Karakter Cinta tidak dapat dipisahkan dari aktris Dian Sastrowardoyo (DS). Aktris cantik yang pernah meraih penghargaan, baik nasional maupun internasional ini kembali memerankan Cinta dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2. Di tengah kesibukannya syuting AADC 2, alumnus jurusan filsafat ini menyempatkan waktunya untuk wawancara eksklusif bersama Cinemags. Pemeran Daya dalam film Pasir Berbisik (2001) ini menceritakan tentang film yang sedang dilakoninnya, serta pandangannya tentang akting. Berikut wawancaranya:
Q: Bagaimana Dian membangun Chemistry kembali dengan para pemain, mengingat 14 tahun bukan waktu yang sebentar untuk melanjutkan sekuel sebuah film?
DS: Dari tahun lalu kita udah sering kumpul. Jadi chemistry-nya sudah bagus sekali. Enggak ada kesusahan sama sekali. Pas kumpul lagi kita reunian gitu serasa kaya baru kemarin shooting AADC 1. Semuanya kompak dan menyenangkan
Q: Lalu bagaimana dengan pendalaman karakter dan berapa lama prosesnya?
DS: Aku cukup diuntungkan karena peran Cinta enggak jauh dengan karakter aku. Kita latihan dari bulan Agustus. Jadwal latihan sama mas Riri itu kaya jadwal masuk kantor dari pagi sampe sore. Enggak ada itu ngobrol-ngobrol, main-main atau ngopi dulu. Jadi berasa banget kerjannya. Pride –nya kita berangkat ke tempat kerja ya untuk bener-bener kerja. Menjadi aktor itu bukan pekerjaan main-main. Kita punya pride dan tanggung jawab yang besar.
Q: Apakah nanti karakternya akan berubah dari Cinta 14 tahun yang lalu?
DS: Orang normal selama 14 tahun aja bisa berubah. Ada yang makin happy dan dark, Nah karakter Cinta ini perlu di design sedemikian rupa. Cinta itu mengalami apa saja selama 14 tahun. Nah itu tugas aku mengintrepetasikan ke Cinta saat ini. Membentuk karakter Cinta yang kita urutkan sesuai kebutuhan.
Q: Cinta identik dengan puisi, lantas apakah secara pribadi Anda juga mencintai puisi?
DS: Kebetulan iya. Dari SD memang suka baca puisi, dan mamah kan lulusan sastra. Jadi di rumah banyak buku. Ada buku Romo Mangun NH dini, itu banyak ada di lemari mamah. Pertama kali baca aku buku Romo Mangun. Lalu tergila-gila dengan NH Dini. Baca Seno Gumira. Pas jaman SD aku nulis diary mirip-mirip dengan tulisan NH Dini. Jadi waktu SMP, aku jadi redaktur majalah, di sana aku juga biasa nulis cerpen dan ngegambar.
Q: Bisa dibocorkan sedikit bagaimana cerita di AADC 2 ini?
DS: Hmm tonton aja.hehe Intinya ceritanya aku pribadi pas aku denger ceritanya sangat sangat tidak disangka. Aku aja bisa bilang kaya gitu apalagi yang lain. Mudah-mudahan sama kagetnya pas nonton. Dan sama terheran-herannya seperti aku pertama kali mendengarnya.
Q: Demi film AADC 2, Anda menolak beberapa tawaran untuk bermain film, benarkah?
A: Sebenarnya pengen ikutan di salah satu film itu (3 Srikandi). Pas aku ambil film itu, rencana AADC belum ada kabar. Tapi ternyata ada kabar AADC 2 akan ada. Jadi bismilah aja semoga enggak tabrakan. Lalu ternyata jadwal mereka berubah. Jadi mau enggak mau harus (keluar). Terus ketemu antara dua produser film serah terima Dian. Untungnya mereka sangat pengertian sama sekali, dan tetap berhubungan baik.
Q: Setiap sutradara punya cara sendiri untuk mengarahkan pemainnya, lalu perbedaan apa yang Dian rasakan ketika disutradarai oleh Rudi Sujarwo dan Riri Riza?
A: Tahun 2001 kan AADC di-didirect ama Rudi. Beliau itu sangat menekankan tingkat level emosi. Bisa kita lihat film-filmnya yang emosinya terasa sampai ke penonton. Tingkatan emosinya tinggi sekali karena emosi itu menular. Kalau aktor punya tingkat emosi yang tinggi penonton bisa merasakan emosinya. Kalau ama mas Riri baru pertama kali di-direct untuk film panjang. Dulu pas di-direct di film pendek Drupadi. Drupadi teater musical. Jadi pertunjukan panggung yang difilmkan. Dan di sini, aku banyak merasakan perbedaan dalam arti positif. Mas Riri sangat detail dan rapih sekali. Sebelum syuting dilatih ama beliau sendiri bukan ama astrada (asisten sutradara). Setiap adegan yang ada di script, dari sambil lalu sampai yang berat dilatih. Sehingga hafal dialog dan hafal emosi itu harga mati. Dilatih sampe 17 kali. Kita kaya dilatih untuk pertunjukan panggung. Jadi pas di lokasi shooting semuanya udah diluar kepala. Mas Riri pendekatannya seperti itu
Q: Oh iya bicara tentang AADC satu, saat proses syuting AADC pertama ada adegan yang paling berkesan bagi Dian?
A: Aku suka AADC satu itu pas baca puisi di caffe.
Q: Setelah puas bermain di berbagai peran, termasuk Cinta, apa rencana selanjutnya ,apakah akan tetap menjadi aktor/aktris?
A: Aku enggak mau terus jadi aktor saja. Mulai belajar yang lain, mungkin mempromosikan sebuah film. Bagian producing. Kaya timnya publisis. Atau mungkin mau menghubungi brand produk untuk film. Di mana kemudian hari aku tak ingin main film aja, tapi kontribusi juga di belakang layar. Mungkin belajar nulis.
Q: Pertanyaan terakhir, setelah belasan tahun menekuni dunia akting, apa arti akting menurut Dian
A: Aku mulai aktng dari 1999, walaupun itu kecebur. Udah tua begini baru sadar belajar lagi tentang akting. Di Indonesia sangat terbatas kelas akting. Jadi walaupun aku enggak ikut kelas akting, tapi aku banyak baca buku tentang akting. Mengutip dari buku yang aku baca, akting itu adalah really doing atau bener-bener melakukan sesuatu, tapi dalam situasi dan kondisi yang imajiner. Misalnya mau dibunuh jadi harus bener-bener ketakutan kaya mau mati, bukan pura-pura ketakutan. Akting yang baik itu akting yang enggak keliatan kaya akting. Pekerjaan sebagai aktor sangat berani, kita bukan belajar untuk jadi pembohong atau pun berpura-berpura.