Masih dalam rangka perayaan satu dekade Scott Pilgrim vs the World, sudah bukan rahasia lagi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya film-film yang merupakan hasil adaptasi buku, bahkan untuk kurun waktu satu dekade terakhir. Sebagian hanya mengambil aspek-aspek pentingnya sementara jalinan kisahnya sama sekali baru, sedangkan sebagian lagi berusaha seloyal mungkin dengan sumber aslinya. Dan, itulah yang ditempuh oleh Edgar Wright. Jika Anda ingin mencari tontonan adaptasi yang loyal dan kaya visual, maka Scott Pilgrim adalah pilihan yang tepat. Berkenaan dengan momentum inilah, berikut ini kami hadirkan pelbagai perihal menarik mengenai Scott Pilgrim vs the World untuk menambah informasi mengenai film ini.
Kreator Komiknya Sempat Dilema Pada Adaptasi Filmnya
Bryan Lee O’Malley usut punya usut sempat mengaku bahwa dirinya sempat terjadi pergulatan ketika pertama mengetahui bahwa pihak penerbit komiknya, Oni Press melakukan kontak dengan produser film Marc Platt untuk proposal pengadaptasian filmnya. O’Malley merasa hal itu akan membuat ia bakal melihat tokoh-tokoh kreasinya dihidupkan oleh aktor maupun aktris yang mungkin ia tidak sukai, namun di sisi lain juga ia merasa tidak peduli dan lebih membutuhkan uang yang bisa didapat dari proses itu.
Pasangan serasi
Sineas Edgar Wright dan IP Scott Pilgrim tidak ubahnya jodoh yang sudah ditakdirkan. Wright mengaku langsung jatuh cinta saat ia pertama kali membaca komik Scott Pilgrim yang diterimanya ketika melakukan tur media untuk film nesutannya Shaun of the Dead. Hal itu yang menyebabkan Wright sangat tertarik untuk memfilmkannya dan berusaha agar semua hal unik, fresh dan menarik di bukunya bisa ia wujudkan.
Film ini menjadi titik tolak banyak bintang besar
Untuk ukuran film dengan skala yang tidak besar, komposisi jajaran pemain yang dikumpulkan Wright di Scott Pilgrim vs the World sangat impresif. Pasalnya, meski saat itu kebanyakan masih belum terkenal atau tengah terpuruk (Brandon Routh-red), sekarang banyak nama-nama yang ikut ambil bagian menjelma menjadi nama-nama besar di Hollywood, seperti Chris Evans, maupun Brie Larson yang kini telah menjadi bintang kaliber Oscar. Belum lagi masih ada Anna Kendrick, Aubrey Plaza, Mary Elizabeth Winstead, dan juga Michael Cera yang melalui film ini makin memantapkan imej stereotip pemuda berkarakter unik. Tidak sedikit pula yang nantinya menjadi pemeran penting di film maupun serial superhero sukses.
Sarat easter eggs
Meski sayangnya referensi yang dihadirkan di film ini tidak semudah seperti yang ditemukan dalam Ready Player One, Edgar Wright beserta timnya usut punya usut menyisipkan banyak easter egg di dalamnya. Baik itu mengenai keterkaitan dengan materi pun perihal komiknya ataupun IP lain baik game, film, maupun komik. Beberapa di antaranya adalah referesi mengenai apartemen lama O’Malley, kaos Plumtree nama band yang menginspirasi nama Scott Pilgrim, logo dari sebuah seri game, hingga X-Men.
Menjelma menjadi Cult Klasik
Dengan segala keunikan filmnya, sangat disayangkan memang film ini dari segi pencapaian box officenya sedikit kurang menggembirakan. Sungguhpun demikian, film ini mampu menghimpun golongan fans fanatik yang tidak sedikit. Karakter-karakternya sering menjadi bahan cosplay di ajang-ajang Comic Con, sedangkan tidak jarang juga ada sesi pemutaran khusus film ini secara berkala dengan menghadirkan insan-insan film yang ikut ambil bagian di dalamnya, baik itu para pemainnya atau tim di balik layarnya.
Kerap menjadi bahan diskusi
Hasil akhir Scott Pilgrim vs the World garapan Wright ini sering menjadi bahan diskusi. Baik itu mengenai muatan filmnya, hingga sajiannya yang menjadi contoh paling efektif mengenai apa yang disebut Transmedia Storytelling. Perlu diinformasikan komik aslinya hadir dalam format hitam putih dan baru kemudian versi berwarnanya baru dirilis beberapa tahun setelahnya. Namun, karena kisah komiknya tersaji menarik membuatnya terasa berwarna. Faktor ini kemudian diterjemahkan dengan kompeten oleh Wright dalam presentasi yang sangat apik visual maupun audionya. Transmedia storytelling sendiri notabene adalah metode penyampaian narasi yang apik dengan menggunakan paduan teknik kreatif yang berbeda.
Reuni 10 tahun Scott Pilgrim vs the World
Pada tanggal 20 Juli kemarin, insan-insan yang terlibat di Scott Pilgrim, termasuk Edgar Wright, penulis naskah Michael Bacall, dan kreator komiknya Bryan Lee O’Malley beserta banyak pemainnya melakukan sesi pembacaan skrip film secara virtual dalam rangka amal waterforpeople,org sekaligus merayakan 10 tahun perilisan film di tengah masa pandemi.
Filmnya Memiliki Ending Alternatif
(SPOILER ALERT) Hentikan Membaca Jika Anda Belum Menonton Filmnya
Jika di ending film, diceritakan setelah Scott berhasil mengalahkan seluruh mantan kekasih Ramona, Scott meminta maaf pada Knives atas perlakuan buruk yang diberikannya pada gadis itu lalu kemudian memulai kembali hubungannya dengan Ramona. Namun, usut punya usut itu bukanlah ending orisinal yang pertama kali dibuat. Di ending aslinya (yang kini menjadi ending alternatif-red) setelah sukses, Scott dan Ramona justru sepakat untuk berpisah dan Scott meneruskan hubungannya dengan Knives. Hal ini memicu fansnya berdebat mana pasangan yang lebih baik.
Kejutan Menyenangkan dari Edgar Wright dan Bryan Lee O’Malley
Walaupun kisahnya sudah usai dan dalam pelbagai wawancara sebelumnya Edgar Wright sempat mengatakan bahwa tidak ada babak lanjutan mengenai film ini, namun beberapa waktu lalu sang sineas mengungkap sebuah kejutan yakni bahwa dirinya tengah berpikir serius untuk menghadirkan satu proyek yang berkenaan dengan film ini, namun tidak dalam metode yang konvensional. Penuturan lanjutan Wright mengindikasikan bahwa proyek yang akan hadir berformat animasi. Sementara, O’Malley sendiri mengungkapkan bahwa ia juga ingin menghadirkan babak baru Scott Pilgrim dengan setting masa pandemi dan kehidupannya di usia 30an. Apakah kabar kejutan ini nantinya ada yang akan terealisasi?