Belajar sains bisa menjadi menyenangkan, apalagi kalau belajarnya melalui media audio visual seperti film. Apalagi anak-anak usia pra sekolah dan sekolah dasar yang menyenangi tontonan yang menarik. Belajar sains yang dikemas berupa tontonan akan membuat anak-anak semangat bereksplorasi dan mencintai sains. Kali ini Science Film Festival 2023 yang digelar mulai tanggal 21 Oktober hingga 30 November akan memutar 18 film dari 12 negara yang sudah dikurasi khusus untuk Science Film Festival 2023.
Dalam press conference Science Film Festival yang digelar pada Sabtu (21/10) di gedung Kemendikbudristek, Jakarta Dr. Stefan Dreyer selaku Direktur Goethe-Institut, Wilayah Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru ini menjelaskan akan komitmen Science Film Festival dalam menyoroti pentingnya pertimbangan ekosistem dengan pengelolaan lahan, air, dan sumber daya hayati secara terpadu. Hal ini sejalan dengan kebutuhan mendesak dalam upaya mengatasi penggurunan, degadrasi lahan, erosi, kekeringan, kehilangan keanekaragaman hayati dan kelangkaan air. Melalui film-film bertema sains dari berbagai belahan dunia yang diputar di Science Film Festival ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas serta semangat pemuda pelajar Indonesia untuk bereksplorasi dan mencintai sains. Apalagi dalam film yang bertema ilmiah ini disuguhkan dengan jalan cerita yang menarik dan mudah dimengerti.
Senada dengan Dr. Stefan, Y.M Ina Lepel selaku Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste menyatakan bahwa melalui sains kita akan makin paham betapa pentingnya ekosistem yang sehat bagi kehidupan kita, juga upaya mengatasi perubahan iklim serta pelestarian keanekaragaman hayati. Kemajuan sains sangat berperan dalam menemukan solusi bagi tantangan ekosistem yang kita hadapi. Melalui film-film ilmiah yang dihadirkan di Science Film Festival ini generasi muda dapat lebih aware dan turut menjaga ekosistem kita.
Hadir juga Tatang Muttaqin selaku staf ahli Mendikbudristek bidang Talenta yang menyatakan kegembiraan dan dukungan Kemendikbudristek akan festival ini yang bertujuan menumbuhkan kecintaan siswa pada sains dan harapannya para siswa dapat berani bereksperimen dan berpikir kritis, karena belajar sains itu menyenangkan.
Science Film Festival 2023 yang juga dibuka dengan mengundang sekitar 200 pelajar dari Jabodetabek ini disambut antusias siswa yang hadir dengan didampingi guru-gurunya. Dalam pembukaan Science Film Festival 2023 ini juga ditayangkan 2 buah film animasi Indonesia yang berjudul Sang Penerang Desa yang menceritakan tentang pengalaman Puni yang tinggal di desa dan membawa perubahan pada desanya melalui pembangunan pembangkit listrik mikro-hidro. Film kedua yaitu film asal Jerman yang berjudul Checker Tobi: The Waste Check yang menceritakan tentang proses pemilahan dan pengolahan sampah plastik menjadi barang yang baru dan berguna.
Menariknya lagi, dalam press conference dan juga pembukaan Science Film Festival ini para narasumber yang hadir serta sejumlah siswa turut serta berpartisipasi dalam percobaan atau eksperimen sains sederhana. Untuk para narasumber yang hadir melakukan eksperimen melontarkan gelas sekali pakai yang dililitkan karet dan dilontarkan. Sedangkan untuk para siswa melakukan esksperimen meniup balon serta memadamkan api dengan menggunakan gas karbondiosida yang dihasilkan dari percampuran asam cuka dan baking soda.
Dari eksperimen sederhana ini, tidak ada rumus kimia atau fisika yang diterangkan tapi justru membuat anak berpikir kritis tentang apa yang terjadi dengan eksperimen yang mereka lakukan. Hal seperti inilah yang diharapkan dengan menghadirkan film-film sains yang dapat memberi inspirasi anak-anak untuk bereksperimen, bereksplorasi dan mencintai sains. Science Film Festival yang akan digelar selama kurang lebih satu bulan yang menjangkau siswa siswi SD sampai SMA di 70 kabupaten/kota di Indonesia. Festival yang mengambil tema “Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB” ini juga diselenggarakan secara internasional hingga 20 Desember 2023 yang bekerjasama dengan mitra lokal. Untuk Indonesia didukung oleh Kemendikbudristek, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, Inisiatif Sekolah Mitra menuju Masa Depan (PASCH), Bildungskooperation Deutsch (BKD), Rolls Royce, Universitas Paramadina, Universitas Katolik Atmajaya, Universitas Negeri Jakarta dan PGRI.
Kontributor : Hida
Editor : Nuty Laraswaty