Batman v Superman: Dawn of Justice akhirnya tiba juga di layar lebar. Kita dipaksa menunggu selama 3 tahun sejak pengumuman resmi film ini. Saat itu Warner Bros (pemegang lisensi resmi untuk film-filmnya DC Comics) memproklamasikan bahwa yang akan berperan sebagai Bruce Wayne aka Batman adalah Ben Affleck. Dan bisa diduga reaksi dari para penggemar komik maupun film superhero. Semua menghujat bahkan mengutuk. Karena itu pula lah Ben Affeck memutuskan untuk mengasingkan diri dari dunia online karena tak tahan dengan cercaan.
Yup, itu hanya sekadar intermezzo untuk mengingat kembali. Yang pasti Batman v Superman: Dawn of Justice tayang di Indonesia mulai tanggal 23 Maret 2016 kemarin. Indonesia diberi kepercayaan untuk tayang lebih dahulu dibandingkan negara-negara Asia, juga Eropa, bahkan di Amerika Utara sendiri. Wow!
Berhubung film ini disutradarai oleh Zack Synder, sosok yang juga menghasilkan film-film seperti 300, Watchmen, Sucker Punch serta Man of Steel, sudah bisa ditebak bagaimana isi dari film ini. Ya, benar! Batman v Superman: Dawn of Justice mengambil sisi yang gelap dan serius. Miskin dalam aksi, namun sekali beraksi mempertontonkan pemandangan yang brutal dan sadis. Juga jangan harap bisa dijumpai guyonan-guyonan yang renyah sepanjang film ala film-film superhero-nya Marvel/Disney.
Mau serius atau ringan, tentu tidak masalah. Namun yang menjadi gangguan dalam film ini adalah gaya bercerita Zack Snyder. Sepertinya ia bingung mau konsentrasi pada elemen cerita apa. Semua diceritakan. Hasilnya apa? Kacau. Paruh pertama alur cerita seperti pergi tak tentu arah. Ditambah lagi dengan banyak drama nan datar. Membuat penonton lelah. Untunglah paruh kedua dapat berjalan dengan baik bahkan bagus. Dan terbayar lunas pada 30 menit menjelang akhir di mana segala klimaks/puncak keasyikan film ini bisa dirasakan.
Poin plus dari penyutradaraan Snyder di film ini adalah bahwa Batman v Superman: Dawn of Justice dibuat selogis-logisnya ataupun senyata-nyatanya. Baik itu dalam gaya pertarungan antara dua tokoh komik superhero yang ikonik, maupun juga dari sisi emosional dan pergolakannya. Di mana Superman (masih diperankan Henry Cavill) tidak menyukai cara-cara Batman menghukum para pelaku kriminal, dan Batman yang juga tidak setuju dengan cara pertarungan Superman yang seenaknya membahayakan orang lain. Hal itu didasari karena pergolakan hati masing-masing. Superman yang berusaha menjadi orang benar namun masih dicap salah oleh sebagian orang. Sementara Batman yang doyan memberantas kejahatan tapi belum pernah bisa menemukan makna sesungguhnya dari perjuangannya itu. Inilah yang melatarbelakangi perselisihan serta ketidakpahaman antara Batman dan Superman. Yang akhirnya diprovokasi dan dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk kepentingan tertentu.
Selain duel maut serba hancur-hancuran antara Batman dan Superman yang memanjakan dan menakjubkan mata penonton, yang juga menjadi selling point dalam film ini adalah kehadiran Wonder Woman. Bisa dikatakan bahwa penampilan Wonder Woman yang bernama asli Diana Prince benar-benar mencuri perhatian penonton. Kehadiran Gal Gadot, aktris berdarah Yahudi, menjadi daya tarik tersendiri di mana di film ini ia tampil begitu mempesona dengan aura seksi serta misteriusnya itu.
Keseruan lain juga datang dari sang monster ciptaan Lex Luthor, yakni Doomsday. Mahluk ini berhasil menciptakan kengerian tersendiri. Menebarkan rasa khawatir bagi Trinity (Superman, Batman dan Wonder Woman). Dan Berkat Doomsday lah kita bisa menyaksikan bagaimana Trinity saling bahu membahu secara tim untuk mengalahkan Doosmday!
Batman v Superman: Dawn of Justice sah-sah saja bila dikatakan sebagai pembuka jalan menuju Justice League. Hal ini bisa dilihat dari cameo-cameo para “metahuman” yang ada dalam film ini. Tentunya akan membawa kita kepada referensi superhero lainnya. Di saat Marvel/Disney membutuhkan beberapa judul film agar bisa terhubung ke Avengers, DC/Warner Bros cukup dengan Man of Steel dan Superman v Batman: Dawn of Justice untuk membawa ke Justice League. Terkesan dipaksakan dan kurang rapi. Sebab ada beberapa origin yang belum disampaikan. Namun saya yakin hal ini akan dipoles pada film-film DC/Warner Bros selanjutnya.
Sebagai film superhero, menurut saya Batman v Superman: Dawn of Juctice yang total durasi waktunya memakan 2,5 jam ini masih cukup layak untuk disimak. Memang ada beberapa kekurangan, namun berhasil tertutupi dengan kelebihan lainnya. Jangan pedulikan rating film ini di berbagai situs atau portal film. Terutama Rotten Tomatoes yang memberikan rating 34% (sampai saat saya menulis review ini). Karena selera masing-masing orang tentu saja berbeda.
Oh iya, film ini diberi rating usia 13+. Ada baiknya anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun untuk tidak diajak nonton. Selain ada beberapa isi yang tidak pantas, juga banyak bagian-bagian yang agak susah untuk dicerna dan dimengerti. Justru kebingungan yang didapat nantinya.
Semoga berkenan.