Film Kimi adalah besutan terbaru sineas veteran Hollywood Steven Soderbergh. Berbicara mengenai Soderbergh, sineas yang satu ini dalam karier penyutradaraannya sudah memiliki track record yang menyakinkan. Ia sudah teruji piawai menangani pelbagai proyek film dengan genre beragam dengan sangat sukses. Judul-judul seperti Ocean’s Eleven, Erin Brokovich, Sex and Videotapes, Logan Lucky, Magic Mike, dan Contagion, film drama fiksi ilmiah yang kini signifikan karena sajiannya yang punya banyak kemiripan dengan situasi pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi dunia hingga sekarang.
Film Kimi memasang aktris Zoë Kravitz sebagai pemain karakter utamanya. Aktris yang bulan depan akan hadir sebagai Seline Kyle / Catwoman di The Batman ini di sini berperan sebagai ahli komputer yang harus menghadapi situasi bahaya saat menemukan ketidakberesan di sistem komputer milik klien yang sedang ditanganinya.
Rangkaian film dibuka dengan adegan penjelasan mengenai kegunaan Kimi. Sama seperti Siri dan, Alexa, Kimi adalah perangkat layanan suara berbasis cloud yang melayani pengguna yang ditunjuk. Namun, yang berbeda dari perangkat ini adalah adanya interpretasi aliran suara yang menyelesaikan masalah respons di perangkat agar lebih siap melayani pemiliknya.
Saat pandemi COVID-19 di Seattle, Angela Childs, seorang ahli komputer yang mengidap agorafobia (gangguan kecemasan saat berada di keramaian-red) secara tidak sengaja menemukan bukti tindak kejahatan saat meninjau aliran data sistem komputer dari pihak klien. Berusaha melaporkan hasil temuannya, Angela malah mendapat perlawanan dan masalah birokrasi berbelit, seakan mengisyaratkan sang gadis untuk mengurungkan niatnya itu.
Meski demikian, sudah kepalang terlibat, Angela menyadari bahwa ia kini harus menghadapi ketakutan terbesarnya, yakni keluar dari apartemennya dan pergi ke jalanan kota, yang dipenuhi oleh para demonstran setelah setelah dewan kota mengesahkan undang-undang yang membatasi pergerakan populasi tunawisma.
Tertarik untuk menyaksikan film ini dikarenakan fakta bahwa ini merupakan karya terbaru Steven Soderbergh, mau tidak pikiran berkecamuk ada di benak penulis usai menyaksikannya. Film ini mencoba menggarap banyak tema ke dalam ceritanya. Berbicara tentang agorafobia, COVID-19, teknologi, asisten digital, spionase perusahaan, privasi pribadi, pengumpulan data, dan banyak lagi. Namun, film ini hanya menggunakan tema-tema ini sebagai latar belakang, dan tidak pernah benar-benar mengembangkannya.
Film Kimi sejatinya bukanlah film yang buruk; sajiannya di disyut dengan baik dan juga Kravitz yang dipercaya sebagai ujungtombak utamanya mampu menampilkan performa yang lumayan apik. Namun, film Kimi ini sajiannya terasa datar. Boleh jadi hal ini dikarenakan premisnya yang sederhana dan sedikit banyak mengingatkan penulis pada film The Net yang dulu dibintangi Sandra Bullock yang mengusung kisah yang tidak jauh berbeda.
Soderbergh juga seperti tidak berusaha untuk menyuntikkan hal baru apapun untuk membuat film paling gresnya ini punya ciri berbeda dengan film-film sejenisnya. Menjadikan apa yang disajikannya di sini sama dengan gaya thriller klasik yang sudah banyak dibuat. Gaya ini memang efektif untuk sajian filmnya ini, namun terasa repetitif dan sangat usang untuk era film-film masa kini.
Kimi memang menghibur, tetapi penulis merasa bahwa penontonnya mungkin lupa apa yang terjadi beberapa jam setelah menontonnya. Mari berharap Soderbergh dapat kembali ke performa terbaiknya untuk menghadirkan lagi film besar di masa depan yang mampu membuat kita kembali berdecak kagum. Kami tahu ia mampu melakukannya.
Film Kimi bisa disaksikan secara streaming maupun on demand