Bullet Train adalah film aksi dengan sinematografi yang unik dan berbeda. Menonton film karya sutradara David Leitch (Deadpool 2) dari skenario yang ditulis oleh Zak Olkewicz (Fear Street), berdasarkan novel Jepang Isaka Kotaro berjudul Maria Beetle, memang dengan mudah membawa para penontonnya ke ranah film animasi .
Nampaknya gaya semacam ini memang sedang trend, seperti halnya yang ditampilkan dalam beberapa serial dari Marvel. Namun untuk Bullet Train, sinematografi yang diberikan cenderung brutal , blak-blakan dan terus terang, layaknya gambar-gambar dari komik aksi dari Jepang.
Lokasi adegan film pun digambarkan ada di dalam kereta api yang sedang melaksanakan perjalanan hariannya di Jepang, melewati kota-kota pemberhentian bisnis.
inti persoalan adalah sebuah tas misterius , yang sebenarnya tugas yang terkait pada tas misterius inipun , juga amat sederhana. Ambil dan bawa turun di stasiun pemberhentian bisnis tertentu, namun dari inti persoalan sederhana ini, penonton dibawa setapak demi setapak masuk ke dalam permasalahan yang lebih kompleks lagi.
Disini balutan humor sarkartis , langsung diberikan pada awal pembukaan film, membuat penonton sedari awal menyadari ada sesuatu yang lebih dari alur cerita yang nampaknya sederhana ini. Harapan penonton akan hiburanpun segera terpenuhi dari awal pembukaan film ini, selain sisipan humor sarkartis, adegan aksi brutal dan beberapa segmen cenderung sadis pun ditampilkan. Namun melalu sudut pengambilan gambar serta akting piawai dari deretan aktor dan aktris yang tampil, membawa minat penonton naik ke level berikutnya.
Sayangnya, hanya sampai disini saja yang diberikan dalam film ini, terasa lama kelamaan alur cerita yang awalnya susah tertebak, mulai mengurai dan di tiga perempat durasi film, mulai dapat teraba akhir ceritanya. Twist yang diberikan pun, tak mampu memberikan rasa kejut yang diharapkan.
Keunggulan film ini memang ada khususnya pada sinematografi nya yang berbeda dari film-film aksi pada umumnya dan ini mampu mendukung imajinasi yang ditawarkan oleh penulis novel dan naskahnya, membuat paling tidak durasi panjang selama hampir 3 jam ini , mampu dilalui dengan antusias. Hal Ini sedari awal telah ditampilkan dalam trailernya
Para pemain yang terlihat , sebut saja Brad Pitt, Aaron Taylor-Johnson, Andrew Koji, Joey King, Brian Tyree Henry, Michael Shannon, Hiroyuki Sanada, Bad Bunny, Masi Oka, Zazie Beetz, Logan Lerman, Karen Fukuhara, dan Sandra Bullock. Memang masing-masing sudah memiliki penggemar tersendiri, sehingga hal ini pula yang membuat penonton tertawan , untuk menonton terus hingga film ini selesai. Siapa yang tak mau melewatkan penampilan aktor/aktris favoritnya dalam adegan sinematografi yang berbeda dan unik.
Baca juga :Big Bad Wolf menyimpan dendam terhadap Ladybug yang diperankan oleh Brad Pitt.
Semua unsur serba kebetulan tampil dengan baik dalam perpindahan satu adegan ke adegan yang lain. Unsur serba kebetulan Ini dimulai dari karakter Ladybug (diperankan oleh Brad Pitt) , mantan pembunuh bayaran yang diperintahkan untuk naik kereta, mencuri tas dan turun di stasiun pemberhentian berikutnya.
Ladybug menggantikan pembunuh lain yang tidak tersedia pada menit-menit akhir . Ladybug menolak saran kontaknya (diperankan oleh Sandra Bullock), untuk membawa pistol karena Ladybug baru saja keluar dari manajemen kemarahan dan telah meninggalkan kegiatan-kegiatan terkait dengan pembunuhan. Tugas sederhana, mengambil tas dan kemudian turun di statiun pemberhentian berikutnya, ia anggap adalah tugas yang amat mudah sekali, sehingga ia pun menyetujuinya.
Alur cerita pun berkembang melibatkan Yakuza, keluarga hingga unsur balas dendam yang tersimpan bertahun-tahun lamanya.
Film ini cocok untuk menemani kamu pencinta film aksi , pencinta sinematografi dengan tentunya bonus iringan lagu-lagu nostalgia era tahun 80 an
Selain itu menarik perhatian adalah Ladybug, mengenakan kaca mata yang ikonik, sebagaimana Cinemags telusuri, ternyata ada tampilan khususnya di trailer Bullet Train dengan tipe kaca mata Origins Bullet 1 VPLE37 col.700. merupakan merek dari Police, untuk mendukung akting Brad Pitt berperan sebagai protagonis. Pemilihan ini, kembali mengingat akan kondisi serupa pada film ‘Men in Black: International’ , dimana pemilihan kostum secara terperinci akan menegaskan hubungannya dengan dunia sinematik. Tentunya karena setiap adegan mesti mencerminkan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tas yang diperebutkan tersebut menggunakan merek Tumi. yang mau tak mau mencuri perhatian karena tampilannya yang berbeda dari yang lainnya.