Mekong 2030 (2020) sebuah antologi berisi lima film naratif pendek dari negara Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar menjadi film pembuka penanda perhelatan JAFF 15 ‘Kinetic’.
Meski dapat diakses melalui daring, penonton dapat menyaksikan Film Mekong 2030 (2020) secara luring di Kedai Kebun Forum Yogyakarta pukul 17:00 WIB dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Menghadapi pandemi yang belum usai, upacara pembukaan festival dilaksanakan secara daring melalui kanal YouTube Jogja-NETPAC Asian Film Festival.
Pembukaan dimulai dengan sambutan dari Festival President JAFF yang memaknai Kinetic sebagai gerak untuk selalu bangkit dan mengatasi segala hambatan.
“Saat ini kita dilanda pandemi COVID-19, tetapi kita bertekad sejak awal tetap menyelenggarakan festival ini. Kita percaya bahwa sebuah festival adalah perayaan tentang hidup dan JAFF berharap dapat memberikan inspirasi, optimisme, dan solidaritas dengan sesama”, tuturnya.
Berkeyakinan sama dengan Festival President JAFF, Ifa Isfansyah selaku Festival Director JAFF merasa dua bencana yang terjadi pada tahun 2006 dan 2010 merupakan pengalaman, untuk tetap percaya dapat menyelenggarakan festival di tahun ini. Meski bukanlah hal yang mudah, dukungan dari berbagai pihak mengantarkan JAFF 15 ‘Kinetic’ tetap berlangsung.
“Saya secara khusus menyampaikan terima kasih kepada 15 komunitas film di Indonesia yang membuat penyelenggaraan festival tahun ini tidak kehilangan esensinya. Akar dari JAFF adalah komunitas film dan festival ini dibesarkan oleh komunitas film”, jelas Ifa Isfansyah.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Wakil Gubernur Daerah istimewa Yogyakarta (Wagub DIY) yang sepakat dengan Pedro Almodovar bahwasanya sinema dapat mengisi ruang-ruang kosong dalam kehidupan. Baginya, festival film memiliki fungsi penting bagi masyarakat.
“Ditengah layanan bioskop konvensional yang terdisrupsi, JAFF 15 dapat menjadi alternatif untuk mendapatkan tontonan yang segar, berkualitas, dan menghibur”, ujar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X.
Beliau juga mengajak penonton dan segenap pihak yang terlibat pada festival ini untuk berdisiplin menjalankan protokol kesesatan demi keselamatan bersama di masa adaptasi kenormalan baru.
Sebagai salah satu festival film terbesar di Indonesia, JAFF juga terlibat secara luas bersama 29 negara dan 14 kota lainnya yang tersebar di Indonesia.
“JAFF NETPAC ini memang dampaknya terhadap perkembangan sinema di Asia cukup signifikan, khususnya memberikan warna lain dari penyelenggaraan festival dengan sifatnya khas Indonesia atau khas Jogja yang dalam hal ini memang menekankan keintiman, kehangatan, kolaborasi, dan kerjasama dalam melihat kemungkinan-kemungkinan terbaik untuk mengembangkan sinema di Asia”, ungkap Dr. Hilmar Farid sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kontribusi JAFF juga memberikan dampak positif pada berbagai sektor kehidupan.
Hal ini turut disampaikan oleh Yuana Rochma Astuti perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), bahwa program yang diinisiasi JAFF dan Kemenparekraf/Baparekraf ini diharapkan dapat menguatkan daya guna film dalam konteks ekonomi, tidak hanya untuk sineas saja, tetapi juga aspek-aspek lain yang terkandung dalam film tersebut.
“Dalam pemutaran film secara daring ini, dihadirkan film-film yang tidak hanya mampu membawa aspek emosional kepada penontonnya, tetapi juga mampu menjadi jembatan
informasi atas berbagai persoalan sosial kultural yang terjadi di Indonesia serta memiliki dampak ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung.” ucap Yuana Rochma Astuti.
Keberlangsungan Jogja-NETPAC Asian Film Festival datang dari berbagai elemen seperti para pelaku ekonomi lainnya, komunitas-komunitas dan pemerintah.
“Kami dari Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, mengapresiasi atas pelaksanaan JAFF tahun ini dengan harapan sineas-sineas Indonesia dan Asia bisa serta mampu menunjukkan kapasitasnya di ajang yang lebih tinggi”, pungkas Sumadi SH, MH perwakilan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
sambutan upacara pembukaan JAFF 15.
Penampilan spesial oleh Sekar Sari dan Mila Rosinta juga mewarnai upacara pembukaan JAFF 15 ‘Kinetic’. Melalui arahan Kamila Andini dan Wahyu Agung Prasetyo, tarian tersebut
menggambarkan kehidupan sinema dan bioskop yang beranjak mulai hidup kembali.
Terhitung sejak 25 November 2020, penonton sudah dapat menyaksikan sajian film-film pilihan yang akan ditayangkan melalui kanal KlikFilm.
Film-film tersebut terbagi atas program-program yang menawarkan berbagai perspektif dari konteks isu, sosial, ekonomi, dan budaya dari berbagai negara Asia. Hal ini sebagai upaya untuk merespon gerakan sinema Asia yang selalu bergerak, beradaptasi, dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Total sebanyak 128 film (57 film panjang dan 71 film pendek) dari 29 negara seluruh Asia Pasifik akan ditayangkan dalam serangkaian program non-kompetisi.
Selain program film, tahun ini JAFF juga konsisten menawarkan program-program yang fokus pada edukasi seputar pembuatan dan perkembangan film.
Program ini terbagi atas program Masterclass dan Public Lecture yang juga dapat diakses secara daring melalui kanal KlikFilm mulai dari 25-29 November 2020.
Pandemi tidak menghentikan semangat pergerakan sinema Asia Pasifik JAFF 15’Kinetic’ yang akan dilangsungkan selama lima hari secara daring melalui kanal KlikFilm dan luring di Kedai Kebun Forum Yogyakarta serta 14 kota lainnya di Indonesia.
Seluruh informasi JAFF 15 ‘Kinetic’ dapat dilihat melalui laman www.jaff-filmfest.org serta media sosial @jaffjogja. Bersama merayakan pergerakan sinema Asia. (2020)