Film Kadet 1947 , telah diumumkan akan tayang global feature di Jakarta Film Week 2021. Film ini memang menarik perhatian sejak awal produksinya dan kali ini Cinemags (diwakili Nuty Laraswaty) berkesempatan berbicang-bincang dengan Rahabi Mandra dan Aldo Swastia, seputar film Kadet 1947
Berikut ini adalah rangkumannya
Q: Bisa diceritakan mengapa memilih menyutradarai film Kadet 1947, yang merupakan film tentang Angkatan Udara Indonesia ini ?
Rahabi Mandra :
Awalnya dari ngobrol-ngobrol santai bersama produser Celerina Judisari dan Tesadesrada Ryza , kami ingin sekali membuat film untuk 75 tahun Indonesia (red : tahun 2020) sesuatu yang berbeda dan fresh. Dalam pemikiran saya ada Kadet. Kita sudah pernah main ke museum Dirgantara dan diceritakan oleh teman-teman disana mengenai Kadet ini … yah udah lamalah …. bercerita bagaimana bom nya dipangku , juga jenis pesawat yang digunakan, namun yang paling menarik adalah usianya yang muda-muda antara 18 hingga 20 tahun. Dari sudut ini amatlah menarik .
Namun saat itu memang tujuan kami adalah untuk membuat film untuk 75 tahun Indonesia, tidak berfokus pada Angkatan Udara Indonesia. Kebetulan cerita kadet ini cocok banget buat target kami yaitu anak muda, milenial . Penjelasan sedikit bahwa istilah kadet disini adalah murid penerbang (belum perwira) yang merupakan istilah umum dipakai untuk pendirian angkatan/tentara/kesatuan , tapi pada kondisi sekarang lebih dikenal Kadet itu untuk Angkatan Laut.
Q: Mengapa kok timelinenya tahun 1947?
Aldo Swastia :
Setelah tahun 1945 itu kan Indonesia, pertahankan kemerdekaan ada banyak kejadian bersejarah terkait hal ini , namun yang dikenal umum dan luas kan adalah Agresi Militer Belanda Kedua karena ada Pak Sudirman memimpin gerilya (tahun 1949) .
Tapi di tahun 1947 itu sebenarnya ada agresi pula, ketika Belanda melanggar perjanjian dan masuk paksa ke Indonesia dan menyerang pangkalan-pangkalan udara Indonesia, karena kala itu siapa yang menguasai udara akan menang. Pada agresi militer ini ada peristiwa bersejarah yang tidak dikenal secara umum , yang dipimpin dan dilaksanakan oleh orang muda . Mereka dari nol berjuang dengan segala keterbatasan, namun mereka tetap gigih untuk mempertahankan kemerdekaan.
Ini kan belum didengar oleh orang banyak, jadi cerita yang menarik untuk diangkat. Jadi kita sangat semangat , untuk menunjukkan ini ke pada penonton. Semua ini dijelaskan secara detil saat kami berkunjung ke museum Dirgantara tersebut.
(bersambung)