Film dokumenter yang berjudul “The Flame”, produksi bersama Abimata Group, Cineria Film, RM Cine Makassar dan Aljazeera Documentary Channel menceritakan kisah perjuangan Iber Djamal sebagai penduduk asli Kalimantan yang mempertaruhkan sepanjang hidupnya untuk mendapatkan hak waris hutan adatnya.
Film yang juga bertujuan memaparkan isu krisis iklim dan lingkungan hidup yang telah menjadi permasalahan besar di negara ini akan tayang secara eksklusif di beberapa kota besar di Indonesia mulai akhir November 2021.
Sesi pemutaran khusus pertama diadakan di Plaza Indonesia XXI pada hari Senin 29 November 2021, pukul 14.00 WIB dan 16.00 WIB dengan dihadiri para tim produksi, pemain dan juga kolaborator. Plaza Indonesia menjadi tuan rumah untuk seluruh acara pemutaran khusus hari ini sekaligus menjadi penyelenggara acara.
“The Flame” merupakan film dokumenter panjang pertama yang disutradarai oleh Arfan Sabran dan diproduseri oleh Gita Fara. Film ini telah tayang di Vision du Reel Film Festival di Swiss pada April 2021, DMZ Documentary Film Festival di Korea pada September 2021, dan Bifed, Ecology Film Festival di Turki pada Oktober 2021. Selanjutnya, film dokumenter ini juga akan tayang perdana di Jogja NETPAC Asian Film Festival 2021 dan di Singapore International Film Festival pada akhir November ini.
Sutradara Arfan Sabran, mengatakan, “The Flame tak hanya menceritakan tentang perjuangan nyata Pak Iber Djamal (77 tahun) dalam mempertahankan hutan adatnya, tapi juga permasalahan lingkungan hidup di Indonesia yang semakin kritis. Kami ingin memperlihatkan semangat Pak Iber dalam mempertahankan hutan adat walaupun tidak mendapatkan dukungan penuh dari pihak keluarga maupun warga sekitar. “The Flame” mengajak penonton untuk memahami makna penting tentang hutan adat yang memiliki arti sebagai simbol kehidupan, keseimbangan, dan kebijaksanaan. Harapan kami, film dokumenter ini dapat membuka mata masyarakat akan isu-isu sosial yang terjadi, terutama pada hutan adat dan dapat menumbuhkan semangat mereka untuk mulai berinisiatif melindungi dan melestarikan hutan adat di Indonesia.”
“The Flame” digarap dengan konsep dan alur cerita yang intim dalam memperlihatkan perjuangan penduduk asli Kalimantan untuk melindungi warisannya, dipadukan dengan sejarah dan investigasi tentang bagaimana proses deforestasi yang berlebihan di Indonesia telah menciptakan dampak dan kerugian nyata bagi seluruh wilayah di hutan Kalimantan. Kami berharap dengan adanya kolaborasi film dokumenter “The Flame” dengan Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Sejauh Mata Memandang dapat membantu mempercepat dan memperluas edukasi yang akan kami lakukan di berbagai wilayah Indonesia terkait isu lingkungan hidup, terutama hutan adat yang kian punah”, ungkap Produser Gita Fara.
“Saya bersyukur sekali film “The Flame” bisa tayang di berbagai film festival dan ditonton banyak orang bukan hanya masyarakat Indonesia tapi juga se-Asia.Saya juga berterima kasih karena Arfan dan Gita bersama seluruh tim membantu perjuangan saya untuk memperoleh hak waris hutan adat di Kalimantan, saya berharap penerus saya dan penerus kita semua bisa mengetahui tujuan penting saya memperjuangkan hutan kita”, ungkap Iber Djamal.
Yayasan Dian Sastrowardoyo (YDS) sebagai organisasi nirlaba dan Sejauh Mata Memandang (SMM) sebagai label tekstil yang memiliki perhatian tinggi pada isu lingkungan hidup berkolaborasi bersama film dokumenter “The Flame” untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pelestarian hutan adat di Indonesia. Dian Sastrowardoyo, pekerja seni dan pendiri Yayasan Dian Sastrowardoyo mengatakan, “Film dokumenter “The Flame”, dapat menjadi salah satu alat edukasi yang sangat efektif untuk memberikan gambaran secara nyata kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang problematika deforestasi hutan tanah air. Sebagai pegiat di bidang pendidikan, saya berharap ‘The Flame’ dapat menjadi pembuka mata hati kita semua untuk mulai bertindak bersama-sama dan menjaga pelestarian lingkungan hidup.”
Dilanjutkan oleh Chitra Subiyakto, pendiri Sejauh Mata Memandang, “Menjaga bumi adalah salah satu pesan utama kami dalam berbagai kegiatan dan hal ini juga yang diangkat oleh Film Bara ‘The Flame’ sehingga kami berkomitmen untuk mendukung penuh film ini dalam konsep kolaborasi. Kami berharap pesan ini akan semakin luas dan banyak orang semakin sadar untuk berbuat sesuatu dan aktif melindungi hutan dan masyarakat adat di Indonesia.”
Film dokumenter “The Flame” berkolaborasi bersama Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Sejauh Mata Memandang dengan mengunjungi berbagai kota di Indonesia untuk mengajak masyarakat agar turut serta dalam upaya melindungi lingkungan hutan adat di Indonesia, antara lain di DKI Jakarta, DIY Yogyakarta, Makassar, dan Palangkaraya. Film ini juga akan menyapa secara virtual daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh bioskop melalui pemutaran film dan diskusi yang mendalam.
Untuk mengetahui informasi lebih lengkap dan program terbaru, Anda dapat mengunjungi masing-masing instagram @yayasandian, @sejauhmatamemandang, dan @baratheflame
Demikian kami sampaikan, semoga dapat menjadi materi yang menarik bagi rekan – rekan media. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan menghubungi kami.