Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags untuk lomba review film Deadpool dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan editorial Cinemags. Anda juga bisa ikut serta dalam lomba review film Deadpool di sini.
Note: spoiler alert!
Rabu, 10 Februari 2016 lalu, film terbaru Marvel baru saja dirilis. Captain America: Civil War? Bukan, itu mah bulan Mei depan. Film Marvel garapan Tim Miller kali ini menampilkan salah satu karakter superhero di Marvel, yakni Deadpool. Yak, Deadpool adalah salah satu tokoh dari komik Marvel yang diciptakan oleh Fabian Nicieza dan Rob Liefeld. Buat teman-teman yang dari dulu mengikuti kisah Deadpool di komik dan baru saja melihat fimnya di bioskop pasti berpikir bahwa sebenarnya agak kurang tepat menyebutnya sebagai superhero karena pada kenyataannya Deadpool juga kadang bisa menjadi seorang Villain.
Yap, tokoh yang berada di zona abu-abu. Superhero cap Villain. Sisi superheronya bisa kita dapatkan dari kekuatan super Wade Wilson (Ryan Reynold) yang dapat bergerak cepat, jago berantem dengan tangan kosong dan bisa menyembuhkan diri dengan cepat ketika terluka (mirip seperti Wolverine) dan sisi villainnya bisa kita dapatkan ketika si doi membunuh targetnya dengan cara yang kasar dan sadis, yah walaupun dia berpegang teguh dengan prinsip untuk hanya membunuh orang yang pantas dibunuh tapi tetap saja caranya itu lho, yang kasar. Hehe. Adegan sadis dan banyak darah inilah yang membuat film ini hanya boleh di konsumsi 17 tahun ke atas. Kesannya, penonton seperti diajak ngobrol berdialog dengan Deadpool di sepanjang film karena ia berbicara sendiri seolah-olah kita adalah pendengarnya.
Film ini berhasil membuat kagum semua penonton bioskop mulai dari scene pembukanya yang menampilkan nama-nama orang di balik layar dengan cara unik, yakni ala-ala effect motion graphic undestructible particle dan tagline yang lucu yang bersifat humblebrag, merendah tapi meninggi yang seakan-akan menjelekkan-jelekkan Deadpool padahal mereka sendiri yang buat -_-. Tidak lupa suguhan cerita cinta antara Wade dan Vanessa (Morenna Baccarin) dimana ternyata Wade divonis menderita kanker dan ia harus pergi agar tidak melukai perasaan Vanessa dan mencari orang yang menawarkan kesembuhan serta kekuatan super, rekan tidur Deadpool si nenek buta (Leslie Uggam) hingga cerita dimana terdapat dua jagoan dari X-Men, yakni Collosus, si manusia baja dengan dialek khas Rusianya dan Negasonic Teenage Warhead, gadis tomboy yang memiliki kemampuan untuk meledakkan diri seperi bom atom. Usut punya usut, ternyata pihak X-Men telah lama mengontak Deadpool untuk bergabung ke X-Men dikarenakan ia adalah superhero tapi kelakuannya kacau dan sedikit “gila”.
Yang menjadi musuh Deadpool disini adalah Ajax (Ed Sekrin), manusia setengah mutan yang tidak bisa merasakan sakit karena telah menyuntikkan gen mutan kedalam tubuh Wade dan membuat wajah Wade menjadi buruk rupa (seperti The Thing di Fantastic Four) dan ia ditemani oleh wanita cantic yang juga mutan bernama Angel Dust (Gina Carano) yang bahkan dapat memukul jatuh Collosus. Singkat cerita, Wade berhasil meledakkan lab percobaannya Ajax dan ia mencari Francis (nama lain dari Ajax) untuk mengembalikan mukanya ke bentuk semula. Oya, bahkan Bapak Pencipta Marvel, Stan Lee muncul sebagai figuran kakek tua di dalam sebuah bar erotis.
Untuk yang belum tahu, Ryan Reynold yang memerankan Deadpool juga bertugas mengurusi masalah produksi film itu sendiri aka sutradara dan seperti yang kita tahu, Ryan Reynold sendiri telah memerankan karakter pahlawan dalam 5 film, di Blade: Trinity sebagai Hannibal, di film X-Men Origins: Wolverine sebagai Wade Wilson, di film superhero DC sebagai Hal Jordan, di Green Lantern dan di film R.I.P.D. sebagai Nick Walker. Tahun 2003 dalam MTV Movies Blog, Reynolds sendiri mengatakan bahwa ia sangat tertarik untuk memainkan karakter superhero dalam satu film sendiri. Inilah yang menjadi kesempatan bagi Reynolds untuk menciptakan karakter Deadpool persis seperti aslinya and he did its. Sekali lagi, superhero cap villain. Dari awal film sampai akhir, kelakuannya memang sangat “gila” dan nyeleneh. Kadang bergaya seperti banci dan lebay tapi itu yang membuat karakter Deadpool hidup.
Beberapa joke yang terlontar bahkan sangat crunchy sekali untuk membuat kita tertawa. Mulai dari kalimat “don’t make the suit green or animated” ketika Wade Wilson akan disuntikkan gen mutan oleh Ajax (Ed Sekrin) yang menyinggung peran Ryan Reynolds dalam film sebelumnya yang menjadi Green Lantern, kalimat ketika ia menyinggung Blade Trinity, ketika Weasel (T.J. Miller) yang menjadi rekan ngobrol Wade di bar mengatakan “aku menyesal sekali tidak ikut denganmu karena aku memang tidak mau ikut” saat Deadpool akan mengejar Ajax, saat Wade mengatakan bahwa orang yang merekrut dia agar ikut program yang bisa menjadikan Wade menjadi lebih kuat dan menyembuhakan kanker yang ia derita dengan sebutan Agen Smith karena memang gaya berpakaian The Recruiter tersebut mirip Agen Smith di film The Matrix dan saat Deadpool mengatakan kepada Negasonic dan Collosus “kenapa tempat tinggal X-Men sepi sekali, apakah studio ini tidak punya cukup uang ?” (suerr, saat percakapan ini saya tertawa lepas, padahal X-Men dan Deadpool sendiri berada di bawah bendera 20th Century Fox. Hahahaha). Atau yang paling parah ketika di scene terakhir, Deadpool membuka restleting celananya di samping Negasonic untuk menarik keluar celana dalamnya yang berwarna putih untuk digunakan sebagai bendera tanda menyerah. Hahaha. Sekilas gaya bicara Deadpool mirip dengan pemeran Ace Ventura, Jim Carrey. Menyebalkan dan banyak omong. Hehe.
Selama saya menonton, saya sering mendengar decak kagum para penonton lain akan superhero yang satu ini seakan apa yang mereka lihat terasa wah sekali padahal ya, Deadpool sama dengan superhero Marvel lainnya hanya saja cara pembawaan karakternya yang berbeda jika dibandingkan dengan Iron Man dan Captain America. Dia lebih gila, eksentrik dan kacau. Hehe.