Eric Khoo merupakan Showrunner untuk seluruh episode serial Folklore Season 2 ini , sedangkan Seiko Matsuda merupakan sutradara untuk episode Jepang.
Produksi serial tujuh episode berdurasi satu jam akan tayang di tujuh negara Asia dengan arahan sutradara setempat.
Penonton akan menemukan pada Folklore Season 2 ini, perpaduan antologi film antara para pekerja film yang telah mapan dan pendatang baru, masing-masing dengan sensibilitas berbeda, termasuk dua sutradara perempuan dari negara tersebut.
Terkait akan hal ini, berikut adalah rangkumannya
Q: Bisa diceritakan mengenai Folklore Season 2 ini dan kaitannya dengan film pertama Seiko Matsuda?
Eric Khoo : Saya senang semua episode telah selesai.
Saya berada di Jepang mempromosikan sebuah film. Saat itulah saya kemudian bertemu Seiko dan ia menceritakan mengenai pengalaman pribadinya, dan juga keinginannya untuk dapat membuat sebuah film lalu aku menawarkan agar ia menyutradarai film horor dalam rangkaian Folklore Season 2 ini dan yang sangat menyenangkan buatku adalah saat Seiko mengiyakannya. Ia punya teman hantu.
Bekerja sama dengan Seiko menyenangkan, ia kreatif dan memiliki banyak ide cerita, ia juga punya rasa sensitif akan karakter-karakter yang akan memerankannya. Ia sendiri yang mengerjakan semuanya, dari memilih pemain, mengerjakan musiknya , tampilan dalam film.
Untuk Folklore Season 2 ini , saya melihat film Billy Christian dan saya menyukainya, itulah sebabnya saya mengajaknya terlibat dan sangat menyenangkan filmnya tergabung dalam antologi ini
Bisa diceritakan awal keterlibatan dengan genre horor?
Eric Khoo :
Saat msh kecil , saya diberikan tontonan horor oleh Ibu saya. Memang beliau amat senang akan genre ini. Saat dewasa saya mulai melihat dari sudut teknis sinematika .Saya melihat akan banyak cara untuk menyampaikan horor dalam format tertentu.
Sebagai show runner dalam season 2 ini , maka penonton akan menemukan tema dari masing-masing sutradara, dimana setiap episode benar-benar berdiri sendiri. Akan ada banyak cerita dalam antologi ini, ada yang mengenai horor murni, ada mengenai ritual , ada mengenai kerasukan, kutukan dan lain-lain . Juga akan ada banyak adegan emosinalnya .
Ekspektasi saya dari season 2 ini adalah ingin menakuti banyak orang dan dan kemudian tentunya berlanjut ke season 3. Saya melihat bahwa banyak orang yang menyukai horor dan dari 7 episode telah kami rencanakan, saya langsung melihat masing-masing sutradara yang akan mengerjakan tiap episdoe secara spesifik
Q: Mengapa memilih genre horor sebagai film pertamamu?
Seiko Matsuda : Saya sendiri juga terkejut, dan ya inilah dimulai dari obrolan santai mengenai cerita mengerikan yang pernah dialami , lalu satu tahun kemudian Eric mengajak bertemu serta juga menanyakan apakah aku ingin menyutradarai film sendiri. Lalu aku diminta menulis, dan mulai bertukar pikiran dengan Eric…semua dimulai dari itu.
Tapi ceritaku lebih dari sekadar horor. Ceritaku berdasarkan cerita nyata dari asistenku yang kebetulan dapat melihat hantu, dan ia mengatakan setiap kali aku tampil di depan publik ia melihat hantu tersebut.Aku melihat setiap negara punya cerita mengenai hantu dan aku ingin sekali mendalami hal ini, karena itulah aku sangat senang terlibat
Q : Bisa diceritakan hal yang menyenangkan dan tantangan saat menyutradarai?
Seiko Matsuda :
Mengenai tantangan , saat membuat alur cerita untuk semua orang,biasanya kan aka menyanyi utk diriku sendiri.
(Red: Seiko adalah penyanyi terkenal di Jepang, dan ini adalah pengalaman pertamanya dalam menyutradarai dan menulis film)
Mengenai hal yang menyenangkan adalah proses pembuatannya dari saat menulis hingga syuting. Semua yang terlibat disini sangat luar biasa, mereka memberikan support sangat sangat banyak kepada ku
Pada akhir cerita , aku bisa melihat dan merasakan adegan itu melibatkan perasaan dan emosi banyak orang yang terlibat . Pada proses pembuatan musik untuk film adalah saat membaca skrip, lalu membayangkan adegan demi adegan yang akan terjadi nanti saat proses syuting
Q: Apakah ada pesan tertentu dari ceritamu?
Seiko Matsuda : “Everything is love for humanity”. Aku ingin mengekspresikan semua cinta, banyak ragamnya. Ada cinta antara anak dan ibunya, perempuan dan laki-laki. Sangat banyak.
Ciri khas budaya Jepang dalam ceritaku adalah bagaimana cara orang jepang yang sangat punya tradisi yang khas menyampaikan perasaan cintanya. Semua hal inilah yang terekspresikan pada film ini
Baca juga :Panduan Folklore Season Kedua Yang Tayang 14 November