24 Jam dengan Gaspar akhirnya tayang di Indonesia
Sudah Lama Ditunggu
Setelah sekian lama dinanti, film adaptasi novel Sabda Armandio “24 Jam Bersama Gaspar” yang disutradarai Yosep Anggi Noen akhirnya siap tayang untuk umum.
Awalnya ditayangkan perdana di Festival Film Busan pada tahun 2023, film ini kini akan tersedia secara global di Netflix.
“24 Hours with Gaspar” mengungkap narasi distopia Jakarta, di mana Gaspar (Reza Rahadian), seorang detektif, memulai pencarian di dalam toko milik Wan Ali (Iswadi Pratama). Dia mencari kotak hitam misterius yang dikabarkan dapat mengabulkan permintaan apa pun saat dibuka.
Apa yang tampak seperti misi sederhana dengan cepat berubah menjadi cobaan berat, ditambah dengan kesadaran suram bahwa hidup Gaspar semakin cepat berlalu – dia hanya punya waktu 24 jam untuk hidup.
Bertekad untuk mencapai tujuannya, Gaspar merekrut kru beraneka ragam untuk membantunya merampok toko Wan Ali.
Diantaranya adalah Agnes (Shenina Cinnamon), Ibu Tati (Dewi Irawan), Kik (Laura Basuki), Njet (Kristo Immanuel), dan Yadi (Sal Priadi).
Film ini memikat penonton dengan sinematografinya yang mencolok, yang secara efektif menggambarkan suasana suram dunia distopia.
Perjuangan Gaspar sehari-hari terungkap dengan latar belakang kekacauan dan keresahan masyarakat, diperkuat dengan skor musik menarik yang membawa pemirsa ke dalam realitas baru ini.
Namun, perkembangan narasi film tidak selalu sejalan dengan keunggulan visual dan pendengarannya.
Apa yang dimulai sebagai misi terfokus secara bertahap terkait dengan konflik pribadi Gaspar, saat ia mencari seorang kenalan yang hilang.
Selain itu, karakter pendukung gagal meninggalkan kesan mendalam, hanya Agnes yang menonjol sebagai teman sering Gaspar.
Penampilan para Pemainnya
Meski begitu, penampilan para pemainnya, khususnya peran Reza Rahadian sebagai Gaspar, tetap menjadi sorotan. Rahadian dengan cekatan menyampaikan beban kematian Gaspar yang akan segera terjadi, membawakan penampilan pedih yang menggema di mata penonton hingga saat-saat terakhir.
Penggambaran dunia distopia dalam “24 Hours with Gaspar” dieksekusi dengan presisi, mulai dari palet warna yang suram hingga lanskap perkotaan yang berpasir. Film ini secara efektif menangkap esensi masyarakat distopia, menggambarkan lingkungan yang suram dan penuh firasat buruk.
Selain itu, konsep distopia film ini diperkuat dengan soundtracknya yang menggugah, terutama menampilkan lagu “Hal Hal Ini Terjadi” oleh Fstvlst. Lagu ini menentukan suasana film tersebut, dan berfungsi sebagai pengantar yang tepat untuk narasi distopianya.
Kesimpulan
Saat menyaksikan film ini, jika memegang sebagai penikmat film jenis art house, memang akan melihat ada yang beda. Sayangnya ini hanya terlihat secara jelas saat penayangan di layar lebar.
Komposisi, iringan lagu dan tampilan warnanya , seolah menyatu dan memberikan pemahaman tersendiri . Berbicara melalui layar yang besar dengan suara yang garang
Saat berubah tayang di OTT, kemagisan ini agak lenyap dan penonton hanya terjebak pada ambigu akan alur cerita yang seakan meloncat-loncat tak tentu arah