Film Enola Holmes 2 , akhirnya tayang di Netflix. Film sekuel ini memang amat dinanti-nanti, dikarenakan trailernya saja sudah menarik perhatian. Ditambah pula dengan kabar yang tersebar bahwa Enola (Millie Bobby Brown) kali ini terlibat masalah berat serta pelik yang membuatnya harus meminta bantuan kakaknya Sherlock Holmes (Henry Cavill)
Semuanya begitu menggoda sekaligus pula menarik perhatian, terlebih lagi dengan kehadiran love interest Enola Holmes , yaitu Tewkesbury (Louis Partridge).
Pertanyaan yang timbul tentunya adalah apakah kasus yang sedang diselidiki Enola sampai membuatnya terlibat sejauh ini?
Pada film ini, kisah yang diusung kali ini membawa muatan cukup berat serta didasari dari sebuah kejadian nyata yang berlangsung pada abad lalu , namun ternyata masih relevan dengan kondisi masa kini. Ini seolah merupakan sebuah kisah yang abadi. Alur kisahnya ini membahas mengenai politik, korupsi dan ketidak pedulian pengusaha akan nasib pekerja wanita mereka di pabrik korek api. Ini menarik dengan kehadiran tokoh karakter yang menghilang bernama Sarah Chapman , merupakan tokoh serikat buruh tahun 1888, ia dikenal sebagai pelopor kesetaraan dan keadilan gender di tempat kerja.
Ini adalah masa dimana perempuan masih sangat dipandang tidak setara dalam bekerja , jika dibandingkan dengan laki-laki. Sesuatu hal yang hingga saat inipun juga masih merupakan pembahasan yang menarik dan relevan.
ini sebuah kisah dimana perempuan tetap diharapkan agar menuruti kemauan lelaki, dimana pendidikan etiket merupakan satu-satunya tujuan. Perempuan pun masih dianggap tidak mampu menyampaikan ispirasinya. Hal ini beberapa kali terlihat dalam beragam percakapan antara Enola dengan orang-orang yang ia temui, termasuk juga dengan kakaknya Sherlock Holmes.
Penekanan berulang in tentunya menarik perhatian, sutradara Harry Bradbeer terlihat sekali ingin memberikan penekanan akan isyu perempuan ini , semua diambil dari sudut pandang perempuan , dengan diperkuat oleh gaya narasi Enola , selayaknya film-film yang hendak menonjolkan akan hal tersebut (She Hulk, Ally McBeal).
Sentuhan lelucon disana sini memberikan senyuman bagi para penontonnya, terlebih saat Enola dan Tewkesbury pun akhirnya mampu mengutarakan perasaan yang mereka rasakan satu sama lainnya , adegan romantis yang dihadirkan pun seolah memberikan angin segar namun tidak berlangsung lama, terasa pas.
Walaupun isyu perempuan dalam film ini sangat kental, namun terasa sekali akhir ceritanya tetap mengarah pada perempuan akan tetap kembali kepada masalah domestik. Ini pun sangat terasa kental di era masa kini.
Dapat dikatakan menonton film Enola Holmes 2, penonton akan mendapatkan semua isyu terbaru , terlama dan seolah menjadikan hal yang wajar pula , bahwa perempuan diperlakukan seperti itu. Apakah ini pertanda bahwa film ini hanya mau mengusung seputar kejadian kesetaraan dan keadilan gender di tempat kerja ?
Kesan ini mau tak mau muncul, dikarena semua hal lain terasa hanyalah sesuatu tempelan belaka. Hanya untuk melengkapi kesetaraan dan keadilan gender di tempat kerja .
Apabila telah menerima akan al ini, satu hal yang menarik lagi adalah saat penjabaran karakter Moriarty , yang diluar dugaan selama ini adalah merupakan sosok perempuan. Ini dapat dikatakan memberikan sentuhan mengagetkan , namun dengan trend yang saat ini sedang berlangsung terasa dimaklumi. Dinaklumi karena pada film-film yang lainnya pada masa ini, model alur cerita semacam ini seolah sudah menjadi suatu kebiasaan.
Pemilihan sosok perempuan sebagai Moriarty ini tentunya sangat mengejutkan bagi para penggemar Sherlock Holmes dari masa ke masa. Akankah penonton mau menerima ide ini? Nampaknya akan terjawab pada pertanyaan berikut ini, akankah ada Enola Holmes 3?
Cinemags sendiri menonton film Enola Holmes 2 ini , merasakan sisi keseruannya, dengan ide mengusung dari kisah nyata, patut mendapatkan apresiasi tersendiri, dan memberikan nilai 8/10