Wulan Guritno
Berani ambil tantangan dan berani memerankannya.
Ini adalah kesan yang didapat, setelah mendengarkan penjelasan saat jumpa pers film Trinil .
Lebih lanjut Wulan dan Shalom, menjelaskan akan karakter yang mereka perankan.
Shalom Razade memerankan Ayu versi muda.
Ayu versi dewasa dimainkan Wulan Guritno.
“Ayu ini dikuasai keinginan untuk menguasai segalanya. Jadi dia terobsesi untuk memiliki segalanya,” Wulan Guritno membocorkan.
Mengenai Trinil
Bagi mereka yang melewati masa kecil maupun remaja di dekade 1980 dan awal 1990-an, tentu familier
dengan Trinil.
Trinil adalah lakon sandiwara radio yang meledak pada 1985.
Suara rintihan, “Trinil, balekno gembungku,” yang ikonis berasal dari tokoh Mbok Suminten.
Di eranya, popularitas Mbok Suminten menyaingi Mak Lampir dan Nini Pelet.
Kini, saatnya para pencinta film menjadi saksi kengerian Trinil di layar lebar, melalui buah karya sutradara Hanung Bramantyo
Film ini erat dengan latar sejarah, yakni dekade 1970-an. Kala itu, Indonesia kali pertama memasuki fase pemilu dengan peserta 3 partai yakni PPP, Golkar dan PDI.
Pada masa itu, situasi politik di Indonesia sedang memanas. Banyak terjadi pembunuhan di kalangan ulama.
Trinil dibintangi antara lain:
- Carmela Van De Kruk,
- Rangga Nattra,
- Fattah Amin,
- Shalom Razade, dan
- Wulan Guritno.
Naskahnya, dipoles Haqi Ahmad bersama Hanung Bramantyo.
Trinil yang diproduksi Dapur Film dan Seven Skies Motion mengisahkan pasutri Rara (Carmela Van Der
Kruk) dan Sutan (Rangga Nattra) yang siap memulai hidup baru setelah berbulan madu.
Rara mewarisi perkebunan teh nan luas di Jawa Tengah milik William Saunder, ayahnya, seorang lelaki Belanda yang sangat mencintai Indonesia.
Sutan bekerja sebagai perawat di rumah sakit.
Suatu malam, Rara merasakan ketindihan kala dia tidur.
Padahal selama bulan madu, dia selalu nyenyak tidur di malam hari.
Sadar ada yang tak beres, Sutan
minta bantuan Yusof (Fatah Amin), teman sekolahnya saat mereka di Penang, Malaysia, yang kini piawai
menangani beragam kasus mistis.
Mulanya, Rara menolak ide ini. Namun, teror makin mencekam.
Puncaknya, hantu kepala tanpa badan muncul dengan sebuah permintaan, “Trinil, balekno gembungku
(kembalikan tubuhku).” yang ikonis berasal dari tokoh Mbok Suminten.
Di eranya, popularitas Mbok Suminten menyaingi Mak Lampir dan Nini Pelet.
Kini, saatnya para pencinta film menjadi saksi kengerian Trinil di layar lebar.