Alien: Romulus
Pada hari ini, kisah klasik “Alien” akan terlahir kembali dengan “Alien: Romulus”.
Kehadiran film “Alien” karya Ridley Scott di tahun 1979 silam membuka jalan untuk pengembangan franchise ikonik ini, bahkan menjadi salah satu film sci-fi/horor paling populer dari masa ke masa. Selama empat dekade terakhir, franchise ini memikat para penggemar dengan kisah penuh teror yang menampilkan makhluk-makhluk luar angkasa yang belum pernah dilihat sebelumnya, dan didukung dengan penggunaan teknologi serta efek CGI yang canggih. Film ini juga berhasil menggaet deretan sineas terbaik seperti James Cameron, David Fincher, Jean-Pierre Jeunet, dan lainnya. Di tahun ini, kisah teror klasik tersebut akan dibawakan kembali dengan sentuhan modern oleh sutradara papan atas, Fede Alvarez, yang dikenal lewat “Evil Dead” pada tahun 2013 dan “Don’t Breathe” pada tahun 2016.
“Alien: Romulus” diproduksi oleh Ridley Scott, yang menyutradarai film pertama “Alien” dan memproduksi serta menyutradarai seri “Prometheus” dan “Alien: Covenant,” Michael Pruss dan Walter Hill, dengan Fede Álvarez, Elizabeth Cantillon, Brent O’Connor, dan Tom Moran sebagai produser eksekutif.
“Alien: Romulus” mengembalikan alien klasik dengan cerita modern
“Alien: Romulus” menceritakan tentang sekelompok anak muda dari koloni luar angkasa yang bertemu dengan bentuk kehidupan paling menakutkan di alam semesta ketika mereka menjelajahi stasiun luar angkasa yang sudah tidak berfungsi, dengan harapan bisa menemukan teknologi yang diperlukan untuk meninggalkan planet mereka. Film ini membawa era baru untuk franchise legendaris dengan kisah yang berbeda dari film-film sebelumnya.
Berlatar kurang lebih 20 tahun setelah film “Alien” yang pertama dan 37 tahun sebelum “Aliens”, film ini merupakan terobosan kreatif dari sang sutradara. Sutradara Fede Álvarez, yang merupakan penggemar “Alien” karya Ridley Scott, terinspirasi dari adegan yang dihapus dalam “Aliens” tahun 1986. “Ada adegan dimana sekelompok anak-anak berlarian di antara para pekerja di koloni. Saya memikirkan bagaimana rasanya untuk para remaja ini tumbuh di koloni yang sangat kecil dan apa yang terjadi ketika mereka mencapai usia awal 20-an.” “Alien: Romulus” merupakan film “Alien” pertama yang menampilkan anak-anak muda sebagai karakter utama.
Selain kisah baru yang menarik, visual juga menjadi salah satu elemen terpenting dalam film ini. Untuk memastikan kualitas visual dalam film “Alien: Romulus”, Fede bekerja sama dengan deretan sineas berbakat termasuk Carlos Rosari, yang sebelumnya terlibat sebagai desainer kostum dalam serial pemenang penghargaan “Shogun”, perancang set Zsuzsanna Sipos — yang juga turut menggarap “Dune: Part Two”, serta Gábor Kiszelly, yang dikenal lewat film “Poor Things”, sebagai special effects supervisor, dan masih banyak lagi. Dengan dukungan dari Ridley Scott, Fede juga memutuskan untuk tetap memberi sentuhan klasik lewat visual dari film ini dengan menggunakan gaya visual efek yang dari film “Alien” Ridley di tahun 1979.
“Saya tahu bahwa saya ingin membawa kisah ini kembali ke akarnya, tidak hanya dari segi cerita tetapi juga dari segi gaya visual.
Saya mengutamakan penggunaan efek praktis, agar film ini dapat fokus pada karakter yang akan disukai penonton.”
Hasilnya, setiap set dibangun dari awal, seperti pesawat luar angkasa, stasiun luar angkasa, koloni, lorong-lorong, dan tempat berlabuh.
Menurut desainer produksi Naaman Marshall,
“Ketika saya berbicara dengan Fede di awal produksi, kami menentukan bahwa film ini akan menjadi menjadi film dengan world-building yang besar dan desain yang luar biasa.
Kami memastikan setiap aspek termasuk makhluk, pakaian, perlengkapan set, dan lainnya dibuat langsung dan hanya menggunakan VFX sebagai pelengkap.”
Alien-alien Xenomorph, Facehugger, Chestbursters yang akan mengusik ketenangan manusia dalam “Alien: Romulus” juga dibuat oleh tiga studio efek berbeda menggunakan :
teknik unik dengan animatronik, kostum, bunraku (boneka tangan tradisional dari Jepang), dan CGI.
Khusus untuk film ini, 80 seniman dari Legacy Effects termasuk seniman digital, konseptor, pematung, pelukis, dan ahli robotika membuat empat Xenomorph. Untuk alien Facehuggers, para desainer dari WĒTĀ WORKSHOP membuat 12 versi; ada facehugger animatronik yang dapat membuka pintu dan dapat diprogram, ada yang hanya bergerak sedikit, dan ada pula yang dikendalikan dari jarak jauh dan berlari di sekitar set. Dan untuk alien Chestbursters, sutradara Fede Álvarez secara khusus meminta Alec Gillis, pemilik STUDIO GILLIS yang turut berkontribusi dalam “Aliens,” “Alien 3,” and “Alien vs. Predator,” untuk membuat Chestbursters dan efek telur dalam film ini. Chestbursters di “Alien: Romulus” sangat mirip dengan makhluk aslinya, dengan beberapa modifikasi seperti lengan yang bisa bergerak dan pergerakan yang lebih leluasa.
“Alien: Romulus” hadir pada 14 agustus ini sebagai tontonan yang akan membuat penggemar benar-benar ketakutan.
Produser Michael Pruss mengatakan,
“Saya yakin penonton akan sangat menyukai sentuhan modern ke dalam franchise klasik ini. Saya bisa pastikan orang-orang akan merasakan perasaan ketakutan yang sebenarnya.”
Escape Room
Untuk merayakan perilisan “Alien: Romulus”, para penonton dapat mengunjungi Mall Of Indonesia, Jakarta
Tujuannya untuk merasakan pengalaman spesial yang terinspirasi dari petualangan luar angkasa dalam film tersebut melalui sebuah escape room.
Berkolaborasi dengan Dreamella Project, escape room spesial ini menantang para pengunjung untuk bisa menyelesaikan misi luar angkasa, yaitu
mengambil tangki bahan bakar dan menghindari alien-alien menakutkan.
Escape Room yang terinspirasi dari “Alien: Romulus” ini dapat dinikmati mulai tanggal 14 Agustus hingga 8 September 2024 tanpa dipungut biaya tambahan di Atrium lantai dasar Mall Of Indonesia, Jakarta. Syarat dan ketentuan berlaku.
Escape Room yang terinspirasi dari “Alien: Romulus” di Atrium lantai dasar Mall Of Indonesia
“Alien: Romulus” diproduksi oleh Ridley Scott, yang menyutradarai film pertama “Alien” dan memproduksi serta menyutradarai seri “Prometheus” dan “Alien: Covenant,”
Michael Pruss dan Walter Hill, dengan Fede Alvarez, Elizabeth Cantillon, Brent O’Connor, dan Tom Moran sebagai produser eksekutif.