apakah yang menjadi tantangan dalam pembuatan film ini?
Steve : Ada pada kondisi alam tempat pembuatan film, seperti sejauh mana akan menjadi lokasi pengambilan gambar. Dalam artian mengendalikannya, agar proses syuting dapat berjalan dengan baik.
Ada ketentuan mengenai batasan ideal dari sebuah film dan juga biaya yang dikenakan, ini merupakan sebuah tantangan tersendiri. Sehingga terkadang, kami sebagai penulis harus juga bernegosiasi agar apa yang hendak kami sampaikan , dapat terwujud saat proses penyutradaraan
Steve kemudian menceritakan beberapa ide awal, yang kemudian terpaksa harus disesuaikan , agar memenuhi batasan ideal tersebut.
Penekanan penulisan Steve adalah pada Character Driven , disini karakternya lah yang menjadi inti dan mempertanyakan sesuatu hal untuk kemudian sejalan dengan alur cerita, karakter inipun mengalami perubahan.
Sebagai penutup Steve juga menyampaikan bahwa keindahan cinema adalah pada kesamaan antar beragam film dan juga karakter. Ini salah satu sumber inspirasinya.
Sebagai catatan tambahan Film Sweet As diputar di Festival Film Internasional Berlin ke-73 pada tahun 2023, sehingga bisa dikatakan saat ini film ini hanya diputar pada acara festival-festival.