Diulas oleh Mary Rizka
Merindu Cahaya de Amstel, sebuah film Indonesia yang berlatar di Belanda diataptasi dari novel karya Arumi E., mengisahkan seorang Wanita Belanda bernama Khadija Vennhoven yang menjadi seorang mualaf. Khadija bertemu dengan seorang juralis bernama Nicholas Van Djick, yang memotret Khadija tanpa sengaja, pertemuan mereka juga tanpa sengaja membuka sebuah hubungan persahabatan dan percintaan rumit antara keduanya.
Film ini adalah hasil produksi Unlimited Production, Maxima Pictures, Imperial Pictures dan Dwi Abisatya Persada, disutradararai oleh Hadrah Daeng Ratu.
Film ini sangat mneyentuh hati dengan memberikan edukasi tentang perempuan, menjadi seorang pemeluk agama, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Sutradara berhasil membawa unsur romansa dengan sangat baik, kedua tema ini dijahit rapih dan mampu mendorong pesan-pesan ini kepada penonton dengan baik tanpa terburu-buru.
Hadrah Daeng Ratu memiliki visual yang kuat sebagai sutradara, sebelumnya banyak menyutradarai film horror (Aku Tahu Kapan Kamu Mati, Jaga Pocong, Makmum: The Movie) dan komedi (Mars dan Venus), Hadrah sendiri berpengalaman menyutradarai seri web Assalamualaikum yang tayang di Video di tahun 2021.
Kali ini menghadirkan visual cantik dengan latar-latar tempat di Eropa membuat sinematografi yang indah.
Penampilan-penampilan para jejeran pemain juga tentu menjadi salah satu sentuhan menarik di dalam film ini.
Amanda Rawles yang baru saja lulus dari Dear Nathan, langsung mengambil peran yang berbeda dari karakter Salma. Mungkin para penonton akan merasakan perbedaan yang signifikan bila menonton film ini setelah baru menonton Dear Nathan: Thank You Salma.
Amanda Rawles berperan sebagai Khadija dengan aksen Belanda yang ia pelajari untuk karakter ini. kedewasaan kemampuan Rawles dalam seni peran semakin terlihat ketika ia menjadi Khadija.
Peran ini juga tidak mudah karena beberapa adegan yang cukup sulit saat film memerlihatkan kisah Khadija sebelum ia memilih menjadi seorang muslim.
Bryan Dormani juga memiliki peran yang cukup penting sebagai Nico. Nico terjebak dalam kisah cinta segitiga dengan Khadija dan Kamala (Rachel Amanda). Kedua aktor , Bryan Dormani dan Rawles memiliki hubungan yang romantis di layar kaca. Mereka juga berhasil menggunakan aksen Belanda yang realistis dan tidak terasa dipalsukan. Bryan sebelumnya memerankan Raga di film Sin (2019) bersama Mawar Evan De Jongh.
Ridwan Remin juga menjadi sebuah highlight di film dengan menawarkan suasana komedi.
Remin berperan sebagai Joko, teman Nico yang bekerja di satu kantor berita dengannya dan juga orang Indonesia. Remin di sini sebagai karakter pembantu comic-relief, karena ketika suasana film yang begitu senduh dan serius, Joko tetap konsisten memberikan suasan ceria di dalam cerita. Tetapi karakter Remin sendiri dapat menjadi serius ketika dalam keadaannya memerlukannya, contohnya ketika Joko harus menegur Nico tentang alasannya ingin pindah agama.
Rachel Amanda sebelumnya juga bertemu dengan sutradara, Hadrah Daeng Ratu di seri Web Assalamualaikum, tetap membawa karakter yang polos dan sangat dekat dengan kehidupan beberapa perempuan yang mungkin belum dekat dan taat dengan agama mereka. Kamala di sini juga memiliki motivasi yang kuat untuk mempelajari arti menjadi seorang yang beragama dan berhasil membawa sisi emosional karakter.
Prespektif baru telah saya dapat setelah menonton film ini bahwa agama apapun itu tentunya sebenarnya perlu kita pahami sebelum kita memberi label kepada penganut agama tersebut.
Selain itu, bagaimana seorang perempuan dan hubungannya dengan Tuhan juga memperngaruhi aspek-aspek kehidupan perempuan dan bagaimana kita memandang hidup sebagai seseorang beragama. Film ini juga menyentuh sisi kehidupan seorang minoritas muslim yang hidup di negara mayoritas Nasrani. Aspek-aspek kompleks ini membuat film ini begitu menarik untuk di tonton. Aku sarankan juga untuk para penonton muslim dan non-islam karena walau cerita berfokus kepada agama islam, penonton non-muslim dapat memiliki prespektif baru setelah menonton film ini dan memahami teman-teman yang beragama berbeda dengan kita.
Editor : Nuty Laraswaty