Ini adalah artikel review dari komunitas Cinemags untuk lomba review film Deadpool dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan editorial Cinemags. Anda juga bisa ikut serta dalam lomba review film Deadpool di sini.
Note: spoiler alert!
Rilisnya Deadpool pada pekan ini menjadi pembuka “perang” film superhero antara DC dan Marvel pada tahun ini. Sebagai serangan pertama dari Marvel Deadpool cukup berhasil mendulang kesuksesan. Terbukti dari jumlah penonton dan reaksi mereka setelah menonton film ini. Sebagian besar situs review memberikan angka yang cukup baik untuk Deadpool. Film ini dinilai memuaskan ekspektasi para penonton yang telah lama menunggu. Namun kita masih menantikan balasan dari DC lewat Dawn Of Justice yang akan rilis pada bulan depan. Meskipun Dawn Of Justice secara tone dan arah cerita berbeda dengan Deadpool.
Film Deadpool sendiri sudah dipromosikan dengan cukup baik dan menarik. Mulai dari awal peluncuran teasernya hingga poster-poster film yang dirilis secara berkala. Dari materi promosi tersebut tentunya penonton sudah memiliki ekspektasi dan gambaran cerita mengenai film ini. Dan sekali lagi perlu diapresiasi karena sukses menghibur dan memberikan warna baru pada genre cerita superhero. Meskipun Deadpool sepanjang film bersikeras bahwa ini bukan film superhero.
Karena kemunculan pertamanya yang dianggap mengecewakan pada X-Men: Origins Wolverine, Deadpool perlu kembali menceritakan asal-usul Wade Wilson sebelum memiliki kemampuan super. Kisah tersebut diceritakan dengan teknik flashback yang dinarasikan oleh si tokoh utama dengan cukup efisien dan gamblang. Namun timing penceritaannya terasa kurang pas karena memotong beberapa adegan laga hardcore yang tengah seru-serunya.
Adegan laga yang tersaji pada film Deadpool perlu diacungi jempol. Karena hal tersebut menjadi bagian terbaik dalam film ini. Hal tersebut didukung oleh penggunaan CGI yang mumpuni dan soundtrack yang turut membangun esek seru pada tiap adegan laga. Bicara mengenai soundtrack yang sangat bervariasi dari film ini saya teringat film-film laga garapan sutradara Quentin Tarantino. Jika didengarkan seksama ada nuansa musik yang sama dengan selera yang biasa digunakan oleh Tarantino.
Hal ini membuat saya berpikir bagaimana jika Deadpool digarap oleh Tarantino pastinya akan lebih menarik. Pasalnya sutradara film ini, Tim Miller ternyata baru sekali mengerjakan film layar lebar. Karirnya selama ini di dunia film lebih banyak di bagian visual effect. Terbukti penggunaan effect pada Deadpool tepat guna dan tidak berlebihan. Kembali pada Tarantino yang selalu punya line dialog sarkas yang unik dan adegan laga yang nyeleneh. Saya rasa film Deadpool akan semakin “heboh” dengan arahan Tarantino.
Meskipun garapan Tim Miller ini sebenarnya tidak jelek. Cukup menghibur dan terlihat berusaha untuk membagkitkan sensai humor lewat dialog (atau monolog) karakter utamanya yang cerewet. Sehingga film ini terkesan dikendalikan sepenuhnya oleh si tokoh utama. Penceritaannya yang bolak-balik ke masa lalu dan kebebasan untuk mengomentari apapun seakan muncul dari karakter Deadpool yang memang senang semaunya sendiri.
Selain adegan dan keseruan Deadpool tidak lebih dari film superhero lainnya. Memiliki musuh yang sama-sama kuat, seorang kekasih yang dilindungi, dan sidekick yang membantunya dalam beraksi. Bahkan terdapat nilai-nilai kepahlawanan layaknya film sejenis. Meskipun lagi-lagi Deadpool bersikeras dia tidak ingin menjadi pahlawan. Dan jika banyak yang memberikan applause pada penampilan Ryan Reynolds dalam film ini saya justru ingin memberikan pujian untuk Fabian Nicieza dan Rob Liefeld sebagai kreator tokoh ini.
Karena tokoh ini memang sudah sebagaimana mestinya yang tergambar dalam komiknya. Tugas Reynolds pun menjadi lebih mudah karena karakter yang ia perankan sudah cukup utuh. Berbeda ketika Robert Downey Jr. ketika memerankan Iron Man dimana ia berhasil membuat Iron Man dengan versinya sendiri. Reynolds hanya membawakan Deadpool versi komik ke layar lebar plus ia dibantu dengan CGI. Meskipun kali ini lebih baik ketimbang CGI ketika ia memerankan Green Lantern.
Saya agak terusik dengan tokoh antagonis utama film ini yang ternyata seorang mutan (wah spoiler). Belum cukup sampai disana, film ini juga turut menghadirkan sosok Cyclops dan Negasonic Teenage Warhead dari serial X-Men. Membuat saya bertanya “ada hubungan apa antara Deadpool dan X-Men?”. Memang dulu X-Men sempat “merusak” Deadpool dalam salah satu filmnya yang sudah saya sebutkan di atas. Namun ada motif apa lagi? Dan hal itu cukup terjawab lewat credit scene yang dimunculkan (spoiler lagi). Dari hal itu saya mengambil kesimpulan bahwa Deadpool akan muncul ketika X-Men: Apocalypse. Karena menurut salah satu versi komiknya yang akan menghabisi Apocalypse nantinya adalah Cable (tuh kan spoiler lagi).
Mari kita nantikan saja benar atau tidaknya kesimpulan saya. Secara keseluruhan film ini seru. Jadi jangan mencoba mengharapkan hal lain selain aksi laga dan komedi ala comic stand up comedy yang tersaji dalam film berdurasi 108 menit (yang harus disensor menjadi 107 menit) ini. Satu lagi, untuk para orang tua mohon untuk bijak ketika memilih tontonan di bioskop untuk anaknya. Karena rating film ini 17+, jadi nanti jangan salahkan filmnya ya.