Jika Anda berharap menemukan horor supranatural di film ini, mungkin Anda akan sedikit kecewa karena film ini lebih mengarah pada kisah kriminal ala-ala True Detective, namun begitu tetap banyak yang melabelinya sebagai film horor. Tidak salah juga karena sekitar satu jam pertama film ini mengisahkan kejadian-kejadian misterius yang membuat penontonnya bertanya-tanya dan membuat kesimpulan akan adanya hantu di kediaman keluarga Harper.
Film arahan sutradara Adam Randall ini secara garis besar ingin mengungkapkan misteri anak hilang, namun lebih sering memperlihatkan permasalahan mikro dalam rumah tangga detektif Greg Harper (Jon Tenney) yang tidak harmonis sebagai pengalih perhatian.
Di mata Connor Harper (Judah Lewis), ayahnya adalah sesosok pahlawan yang bakal ia bela mati-matian, karena alasan itu pula Connor memiliki dendam kesumat kepada ibunya sendiri, Jackie (Helent Hunt) karena main serong dengan teman masa SMA nya. Di sela-sela kehidupan rumah tangganya yang toxic, Greg dibebani tugas untuk menyelidiki kasus anak hilang dan sejak itu banyak terjadi kejadian aneh di rumahnya seakan hantu si anak hilang datang ke rumah mereka.
Usut punya usut rentetan kejadian misterius ini akan terkuak di tengah film dengan memperkenalkan kisah yang sama sekali baru mengenai sepasang penguntil, Alec dan Mindy yang iseng-iseng memasuki kediaman keluarga Harper dan melakukan ‘phrogging’ dengan tinggal di ruang tamu yang tidak terpakai. Setelah memasuki fase ini, unsur magisnya mulai hilang dan malah berganti dengan film kenakalan remaja yang membingungkan. Selama iseng berada di rumah itu, para phrogger menyaksikan siapa monster sesungguhnya di rumah tersebut, meskipun awalnya audiens dibuat bingung akan tingkah Alec mengencingi Greg saat tidur dan ini baru akan terkuak saat menjelang akhir film.
Seperti kebanyakan film horor mainstream Amerika, permasalahan basi yang masih menjadi daya tarik audiens berkisar di seputaran keluarga broken home. Dari awal audiens seakan sudah di brainwash oleh tokoh-tokoh yang seakan protagonis dan layak mendapat simpati namun baru terkuak bagaimana aslinya menjelang akhir film, dan itu menjadi plot twist tak terduga. Sayangnya proses menuju terkuaknya topeng si protagonis menjadi antagonis sejati di film ini terlalu panjang dan bertele-tele sehingga memberikan efek bosan yang mampu mendorong audiens keluar dari bioskop sebelum tercerahkan oleh plot twist dan menemukan ending yang begitu dark.
Secara keseluruhan, I See You tidak bisa digolongkan ke dalam kisah kriminal/horor yang wah, namun rentetan kejadian tidak masuk akal dapat memperpanjang rasa penasaran penonton (meskipun prosesnya terlalu lama) lalu diakhiri dengan ending menohok. Akting Jon Tenney meskipun tidak ikonis namun mampu menipu audiens, sisanya tidak ada yang terlalu istimewa. Adapun kekurangan dalam film ini adalah kedalaman karakter masing-masing tokoh dan alasan si antagonis menyandera anak-anak di bawah umur di suatu minivan yang tidak dijelaskan motifnya.