Di dunia aksi live action DC, Justice League telah menerima sorotan luar biasa berkat Zack Snyder’s Justice League. Namun, film terbaru Warner Bros. Animation berfokus pada Justice Society of America yang agak terlupakan, sebuah kelompok yang diciptakan selama masa keemasan buku komik untuk melawan Perang Dunia II. Jadi, untuk menjelajahi kumpulan pahlawan asli DC, animasi DC terbaru menggabungkan narasi perjalanan waktu Flash untuk mengirimnya kembali ke Perang Dunia II dan bertarung bersama Justice Society of America melawan invasi Nazi.
Berbicara mengenai film-film animasi DC, sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan dari mereka seringkali menjadi proyek yang sangat menarik karena memiliki kebebasan untuk menceritakan pelbagai cerita tanpa batasan yang datang dari jagat storyline live actionnya. Ada juga fleksibilitas yang lebih besar dalam hal penceritaan dan gaya visual sehingga banyak yang hasil akhirnya menjadi berbeda dan ikonik mengambil materi sumbernya. Itulah yang juga kentara dihadirkan di Justice Society: World War II.
Di film animasi DC terbaru ini, yang ditonjolkan adalah latar kisahnya. Hasilnya, epik para adiwira saat perang ini ibarat membangkitkan era perdana komik DC klasik tanpa terikat padanya maupun premis yang punya kaitan dengan kisah-kisah sebelumnya. Justice Society: World War II bergantung pada premis cukup sederhana yang berfokus pada Barry Allen alias The Flash (Matt Bomer) yang mempelajari pelajaran hidup penting dari petualang menembus waktu, dalam upaya menyeimbangkan kehidupan pribadinya dengan identitas metahumannya, The Flash.
Saat tengah menjalani liburan bersama kekasihnya, Iris West di Metropolis, Barry yang melihat ada kekacauan di kota. Ia kemudian bertemu dengan Superman yang sedang berhadapan dengan salah satu musuh besarnya, Brainiac.
Di pertempuran itu, dalam upaya menyelamatkan Superman dari serangan fatal Brainiac, The Flash secara tidak sengaja menembus ruang dan waktu yang menyebabkan dirinya terlempar ke era Perang Dunia II dan bertemu dengan tim metahuman yang ditugasi memerangi Nazi. Tim ini terdiri dari Wonder Woman (Stana Katic), Hourman (Matthew Mercer), Hawkman (Omid Abtahi), Black Canary (Elysia Rotaru) dan Flash lain alias Jay Garrick (Armen Taylor) dengan didukung oleh Steve Trevor (Chris Diamantopoulos), perwira militer yang jatuh cinta pada Wonder Woman). Sambil mencari cara untuk bisa kembali ke asalnya, Flash kemudian membantu tim yang menamakan diri sebagai Justice Society ini yang dalam prosesnya memberikan Barry banyak pelajaran berharga untuk kelangsungan sepak terjangnya.
Plot cerita film Justice Society: World War II ini punya karakter mirip dengan film animasi DC yang sama-sama berfokus dari tokoh The Flash, The Flashpoint: Paradox, yakni menceritakan kejadian yang dipicu oleh perjalanan ruang dan waktu yang dilakukan Flash, menampilkan versi lain dari karakter DC yang sudah dikenal luas, hingga invasi bangsa Atlantis ke daratan. Namun, yang menjadikan berbeda adalah visual grafisnya yang bergaya retro. Animasi DC terbaru ini menyertakan cukup banyak karakter tetapi melakukan pekerjaan yang baik dalam menyempurnakan banyak cerita mereka.
Secara visual film ini mengesankan. Ada kualitas klasik pada animasi yang sesuai dengan periode waktu yang berlaku saat cerita berlangsung. Masing-masing karakter dirancang dengan indah dan lingkungannya menakjubkan di beberapa tempat. Set piece sangat kreatif meskipun lebih banyak yang bisa dilakukan oleh kedua speedster karena penggunaan kemampuan terkait biasanya sangat mendasar. Meskipun begitu, ada banyak variasi pada aksi yang diberikan oleh para karakter dan kepribadian mereka muncul dari cara mereka berperilaku yang membuat sebagian besar urutan pertempuran lebih bermakna. Barry Allen yang kehilangan waktu ditempatkan dengan sempurna untuk mengamati tim dan dinamika interpersonal yang menginformasikan perjalanan emosionalnya yang kuat.
Ceritanya sendiri lumayan berliku dengan konklusi yang mudah diprediksi, tapi seperti sudah disinggung sebelumnya, bobot yang sebenarnya dari film ini datang dari pendekatannya terhadap karakter dan hubungan mereka. Didukung performa vokal para penyulih suaranya yang mampu menghidupkannya dengan sangat apik.
Sedangkan, berbicara mengenai minusnya, adapun beberapa kelemahan dari Justice Society: World War II adalah stolylinenya yang terasa simpel dan kurang digali detailnya (salah satu yang paling mengecewakan adalah tidak ada adegan follow up mengenai nasib Justice Society ini di konklusi filmnya-red), membuat mereka yang kurang paham dengan komiknya berpotensi merasa bingung dengan peristiwa tertentu.
Secara keseluruhan, terlepas dari kelemahannya, Justice Society: World War II adalah sebuah pertunjukan yang kuat yang akan menghibur penggemar film komik sambil juga memasukkan detail yang akan dihargai oleh lebih banyak penggemar berat. Pada akhirnya, Justice Society: World War II adalah tontonan adiwira DC yang berpadu dengan sangat baik dengan kegetiran dan kenyataan dari tema perangnya, membuat tontonan berdurasi kisaran hampir 1 ½ jam ini menyenangkan.
Justice Society: World War II dapat disaksikan secara on demand di sini dan juga telah tersedia dalam DVD dan Blu-ray.