Pelangi Tanpa Warna adalah sebuah film karya sutradara Indra Gunawan, dan film ini dibuat secara hati-hati berdasarkan kisah pribadi yang dialami oleh sang sutradara walaupun dalam bentuk lain, jadi dapat dikatakan ini adalah sebuah kisah menyentuh terinspirasi dari kehidupan pribadi Indra Gunawan serta dari novel berjudul sama yang ditulis Mahfrizha Kifani di platform Kwikku.
Indra Gunawan sendiri dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa ia saat proses syuting , mengalami beban berat dalam beberapa adegan. Hal ini dikarenakan , ia merasa kembali pada situasi di pengalaman pribadinya, dan di beberapa adegan memorinya kembali timbul akan peristiwa-peristiwa tersebut.
Bila berbicara mengenai film ini, maka pertama kali yang dilihat tentunya adalah poster filmnya.
Disini memang terlihat ada dua aktor yang dikenal melalui salah satu sinetron dan film kategori klasik ataupun legenda. Dua aktor yang dimaksud adalah Rano Karno dan Maudy Koesnaedi (\, yang dikenal melalui franchice Film Si Doel.
Pada film ini mereka juga berperan sebagai pasangan suami isteri , dan terlihat masing-masing saling menyayangi , layaknya keluarga harmonis. Ini pun juga terlihat pada trailernya
Adapun sinopsis adalah sebagai berikut
Tak pernah terbayangkan oleh Fedi (Rano Karno), rancangan indah dalam pernikahannya hancur karena sang istri mengidap Alzheimer. Dari hari ke hari, Kirana (Maudy Koesnaedi) terus melupakan semua hal sederhana hingga paling penting dalam hidupnya. Situasi berubah menjadi penuh emosi hingga membuat ketenangan di rumah seolah menghilang, lalu berganti dengan kesedihan yang tak berkesudahan. Fedi terus diuji dengan kondisi Kirana yang semakin hari semakin menurun. Tugas rumah tangga yang awalnya dipegang sang istri, kini dibebankan penuh padanya. Mampukah Fedi bertahan atau malah memilih menyerah?
Film ini sebenarnya sangat menyentuh dan kuat pendalaman karakter yang diberikan oleh 4 tokoh dalam cerita ini. Pasangan Rano Karno dan Maudy Koesnaedi , dalam beberapa adegan memang terlihat masih melihat gesture dan bahasa ibarat Doel dan Zaenab, namun kemudian segera bertransformasi menjadi sesuatu yang berbeda , sehingga penonton dapat melihat mereka sebagai karakter Fedi dan Kirana.
Fedi disini tampil layaknya lelaki yang sangat sibuk bekerja, dan walaupun masih memperhatikan keluarga, ia tidak terlalu memperdulikan detil, sehingga kondisi Kirana pun baru ia sadari belakangan dan sayangnya ini sudah semakin memburuk.
Ibu Ferdi yang diperankan oleh aktris Ratna Riantiarno , menampilkan sosok mertua yang sayang pada mantunya, namun lama kelamaan menjadi kesal dikarenakan sikap Kirana yang berubah-rubah. kekuatan aktingnya sangat powerfull, sehingga dengan berdiri saja, penonton sudah dapat merasakan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh sang Ibu ini mengenai kondisi dan tingkah laku Kirana.
Namun yang paling menarik perhatian tentunya kehadiran aktor muda Zayyan Sakha , yang walaupun terlihat masih kurang jam terbang aktingnya, kurang lebih dapat mengimbangi akting dari Rano Karno dan Maudy Koesnaedi. Wajar jika terbesik pemikiran dari penonton, bahwa mungkin karakternya dalam film ini, memang khusus diciptakan untuknya. Namun sutradara Indra Gunawan telah menyampaikan bahwa Zayyan telah mengikuti proses casting bersama deretan calon pemeran lainnya.
Jika ada kekurangan, dirasakan adalah tiadanya ruang bernafas bagi penonton, dikarenakan tiada jeda adegan penuh penderitaan akibat penyakit ini , dari awal hingga akhir.
Penonton memang diberikan sedikit flash back , namun itu pun membawa nuansa muram dan sedih , sehingga dapat dikatakan hingga film selesai, beban beratlah yang dirasakan oleh penonton. Beban karena harus menyaksikan penderitaan orang lain yang termuat dalam media film. Karena bukankah penoton ingin menonton untuk mencari hiburan?
Tiada yang salah dengan sebuah film yang hendak menceritakan secara periodik , apa yang akan dialami oleh seorang yang terkena penyakit Alzheimer, namun dikarenakan nuansanya sidh dan gelap , maka saat film usai, penonton pun merasa dibebani dengan suatu permasalahan .
Film Pelangi Tanpa Warna, hingga kini masih tayang di bioskop-bioskop Indonesia