A Perfect Fit menggabungkan romansa yang ringan dengan budaya dan tradisi Bali yang kuat, sisi Bali yang belum banyak dieksplorasi dalam budaya pop sebelumnya banyak dimunculkan disini.
Alur cerita ringan , ringkas namun padat serta setiap adegan berkaitan satu sama lain , dengan membawa keajaiban dalam budaya Bali yang banyak dicari oleh banyak orang. Menonton film ini . seolah terbawa dalam keajaiban alam Bali dan pesona magisnya yang sering dirasakan dan dibicarakan oleh banyak orang yang pernah datang ke Bali.
Bagi yang ingin menonton, dapat melihat trailernya dahulu
Dalam kisah A Perfect Fit, pernikahan adalah merupakan sesuatu hal yang sakral, sehingga budaya pun mensyaratkan untuk memperlakukan segala hal, dari persiapan hingga pengaturannya disesuaikan dengan adat dan kepercayaan, yang diyakini akan dapat memberikan petunjuk ke depannya. Dalam budaya Bali, Lontar adalah sarana yang akan memberitahukan ha ini. Sehingga segala sesuatu harus selaras dengan pembacaan Lontar , jika ingin ke depannya semua berjalan lancar dan memadu dengan budaya serta alam di Bali.
Di awal cerita, penonton diperkenalkan pada pasangan Saski (Nadya Arina) dan Deni (Giorgino Abraham) , yang sedang dalam proses melaksanakan pernikahan. Pernikahan mereka diatur oleh orang tua , dan sekilas terlihat mereka berdua merupakan pasangan yang sempurna. Namun saat Ibu Hadrah (Christine Hakim) datang menghampiri Saski , lalu meramal masa depannya , Saski pun mulai terbawa dalam sebuah perjalanan magis , yang membuka pintu ke hal lain dan baru , yang selama ini tak pernah ia sadari ada dan nyata.
Pertemuannya dengan Rio (Refal Hady) lah, yang membuka dunianya menjadi lebih berwarna dan ceria. Pertemuan yang diawali dengan sedikit mala petaka, justru membuatnya melihat sisi lain dari Deni, yang tak ia sangka. Namun layaknya adat seorang perempuan di Bali, ia pun mencoba untuk menerima hal tersebut, terlebih lagi saat Deni meminta maaf kepada orang tuanya dan berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi.
Namun perjalanan hidup Saski pun mendekati hari pernikahannya dengan Deni , seolah menjadi rumit dan semakin rumit, terlebih saat pembacaan daun lontar pun memberikan banyak hal dengan suatu kepastian mereka berdua tidak cocok. Dalam perjalan Saski inilah, penonton diperkenalkan akan lokasi-lokasi yang eksotis di Bali serta juga budaya-budaya yang jarang ditemui . Semua dijalin dengan rapih dalam sebuah peristiwa yang saling mengait, antara yang satu dengan lainnya.
Walaupun akhir cerita sudah dapat ditebak, namun penyelesaiannya tidak cengeng dan mampu memberikan pendewasaan bagi penonton akan dunia pernikahan. Sifat dan karakter yang berbeda, serta ekspektasi pasangan yang jauh berbeda dalam sebuah hubungan rumah tangga , tentunya mengangkat pula kegelisahan kaum muda , yang saat ini lebih mengutamakan kecocokan dalam menempuh jalan hidup bersama pasangannya, dibandingkan dengan perjodohan dan keinginan orang tua .
Secara keseluruhan, film A Perfect Fit, mampu membawa budaya Bali ke kancah internasional, serta memberikan pandangan bagi penonton global akan kedekatan masyarakat Indonesia akan adat istiadat dan budayanya, tanpa kesan menggurui.
Dalam film A Perfect Fit juga akan terlihat desa Tenganan yang merupakan desa tertua dan bagian dari Bali kuno yang disebut Bali Aga, melihat pembacaan Lontar, dan menyaksikan tradisi gulat lumpur atau Mepantingan.
*Semua foto Cr. GOEN GUY GUNAWAN/NETFLIX © 2021