Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags dan tidak mencerminkan pandangan editorial Cinemags. Andapun bisa membuat artikel serupa di sini.
Suicide Squad datang ditengah tengah kita dengan harapan bahwa ini akan menjadi tonggak kebangkitan DCEU. Sejuta harapan digantungkan dikarenakan proyek DCEU sebelumnya Batman v Superman: Dawn of Justice dinilai “polarizing” dan tdak dapat memenuhi sejuta ekspektasi para fansnya. berbeda dengan Man of Steel atau BvS:DoJ film ini nyata-nyatanya mengusung premis Bad vs Evil yang tidak biasa disajikan pada film-film sebelumnya, bahkan David Ayer pernah menyatakan bahwa Suicide Squad merupakan Comic Book Movie 2.0 yang berbeda dengan tipikal film superhero lainnya. 5 Agusustus kemarin Suicide Squad tayang dengan review dan skor buruk disitus aggregator kritik. bernasib sama seperti BvS tak disangkal Suicide Squad meruapakan film yang juga polarizing di tahun 2016 ini.
Diawal film kita agaknya mendapati adegan flashback satu demi satu anggota Suicide Squad baik itu harley Queen, Killer Croc, El diablo, Captain Boomerang, Deadshot, maupun rick flagg sebagai perkenalan bagi audience yang tak familiar dengan tokoh-tokoh tersebut. Cerita kemudian berlanjut dengan rapat government body pemerintah amerika serikat mengenai keamanan dalam negri dengan ketakutan akan metahuman, maka dilontarkanlah rencana untuk merekrut penjahat-penjahat tersebut untuk diberikan tugas kenegaraan beresiko tinggi oleh seorang sosok iron willed Amanda Waller. Setelah sebelumnya mendapat pertentangan karena mereka merupakan worst of the worst human being namun Amanda Waller mengatakan bahwa mereka akan mudah untuk di blackmail apabila gagal menjalankan misinya, dari situ terbentuklah Task Force X alias Suicide Squad. Rencana tersebut agaknya tidak berjalan mulus ketika Amanda Waller ingin merekrut June moore yang dirasuki oleh penyihir tua bernama Enchantress, Amanda Walller tau benar apabila Enchantress berwatak jahat dan liar sehingga ia menyimpan jantung dan “kakak” dari enchantress guna mengendalikannya. Konflik mulai terjadi ketika Enchantress secara diam-diam membangunkan kakaknya Incubus yang terperangkap di “cursed idol” untuk memulai misi membinasakan umat manusia. Disitulah SS ditugaskan menuju midway city untuk menghentikan enchantress dan incubus.
SS merupakan film DCEU yang sejauh ini paling baik dalam menghandle karakter-karakter didalamnya, sekarang semua karakter diberikan aspek multidimensional lebih dibanding dua film pendahulunya yang terkesan terlalu serius dan “brooding”. Plot agaknya tidak terlalu non linear seperti theatrical cut BvS yang dinilai memusingkan. Banyak action dan jokes yang dapat dikatakan tereksekusi dengan baik sehingga sangat teramat menghibur. Film ini merupakan film yang fresh dimana dilema moral dan hati nurani para tokoh jahat ini diketuk dan dipermainkan sehingga kita dapat bersimpati dengan mereka, hal ini dieksekusi dengan baik di bar scene. Cameo-cameo seperti Batman dan The flash pun ditampilkan secara mengesankan dan merupakan nilai plus dalam menunjukan interconnected universe yang dibangun dua film pendahulunya. Cast-cast pun bermain dengan baik an applause layaknya diberikan kepada Viola Davies, Will Smith, dan Joel Kinnaman yang sangat stay true dengan source materialnya terlebih khusus Will Smith sebagai Floyd Lawton A.ka Deadshot yang melebihi ekspektasi awalnya. Pencuri perhatian tentunnya Margot Robbie yang tampil menawan sebagai Harley Quinn dengan kegilaan dan keseksiannya. Soundrack-soundtrack yang dikumandangkan sepanjang film pun menambah daya magis film ini.
Diantara kelebihan tersebut agaknya terdapat minus didalam film ini, terdapat kesalahan BvS yang seakan diulangi oleh David Ayer. Pemaparam para tokoh diawal benar benar seakan menghambat flow film ini sehingga pacing pun terhambat dan disisi lain beberapa transisi antar adegan tidak berjalan mulus. Cut pun terasa amat kasar khususnya pada adegan berkelahi. Dikarenakan kepanikan dan kegagalan BvS dalam meraup untung 1 milyar US Dollar, Warner Bros pun seakan panik dengan melakukan reshoot terhadap film ini yang mana itu terlihat dimana terdapat adegan yang seakan kurang sinkron. Ditengah-tengah anda akan mendapati bahwa cerita mulai kendur, banyak hal klise bermunculan dan terkesan seperti film zombie dikarenakan tidak ada “makhluk hidup” yang dilawan oleh SS dalam perjalanan ke Midway City. Interaksi para tokoh pun tak semenggigit seperti di satu jam pertama film. Jika boleh jujur, final battle merupakan adegan yang dirasa paling buruk, bagaimana bisa enchantress dan incubus yang digdaya sepanjang film tersebut dengan mudahnya dikalahkan?.
Final: terlepas dari kekurangannya agaknya berlebihan untuk mencap SS sebagai karya yang buruk, SS tetap hadir sebagai film yang menghibur dan menampilkan tema yang tidak pernah ditampilkan di film bergenre sejenis. 7,3/10.