Meriahnya Jakarta Film Week 2024
Jakarta Film Week 2024 semakin meriah di hari keempat dengan berbagai program yang menarik perhatian para penikmat film dan pelaku industri.
Salah satu acara yang ditunggu-tunggu adalah pemutaran film Exhuma karya Jang Jae Hyun yang tidak hanya disambut dengan antusias, tetapi juga diiringi sesi tanya jawab bersama produsernya, Kim Young Min.
Kim Young Min mengungkapkan rasa syukur atas respons positif dari penonton Indonesia, bahkan mengaku tak menyangka filmnya begitu diterima dengan antusiasme tinggi.
“Saya tidak menyangka ada yang menonton hingga lima kali,” ujarnya, seraya menyadari bahwa
unsur mistis dalam Exhuma ternyata memiliki kedekatan dengan budaya klenik di Indonesia.
Program Herstory, Fantasea, Classique hingga Family Time
Selain pemutaran Exhuma, Jakarta Film Week 2024 juga menghadirkan program Herstory, sebuah kumpulan film dari berbagai belahan dunia yang menampilkan kisah perempuan atau dibuat oleh sutradara perempuan.
Program lainnya adalah Fantasea, kumpulan film yang menyoroti kreativitas para sineas dalam mewujudkan dunia yang fantastik dan penuh imajinasi.
Family Time
Tahun ini, Family Time hadir menambah meriahnya program penayangan film di Jakarta Film Week.
Family Time menyuguhkan film-film hangat dan menyenangkan untuk dinikmati seluruh anggota keluarga.
Film-film yang ditayangkan antara lain Kid, You’re Just A Kid, Reni’s Worlds, My Father Drowned in Soup, Out of Order dan The Raffle.
Sementara itu, satu program baru yang juga hadir yaitu Classique.
Program ini menghadirkan film-film dari sejarah sinema dunia untuk menghidupkan kembali keajaiban yang dulu pernah ditawarkan layar lebar.
Classique menautkan lintasan waktu, menyelami kenangan, dan menggaungkan resonansinya dengan dunia kiwari, menunjukkan bahwa sinema tak pernah usang.
Film Classique yang ditayangkan yaitu Wings of Desire dan Buena Vista Social Club dari sutradara Wim Wenders, dan juga Tribute to Hendrick Gozali: Sumpah Pocong – Lintang dan Bayu.
Selain program yang sudah ada sebelumnya, tahun ini hadir juga program pemutaran hasil kolaborasi dengan beberapa pihak, salah satunya Clermont-Ferrand, festival internasional film pendek tertua di dunia.
Kerja sama ini menghadirkan kompilasi film pendek berkualitas dari berbagai negara.
Kolaborasi ini tak hanya memperkaya pilihan tontonan di Jakarta Film Week, tetapi juga bertujuan untuk memperkuat Jakarta sebagai pusat sinema global yang mendorong kreativitas dan inovasi melalui berbagai genre fiksi dan animasi.
Program kolaborasi lainnya yang hadir di tahun ini antara lain bersama BIFAN, Alternativa, Made in Hong Kong dan Bioscoop Belanda.
Talks: Showcase Concept Arts in IP Development dan ASEAN Regional Workshop on Creative Economy
Hari keempat juga menampilkan program Talks dengan sesi yang beragam, salah satunya adalah
Showcase: Concept Arts in IP Development. Sesi ini mengeksplorasi pengembangan IP
(Intellectual Property) dalam film, membahas potensi konsep desain karakter yang bisa
dikembangkan ke berbagai medium. Diskusi ini menghadirkan beberapa pembicara
berpengalaman, seperti Felix Ezra Supriadi dan Nasya Hikari Vania yang terlibat dalam proyek
animasi-wayang Desa Timun, serta Didier Konings, concept artist film blockbuster, yang
memberikan pandangannya tentang mengembangkan IP dan bekerja pada proyek dengan
pendanaan terbatas. “Proyek dengan pendanaan kecil kadang lebih menantang karena lebih
leluasa dalam mengutarakan proses-proses kreatif. Terkadang, semakin besar pendanaannya
semakin besar juga tantangannya,” ungkap Didier.
Program ASEAN Regional Workshop on Creative Economy bersama JFW Net Industry Program
juga menjadi perhatian utama. Acara ini menyatukan kota-kota di Asia Tenggara melalui diskusi
tentang peran komisi film dan festival dalam mendukung industri kreatif. Sesi pertama
menyoroti pentingnya hubungan antara kota dan industri film, dengan panelis dari Busan Film
Commission, Tokyo Film Commission, Quezon City Film Commission, dan Jogja Film
Commission. Rina Damayanti dari Jakarta Film Week menyoroti bagaimana perkembangan
kualitas film ASEAN berhasil meraih sukses di festival internasional. Dewan Kesenian Jakarta
juga mengusulkan pembentukan Komisi Film Jakarta untuk mendukung izin produksi dan
memperkuat ekosistem film lokal.
Pada sesi kedua yang bertema Film Festivals as Gateways, panelis dari berbagai festival di Asia,
dengan melibatkan Ed Lejano dari QCinema (Filipina), Ajish Dibyo dari Jogja-NETPAC Asian Film
Festival (Indonesia), Jeremy Chua dari Singapore International Film Festival (Singapura), Lorna
Tee dari Asian Film Alliance Network dan Tran Thi Bich Ngoc dari Autumn Meeting (Vietnam),
berdiskusi tentang pentingnya festival film sebagai platform untuk mendukung karya-karya
baru. Panel ini menekankan pentingnya kebijakan yang melindungi pekerja film dan
menguatkan ekosistem film Asia agar lebih mandiri dari ketergantungan pada pasar Barat.
Program-Program Kolaborasi dengan PMM Kemendikbud Ristek
Jakarta Film Week juga bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM)
Kemendikbud Ristek dengan menghadirkan Screening Layar Animasi Anak Indonesiana yang
menampilkan judul-judul seperti Banti Rengo, Kwartet Gupala sang Jagawana, dan Kesatria
Semesta. Sementara itu, Layar Cerita Perempuan Indonesiana menampilkan film-film bertema
perempuan, diikuti sesi tanya jawab bersama filmmaker seperti Rifqi Mardhani (Perempuan
Berlumur Lumpur), Rohil Fidiawan Mokmin (Perempuan Dalam Anyaman), Jamaluddin Phonna
(Selubung Kain Putih), Indra Prasetya (Pembayun), dan Erina Adeline (Gin Swa).
Banyak cerita menarik yang terungkap saat sesi tanya jawab dengan para filmmaker Layar Cerita
Perempuan Indonesiana, namun salah satu yang sangat personal datang dari film Gin Swa. Sang
sutradara, Erina Adeline, mengungkapkan dirinya membuat film tersebut dengan latar sebuah
kisah nyata, saat ia harus kehilangan ayahnya secara tiba-tiba di awal tahun 2024.
Ia pernah bercita-cita ingin membelikan sebuah mobil untuk ayahnya saat dirinya sudah mapan,
namun ternyata sang ayah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa, sebelum ia berhasil
mewujudkan mimpinya. Atas dasar itu, jadilah film Gin Swa. Gin Swa artinya kertas perak. Tradisi
pembakaran gin swa adalah wujud bakti orang Tionghoa terhadap leluhurnya. “Di film ini,
karena si anak perempuan ini belum bisa mewujudkan goalsnya untuk memberikan hadiah
mobil untuk ayahnya, maka setelah meninggal si anak ini mencoba untuk mewujudkan goalsnya
lewat gin swa, sebuah kultur atau tradisi yang dipercaya oleh masyarakat keturunan Tionghoa,”
ungkap Erina Adeline, sang sutradara.
Ditutup dengan Networking Event: Hong Kong Night
Di hari keempat ini, Jakarta Film Week 2024 ditutup dengan Networking Event, program
industri berupa gathering hasil kolaborasi bersama Hong Kong Economic & Trade Office
(HKETO). Jakarta Film Week dan HKETO mengundang dan mempertemukan pelaku industri
kreatif nasional dan internasional untuk bisa bertemu dan berdiskusi secara kasual melalui
program gathering. Melalui Hong Kong Night, diharapkan para pelaku industri kreatif bertemu
dengan produser, investor atau stakeholder potensial lainnya untuk merealisasikan gagasan
proyek dan membuka peluang kolaborasi secara global.
Semakin Beragamnya Program dan Banyaknya Kolaborasi di Jakarta Film Week 2024
Rilda An-Nuur, Business Development Jakarta Film Week, mengungkapkan antusiasme atas
perkembangan program di Jakarta Film Week, termasuk semakin meluasnya program industri di
bawah payung JFW NET. “Memasuki tahun keempat, Jakarta Film Week berfokus
mengembangkan program industri dengan dukungan dari berbagai kolaborator. Pengembangan
yang cukup masif ini menunjukkan komitmen kami dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan industri film di Indonesia,” ungkapnya.
Hari keempat Jakarta Film Week 2024 ini memperlihatkan bagaimana festival ini tidak hanya
menjadi ajang apresiasi film, tetapi juga menjadi ruang diskusi, kolaborasi, dan inovasi yang
memperkuat ekosistem perfilman nasional dan membawa nama Indonesia semakin dikenal di
kancah internasional.
Jakarta Film Week 2024 akan berlangsung hingga 27 Oktober 2024, menghadirkan film-film
berkualitas dari seluruh dunia, serta serangkaian program industri yang dirancang untuk
memperkuat posisi Indonesia di peta perfilman global. Untuk informasi lebih lanjut mengenai
program dan acara Jakarta Film Week 2024, kunjungi www.jakartafilmweek.com dan ikuti kami
di media sosial @jakartafilmweek. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari
perayaan sinema internasional di Jakarta tahun ini!