Terasa ada pesan khusus tersendiri dari film Raging Fire , yang merupakan karya terakhir dari penulis skenario dan sutradara terkenal asal Hong Kong, alm Benny Chan.
Setelah beberapa waktu merilis trailer terbaru yang menampilkan banyak adegan aksi, Donnie Yen (Mulan, franchise Ip Man) dan Nicholas Tse (Shaolin, New Police Story) , yang menceritakan Donnie Yen berperan sebagai Bong, seorang perwira polisi yang sangat disegani di bidangnya dengan rekam jejak yang sukses.
Namun kemudian ia mendapati dirinya berhadapan langsung dengan sekelompok penjahat yang dipimpin oleh mantan muridnya yang bernama Ngo (Nicholas Tse), yang masih menyimpan dendam terhadap Bong atas “kesalahan” yang dibuatnya sehingga mengirim polisi muda itu ke penjara.
Kehidupan dalam penjara, tentunya merupakan siksaan bagi polisi, karena para penjahat yang dahulu pernah mereka tangkap akan mengincar mereka.
Dendam Ngo begitu dalam , sehingga ia tidak akan berhenti untuk menjatuhkan semua orang yang telah berbuat salah padanya — termasuk orang yang pernah menjadi pembimbingnya.
Dari segi aksi, akan banyak sekali ditemui unsur bela diri wing chun serta banyak adegan menggunakan alat tajam yang sangat memukau dan membius penontonnya untuk menontoh hingga akhir film.
Adapun muatan / pesan moralnya adalah sebagai polisi , amatlah berat menjalankan perintah dan juga mentaati peraturan secara membabi buta , saat berada di lapangan. Pilihannya adalah hidup dan mati , dimana hal ini disampaikan secara tepat oleh Bong dalam suatu adegan. Pilihan ini lah yang akan menentukan bagaimana jati diri seorang polisi ke depannya.
Selain itu terasa juga pesan satir kepada para pejabat pemerintahan yang berkuasa, demi mempertahankan karir dan politiknya mau melakukan apapun, termasuk mengkhianati kepercayaan anak buahnya, yang tentunya mengharapkan perlindungan atas perintah yang dilakukan oleh diri pejabat tersebut.
Pesan moral dari penulis skenario dan sutradara terkenal asal Hong Kong, alm Benny Chan ini memang menohok eksistensi kehidupan bernegara yang berlaku secara global.
Sedikit perhatian, agar film ini ditonton oleh penonton dengan usia dewasa dan matang, karena banyak unsur aksi kekerasan dalam film ini, yang dalam akhir film diperlihatkan cara pembuatannya (behind the scene) , terutama tentunya adegan aksi laganya yang membutuhkan banyak sekali latihan serta penjagaan ekstra agar tidak membahayakan para aktor yang memerankannya.
Film ini diputar secara luas pada bioskop di Indonesia sebagai tribute untuk alm Benny Chan