Film Gloria
Berlatar belakang akhir abad ke-18 di kota Venesia di sebuah sekolah biara perempuan, Teresa dan sekelompok remaja lainnya menciptakan musik kontemporer yang akan mengguncang dunia.
Gloria turut mewakili sebagai Official Competition, Berlin International Film Festival 2024
Ini adalah sebuah kisah yang mengambil lokasi di negara Venesia Italia, di awal tahun 1800. Tidak ada ide yang modern dalam kisah ini, di masa perempuan dan talentanya terpendam.
Ini adalah sebuah film yang mengambil sudut pandang perempuan dan permasalahannya , pada masa itu.
Tayang di Festival EoS2024 dengan jadwal tayang sebagai berikut:
Date | Time | Venue |
08 June 2024 | 18.30 WIB | IFI Thamrin |
12 June 2024 | 19.00 WIB | Istituto Italiano di Cultura |
14 June 2024 | 19.00 WIB | IFI Yogyakarta |
Cinemags berkesempatan menonton lebih awal film ini dan terpesona akan kejujuran penceritaan film ini.
Secara blak-blakan, penonton dibawa pada sebuah suasana yang syahdu dan menohok rasa institusi emosi penonton terutama perempuan.
Tokoh utama film ini Teresa (Galatéa Bellugi), seorang pelayan di sebuah institut Sant’Ignazio –, sejenak mengingatkan Cinemags akan film yang berjudul Musica
Baca juga :Ulasan Film: “Musica”, Tayang di Prime Video
Teresa seperti Rudy Mancuso,memiliki kemampuan untuk menggubah melodi hanya dari hal-hal sederhana yang ia dengar.
Ritme lagu segera tercipta dan hasilkan paduan yang indah , komposisi yang mengundang seorang musisi untuk memuji talentanya.
Dalam kelompok paduan suara Sant’Ignazio, semua gadis berbakat dalam musik.
Namun Teresa dapat mendengarkan musik dalam segala hal; dia juga bisa membuat musik dari segalanya.
Dari dahan berongga yang berfungsi ganda sebagai seruling hingga prototipe piano mewah yang dia temukan terkunci di ruang bawah tanah.
Teresa dapat menyebabkan instrumen apa pun menuruti keinginannya
Namun pemberiannya dilindungi; semua orang memanggilnya “Si Bisu” dan memperlakukannya dengan tidak hormat.
Kesempatan akhirnya datang saat suatu malam yang diterangi cahaya lilin, dia membuat kesepakatan dengan sekelompok musisi wanita.
Ini adalah empat wanita muda yang merupakan bagian dari orkestra Chapel Master:
- Lucia (Carlotta Gamba) ;
- Prudenza (Sara Mafodda),
- Bettina (Veronica Lucchesi) ,
- Marietta (Maria Vittoria Dallasta).
Sepanjang film , penonton akan dihadirkan akan pengalaman bagaimana pria menjajah secara fisik dan mental para perempuan ini.
Hingga akhirnya ada suatu masa, dimana mereka pun bangkit dan kejadian ini ditampilkan dengan adegan-adegan yang sangat lucu.
Kemudian pada penutup film, penonton dibawa pada sebuat tulisan yang menjelaskan dedikasi film ini ditujukan untuk para pemusik.
Para pemusik yang hadir di dalam sebuah gedung , tempat tertutup dan terbelenggu , membisu.
Teresa sebagai sosok perempuan yang “sengaja” ditampilkan sebagai sosok bisu, sebenarnya adalah representasi dari para pemusik pada masa itu.
Tanpa sadar, Cinemags pun telah belajar akan sejarah musik di balik kebisuan bangunan.
Film ini masih dapat ditonton sesuai daftar tayang yang Cinemags hadirkan di atas.
Mari saksikan bagaimana musik dan komedi menyatu menjadi keindahan sinema, hanya di EoS 2024