Nobar film pendek ‘Menjaga Rasa’ diadakan di CGV BEC Bandung pada 19 April 2017 dalam rangka menyambut perayaan ulang tahun dagangan kuliner ‘Makaroni Ngehe’ yang juga ikut dihadiri oleh Cinemags. Bapak Ali Muharam selaku pihak owner sekaligus produser dan penulis naskah memiliki cara unik tersendiri untuk merayakan ulang tahun ke empat ini dengan menyiapkan sebuah film indie pendek menggandeng sutradara muda Fachri Al Jupri yang telah cukup aktif memproduksi beberapa film pendek diantaranya berjudul ‘Bias’ dan ‘Abid’.
Diakui bapak Ali bahwa kegiatan memproduksi film sekaligus promosi ‘Makaroni Ngehe’ datang dari hobinya di bidang penulisan dan sinema, dengan dibuatnya film indie yang tidak semata-mata hanya bertujuan untuk menjual produk ini diharapkan menjadi langkah awal untuk lebih jauh memproduksi film indie untuk ke depannya. Film pendek yang dilanjut dengan nobar ‘The Fate of The Furious’ ini sayangnya hanya berdurasi sekitar 7 menit 14 detik, namun rencananya akan dibuat sekuel kelanjutan. Isi acara antara lain diawali dengan pembagian majalah Cinemags kepada para audiens, sesi Coffee break dan sambutan dari pihak sponsor. Acara nobar ini selain disponsori ‘Makaroni Ngehe’ juga disponsori oleh teh peredam rasa pedas, ‘Ichitan Yen Yen’.
Selain di Bandung, acara nobar ini juga diadakan di CGV Grand Indonesia Jakarta dan CGV Hartono Mall Yogjakarta.
Menjaga Rasa
A film by Ali Muharam ( produser & penulis skenario)
Sutradara : Fachri Al Jupri
Penulis Skenario: Ali Muharam & Alexander Thian (@amrazing)
Sinopsis:
Seperti kebanyakan remaja di usianya, Mia (Nanda Mahardhika) memiliki impian mengunjungi menara Eiffel suatu hari nanti. Namun di satu sisi ia pun sepenuhnya menyadari bahwa impiannya itu sekedar impian siang bolong, Ia beranggapan bahwa di Jakarta yang keras ini ada dua jenis tukang mimpi. Pemimpi yang masih menerima realita yaitu para pemimpi yang bekerja seperti mesin di tengah rutinitas dan jenis kedua adalah Zombie yaitu mereka yang hanya bisa bermimpi namun terlalu malas untuk mewujudkan impiannya. Di sela rutinitasnya bekerja sebagai pegawai kantor, ia hobi sekali melamun terutama mengenai Bill, teman sekantornya yang kerap kali memberikan sikap acuh tak acuh kepadanya hingga suatu hari tanpa kesengajaan mereka bertemu. Sejak itu Mia yang pelamun sekaligus pesimis seakan memiliki suatu harapan entah apa itu, yang pasti menurutnya, hidup tanpa harapan adalah hidup selayaknya Zombie.
Film low budget yang pendek dan singkat namun efektif dalam menyampaikan pesan. Sangat lekat dengan kehidupan ordinary life para remaja menuju dewasa dimana mereka masih menjejalkan pikiran dengan impian dan masih belajar menyesuaikan diri dengan realita. Keseharian yang ditampilkan pun lebih terasa membumi. Alih-alih mengekspos rumah gedung bertingkat atau mobil mewah, film ini menampilkan kehidupan anak kost serta impiannya yang begitu tinggi yang akan terlihat timpang di mata penonton. Kekuatan film pendek ini ada pada dialog batin si tokoh utama, para audiens diajak menyimak isi pikiran, impian sang tokoh. [Mika]