My Annoying Brother
Adaptasi dari film Korea berjudul sama dari sutradara Kwon Soo-kyung Korea ini, seakan menunjukkan bagaimana industri film Indonesia saat ini sedang bergerak.
Beberapa tahun ini memang terasa adaptasi film, lekat dengan industri film di Indonesia.
Menggandeng aktor dan aktris ternama di Indonesia, lalu membuat skenarionya menjadi lebih mengenalkan pula budaya Indonesia.
Memang merupakan trend yang menjadi titik kebangkitan industri film Indonesia.
Dalam hal ini, Cinemags merasakan dan melihat hal yang sama terulang lagi pada film ini.
Setelah sebelumnya pada film Hello Ghost, Kang Mak , Miracle in Cell No. 7 , My Sassy Girl (film 2022) dan lain-lain
Review My Annoying Brother
Walaupun saat pengenalan pembuatan film ini telah diterangkan, bagaimana adaptasi ini tidak semerta merta mengikuti pola yang sama.
Namun mau tak mau, Cinemags tidak terlalu banyak merasakan perbedaannya.
Jika hendak mengusung dan mengangkat budaya Indonesia yang kemudian ditempelkan dalam film ini.
Rupanya perlu banyak sekali riset mendalam, akan lokasi kejadian, tahun peristiwa film ini terjadi dan hal-hal yang sesungguhnya dapat membantu menaikkan lebih jauh lagi kelokalannya.
Namun saat Cinemags menyaksikan film ini, hanya terasa sebagai pengulangan film dan penerjemahan penggunaan bahasa Indonesia, dengan pemeran para aktor yang sedang naik daun.
Tidak terasa sama sekali unsur-unsur budaya yang dimaksud saat preskon pengenalan film ini.
Sisi komedi film ini, memang terasa sekali terbantu dengan kehadiran Kristo Immanuel.
Sebagai aktor Indonesia, terlihat sekali bagaimana ia mendalami perannya yang termasuk peran pembantu kunci.
Terasa dengan logatnya , ia mampu menunjukkan identitas budaya Indonesia.
Adapun para pemain utama lainnya, yaitu Vino G. Bastian dan Angga Yunanda, terlihat bermain aman dengan tanpa peningkatan pendalaman aktingnya.
Cinemags masih merasakan seakan melihat bagaimana kedua aktor ini dalam film-film mereka sebelumnya.
Upaya penambahan alternative adegan tambahan ala Indonesia, justru terasa melebarkan permasalahan.
Sehingga dalam pengembangan film Indonesia selanjutnya.
Apakah sisi budaya , kembali akan menjadi embel-embel pemanis belaka?
Apakah penulis skenario adaptasi , harus diberikan keleluasaan untuk “lebih” dapat lagi mengembangkan gagasan / ide yang nyeleneh dari konsep adaptasi awalnya?
Nampaknya ini masih jadi pr dari rumah produksi di Indonesia , jika masih mengikuti trend mengadaptasi film.
Alih-alih menciptakan sendiri karya dari Indonesia, yang tentunya lebih fresh dan meneynangkan untuk ditonton.
Catatan
-
Cast Selain Vino G. Bastian dan Angga Yunanda, film ini juga dibintangi oleh Caitlin Halderman dan Kristo Immanuel.
-
Sutradara dan penulis naskah asli
Film ini disutradarai oleh Kwon Soo Kyung dan naskahnya ditulis oleh Yoo Young Ah. Adapun untuk versi Indonesia disutradara Dinna Jasanti.
Penulis skenario Sheila Timothy, Deliesza Tamara, dan Tumpal Tampubolon. Di sisi lain, Sheila Timothy bersama Justin Kim dan Aoura Lovenson bertindak sebagai produser.
-
Versi Korea Dalam versi Korea, film ini dibintangi oleh Jo Jung Suk, Park Shin Hye, dan Do Kyung Soo atau D.O dari boyband EXO.