Film Galaxy, Gejolak Darah Muda
Menonton film Galaxy , seakan membawa kembali ingatan akan masa muda.
Menonton film ini, membuat penonton yang tak lagi remaja, mengalami refleksi diri . Ini membuka mata, membuka telinga akan masalah kehidupan, khususnya remaja dan umumnya keluarga.
Berawal dari buku yang ditulis oleh Poppi Pertiwi, maka alur kisahnya pun ditrasformasikan menjadi media film dengan beragam penyesuaian.
Penyesuaian ini hadir dari tangan dingin sutradara Kuntz Agus (Petualangan Menangkap Petir, Dear Nathan:Thank You Salma), kisah inipun hadir melaui gambar-gambar dan pengambilan adegan dengan sudut pandang memikat.
Ini membuat para penyuka film, dengan tata artistik dan sudut pengambilan berbeda dan unik, menjadi terbuai.
Ambillah contoh adegan, saat motor dipacu sekencang-kencangnya oleh Galaksi (Bryan Domani), dalam babak akhir penutup.
Kemudian saat dua sejoli Galaxy dan Kejora (Mawar De Jongh), mulai merasakan ada sesuatu yang hangat di hati mereka berdua, di atas gedung dengan temaram lampu malam.
Pengambilan close up para karakter yang diperankan oleh Omara N. Esteghlal dan Pangeran Lantang . Mau tak mau hadirkan rasa ngeri dan kaget mendalam pada diri penonton.
Ini merupakan adegan close up yang menarik dan menantang.
Kemudian jika diperhatikan lagi, pengambilan adegan gambarpun terlihat makin lama makin lebih banyak close up nya, saat momen manis perasaan mulai terhubung antara Galaksi dan Mawar.
Namun saat mereka mulai berselisih, gambarpun dibuat semakin menjauh dan memberikan ruang semakin lebar.
Penerapan yang sama juga dapat ditemukan , saat Galaxy beradu argumen dengan Ayahnya.
Ini memberikan perasaan tersendiri, bahwa imajinasi yang terbangun saat penonton yang pernah membaca bukunya, tetap dijaga dan mereka terangkul secara emosional dengan bahasa gambar semacam ini.
Persoalan Keluarga dengan Segala Kesulitannya
Memperhatikan alur kisah yang ditulis oleh Poppi Pertiwi , terlihat bahwa persoalan keluarga merupakan hal penting.
Ini merupakan hal yang banyak terjadi. Setiap teman dari teman, pasti mengalami persoalan keluarga layaknya Galaksi.
Di setiap sekolah, pasti ada geng dan juga ikatan rasa setia kawan serta kekompakan sekolah.
Saat semua ini dirajut, akan hasilkan kisah yang familiar dengan kondisi keseharian penonton.
Ini membuat penontonpun , dapat melakukan kilas balik akan masa remaja secara keseluruhan.
Namun ada sedikit kekurangan, saat adu argumen Galaksi dengan Ayahnya , imajinasi penonton kurang diberikan ruang melalui bahasa gambar.
Secara perlahan ini membuat persoalan utama dalam diri Galaksi, yang menjadikannya sebagai sosok remaja pelindung bagi “keluarganya” kurang terbentuk.
Padahal ini adalah poin utama dari film ini , dasar landasan utama dari rangkaian kejadian kemudian.
Nampaknya sutradara, lebih ingin memberikan unsur drama kasih sayang antara Galaksi dan Kejora . Serta bagaimana sosok lelaki, sekeras apapun itu, dapat melunak saat menemukan perempuan yang ia sayangi.
Kalimat di babak terakhir, yang menyatakan bahwa betapa Galaksi membutuhkan Kejora tersebut, memberikan penekan dalam.
Namun kembali, sayangnya pusat utama permasalahan, konfilk Ayah dan Galaksi , tidak tersampaikan dengan baik.
Barisan luka yang terpampang jelas di tubuh Galaksi , terasa seakan adalah perbuatan ugal-ugalan Galaksi bersama-sama “keluarga motornya”. Bukan akibat dari tindakan Sang Ayah.
Lagu yang Mengena
Satu hal lagi yang dirasakan mengena adalah scoring dan theme song-nya , yang tepat sasaran.
Pada masing-masing adegan, terasa sekali suasana yang ditampilkan di filmnya.
Momen saat Galaksi menahan tangis , akan adegan bersama Ayahnya, terasa mengena mendalam kepada emosi penonton.
Namun disini , hanya peran Galaksi saja yang terasa ditonjolkan. Kembali kehadiran Ayah, ibarat sosok yang dapat diceritakan melalui bahasa kata belaka, bukan dengan adegan demi adegan.
Ini merupakan hal yang paling disayangkan, karena pesan utama dari buku Poppi Pertiwi , hanya tersampaikan sebagian saja.
Penangkapan Poppi Pertiwi, akan fenomena yang ia temui , yaitu kegelisahan remaja akan keluarga, menjadi kurang teradaptasi dengan baik dan kehilangan suaranya.
Namun secara keseluruhan, film Galaksi hadirkan sebuah drama manis, memorable dan menyenangkan.