Film The Butterfly House
Budaya Tionghoa sangat menarik untuk diangkat ke layar lebar.
Itulah sebabnya saat penulis skenario Aldo Swastia bersama Ario Sasongko , tertarik untuk mengangkat mengenai budaya ini ke layar lebar.
Maka sutradara Paul Agusta (Onde Mande!-2023) dan Patricia Gunadi, Direktur Utama Entelkey Media. Indonesia pun bersemangat untuk membawa tema ini kepada audiens lebih luas.
Paul Agusta menyampaikan
"Pernikahan Arwah (The Butterfly House) membawa elemen horor yang tidak hanya berfokus pada pernikahan, tetapi juga tentang budaya peranakan Tionghoa, terutama tradisi Pernikahan arwah. Ini adalah tantangan bagi saya untuk menggabungkan dua momen ini menjadi se4buah narasi yang kuat dalam film"
View this post on Instagram
Betapa kompleks dan menariknya budaya Tionghoa ini , Pernikahan Arwah juga dikenal sebagai tradisi Minghun.
Tradisi ini merupakan bagian penting dalam budaya Tionghoa, dan jarang diangkat di Indonesia. Serta merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia, yang menariknya dikemas dalam genre horor.
Trailer diatas , memang memperlihatkan adanya sesuatu yang misterius dan juga membawa unsur magical, saat menyaksikan set pengambilan gambarnya.
Lokasi ini terletak di kota Lasem , disini adalah sebuah kota yang masih banyak ditemukan peninggalan budaya Tionghoanya.
Paul Agusta , menekankan bahwa Lasem memberikan energi yang unik, dikarenakan sejarah panjang di kota ini.
Cinemags juga menemukan fakta bahwa
Lasem dikenal juga sebagai "Tiongkok kecil" karena merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa dan terdapat perkampungan tionghoa yang sangat banyak.
Film ini dijadwalkan akan tayang di bioskop pada tahun 2025.
Secara berkala, akan terus disampaikan informasi-informasi terbaru tentang jajaran aktor-aktris dan karakter-karakternya dan berbagai hal lainnya melalui akun media sosial Entelekey Media Indonesia
Baca juga : Bintangi Film Horor “Pernikahan Arwah (The Butterfly House)”, Angkat Cerita Tradisi Tionghoa di Indonesia
View this post on Instagram
Film The Butterfly House
Aldo Swatia, penulis sekaligus Chief Creative Officer (CCO) Entelekey Media Indonesia, menyampaikan
“Sesuai dengan visi dan misi kami, Entelekey Media Indonesia memproduksi film ini dengan keyakinan kuat terhadap kisah yang diangkat.
Kami percaya bahwa latar belakang budaya dan sejarah yang melebur secara alami dalam cerita dapat menciptakan pengalaman yang otentik tanpa terasa dipaksakan.