Setelah 3 tahun lamanya sejak Man of Steel, sutradara film Zack Snyder berhasil membuat sebuah sekuel yang telah ditunggu-tunggu oleh berbagai kalangan seperti komikus, penggemar film, dan lainnya. Batman v Superman: Dawn of Justice ditayangkan di Indonesia pada 23 Maret 2016, dengan tiket yang bisa dibeli sejak hari Sabtu 19 Maret 2016. Sebagai penggemar superhero terutama dari DC Comics, film ini menampilkan beberapa aspek yang mengagumkan. Namun, tentu saja tidak semua hal di dunia ini sempurna, sehingga saya akan memberikan sebuah review yang dijamin akan memuaskan pembaca Cinemags.
Jujur, saya sendiri cemas dan ragu karena trailer Batman v Superman sendiri sudah menunjukkan beberapa adegan yang bisa dibilang spoiler atau membocori isi dari film tersebut. Saya sendiri saking tidak sabarnya selalu melihat trailer itu SETIAP HARI! (Benar-benar penggemar hardcore). Bisa dibilang trailernya itu cukup membuktikkan bahwa penonton pasti sangat spekulatif dan terlalu cepat dalam menyimpulkan pendapat masing-masing. Mengapa bisa begitu? Ya, nyatanya setelah saya melihat film itu sendiri, saya pun sadar bahwa trailer yang ditunjukkan menggunakan unsur misdirection, dimana penonton melihat sesuatu dalam arah pandang yang salah. Untuk itu, sutradara Zack Snyder patut untuk menerima standing ovation dan angkat topi saya! Luar biasa!
Mengenai filmnya, saya kagum atas sinematografi nya, ini berkat kerja keras Larry Fong, sinematografer andalan dari Zack Snyder. Pengambilan sudut kamera nya sangat bagus sehingga adegan dapat “bercerita”, seperti ketika Clark dan Lois di bathtub dalam suasana mellow dan romantis, atau ketika Batman dalam Batmobile sedang mengejar tentara bayaran di pelabuhan, dan yang pasti ketika Superman melawan Batman, disamping efek dari CGI, cara pengambilan sudut kamera nya sangat bagus, terutama ketika Batman menyeret Superman dengan tali kabel besinya. Adegan berkelahinya pun juga patut diacungi jempol, koreografi dalam perkelahian Batman nya sangat menonjol di film ini, dan direkam oleh berbagai kamera dari berbagai sudut, sehingga tidak kaku dan biasa (seperti adegan perkelahian dalam trilogi The Dark Knight) Film ini walaupun berdurasi 151 menit, terasa cepat karena adegan-adegannya tidak terlalu lama terfokus ke satu adegan tapi berpindah ke adegan lain sehingga penonton tidak bosan dan dapat mengikuti ceritanya terus menerus, seperti pacuan kuda yang maju kedepan.
Untuk cerita, saya memberi rating 8/10. Memang jika dengan kasarnya, seseorang dapat menyimpulkan bahwa Batman, Superman, dan Wonder Woman bersatu untuk melawan Doomsday (berdasarkan trailer yang setelah Comic-Con, trailer ketiga). Banyak keluhan terhadap trailer itu terutama ketika sosok monster Doomsday ditunjukkan dalam trailer. Namun di film ini, dapat dilihat bahwa monster Doomsday hanyalah sebuah tool atau alat dalam rencana dari Lex Luthor. Karena otak dari semua ini adalah Lex Luthor. Sebenarnya Lex Luthor tidak peduli soal Batman, dia lebih mementingkan Superman karena ia sendiri iri terhadap sosok Superman yang “ilahi”. Saya dapat berkata bahwa Plan B atau rencana cadangan dari Lex adalah ketika Batman mencuri Kryptonite sehingga Lex pun harus menggunakan baik Superman dan Batman dalam memenuhi kebutuhannya. Jika Superman berhasil membunuh si Pahlawan Kelelawar, Lex dapat menggunakan Superman atau membunuh Superman secara langsung. Namun jika Batman berhasil membunuh Superman, maka masalah yang Lex hadapi sebenarnya sudah terselesaikan. Sehingga baik Batman maupun Superman hanyalah bidak dalam permainan catur yang dimaini oleh satu orang, yaitu Lex sendiri. Namun sepintar-pintarnya penjahat, pasti ada kekurangannya. Lex tidak memperhitungkan kemungkinan atau dengan kata lain, tidak menyangka bahwa Superman dan Batman mampu bersatu dan berkoalisi. Oleh sebab itu di lepaskannya sosok monster Doomsday ini sebagai Plan C untuk menghancurkan Superman. Para penonton pasti kaget ketika Superman pun mati (atau mungkin terlihat begitu) di film ini, karena penonton sudah terlalu sering melihat film superhero, dimana sang jagoan mengalahkan penjahat, sehingga terjadi resolusi masalah. Dalam film ini, dapat dilihat bahwa dalam memenuhi suatu tujuan atau menyelesaikan masalah, perlu adanya pengorbanan atau sacrifice. Saya cukup puas dengan alur cerita dari Batman v Superman, dan tidak sabar untuk tahun depan, yaitu Justice League: Part One, dimana para pahlawan bersatu untuk mengalahkan suatu sosok yang jahat bagi banyak umat.
Dari segi komik atau original material, saya pun cukup puas dengan film ini. Seperti yang Zack Snyder katakan, ia dan film ini pun terinspirasi oleh komik The Dark Knight Returns oleh Frank Miller. Sehingga beberapa aspek ataupun gambar dalam panel-panel komik ada di film, atau bisa dibilang menjadi hidup dalam daging. Sebagai pembaca komik yang setia, saya suka dengan petunjuk-petunjuk atau easter eggs dalam film ini. Seperti member-member potensial dari Justice League yang ditampilkan, yaitu The Flash, Aquaman, Cyborg. Tidak seperti Batman hasil garapan Christopher Nolan yang realistis, Batman disini lebih condong kepada gaya komiknya, seperti cara berkelahinya, hingga cara ia melompat dari Batmobile! (Saya acungi jempol kepada Zack Snyder untuk detail-detail seperti ini).
Dari segi karakter, saya puas namun juga ada kecewa juga. Di film ini, Batman sudah beroperasi sebagai pelindung Gotham selama 20 tahun, dan mungkin itu alasannya mengapa ia MEMBUNUH. Seperti yang kita ketahui, Batman dikenal seram namun tidak akan mengambil nyawa para penjahat. Di film ini, perkelahian atau action nya bagus sekali, brutal, dan cukup sadis, sehingga Batman tidak berpikir untuk membunuh atau melumpuhkan musuhnya, asalkan mereka sudah terbaring di lantai atau ter-netralisir. Saya sendiri pun mengerti dan maklum, karena 20 tahun bagi Batman adalah waktu yang lama untuk ia belajar, mungkin saja ia muak dengan para penjahat-penjahat kelas teri atau kakap ini sehingga pemberian belas kasihan sudah tidak sepadan, karena mereka dapat mengulang perbautan mereka yang salah. Dapat disimpulkan bahwa Superman melakukan apa yang benar, sementara Batman melakukan apa yang seperlunya harus dilakukan, baik dengan metode yang “benar” ataupun yang “salah.” Untuk pementasan atau performance dari berbagai aktor, saya sangat puas, sehingga saya dapat karakter nya dari masing-masing. Saya sangat menyukai peran karakter Lex Luthor yang diperani oleh Jesse Eisenberg, Wonder Woman/Diana Prince yang diperani Gal Gadot, dan Batman/Bruce Wayne yang diperani oleh Ben Affleck. Ini adalah penampilan mereka yang baru, sehingga tak hanya baru namun juga penyampaian tokohnya pun mudah didapat.
Secara keseluruhan saya memberi film ini 2 Jempol, angkat topi, dan rating dari saya adalah 9/10. Film ini bagus, ceritanya menarik, adegannya seru untuk diikuti dan merupakan film yang memenuhi segala mimpi dari penggemar komik DC. Patut diakui bahwa film ini tidak mudah bagi semua penonton, bukan karena umurnya (memang, anak-anak perlu bimbingan orang tua dalam menonton film ini), namun juga penonton dewasa. Karena beberapa penonton awam terlalu sering terbiasa dengan film superhero yang monotone, dimana sang jagoan melawan musuhnya, dengan kata lain, hanya ingin melihat adegan perkelahian dari kedua pihak. Para penonton perlu merubah konsep ini, karena kita tinggal di dunia yang modern, dimana nilai filosofi, nilai agama, ataupun nilai politik adalah hal yang krusial dan penting dalam kehidupan manusia. Sehingga dalam membuat cerita dalam film, aspek-aspek ini ditambahkan agar penonton teredukasi juga.