Satu lagi sosok ikonik horor lawas Hollywood kembali untuk menghibur para penonton di tanah air. Setelah minggu lalu kedatangan aksi brutal terbaru Michael Myers (Halloween Kills, baca reviewnya di sini-red) kali ini giliran sosok boogeyman bertangan kait, Candyman, dalam film terbarunya, Candyman (2021).
Perlu dinformasikan sebelumnya, Candyman (2021) mengambil sekitar 30 tahun setelah peristiwa film horor asli, mengabaikan insiden dalam sekuel Farewell to the Flesh (1995) dan Day of the Dead (1999), yang semuanya dibintangi Tony Todd sebagai penjahat tituler. Film baru ini berkisah tentang Anthony McCoy (diperankan Yahya Abdul-Mateen II), seorang seniman Chicago yang kemudian terobsesi dan dihantui oleh legenda Candyman dari lingkungan Cabrini-Green.
Dalam franchise Candyman sudah bukan rahasia lagi kalau core kisahnya adalah konsekuensi mengenaskan yang dialami para korban saat mengetahui bahwa urban legend yang awalnya mereka kira sekadar takhayul ternyata sungguhan. Urban legend ini menyebutkan bahwa jika seseorang berdiri di depan cermin dan menyebutkan “Candyman” sebanyak 5 kali, ia akan muncul dan membunuh si pemanggilnya.
Berangkat dari premis inilah saga horor ini berkembang menjadi sebuah franchise, dengan fokus investigasi individu-individu yang penasaran dan ingin tahu banyak tentang hal itu. Dan, sejak kemunculan pertamanya di tahun 1992 hingga kemunculan dua sekuelnya, franchise Candyman tidak melenceng jauh dari formula awal tersebut untuk membuat penggemarnya takut-takut senang.
Berkenaan dengan Candyman baru ini, DaCosta bersama timnya masih mengusung formula yang kurang lebih sama. Namun, seraya mengapus kontinuitas dua sekuel dari film pertamanya, sang sineas mencoba memberikan esensi baru pada saga ini sambil di kesempatan yang sama memberikan banyak penghormatan pada fans film orisinalnya. Sajian baru ini punya pendekatan, tone, dan treatment yang berbeda dari film pertamanya.
Sekuel langsung dari film klasiknya di tahun 1992, Candyman 2021 mencoba untuk mengukir identitasnya sendiri selain berfungsi sebagai babak kelanjutan dari film orisinalnya. Namun, hasilnya bisa dibilang ada di persimpangan keduanya. Sebagai sekuel, film ini tidak memperbaiki yang asli dengan cara, bentuk, atau bentuk apa pun. Dan sebagai standalone sendiri, sajiannya memunculkan banyak pemikiran dan banyak pertanyaan yang perlu diolah lebih lanjut untuk memberikan sajian yang memuaskan.
Terlebih seperti tadi sudah disinggung sebelumnya, kentara benar pihak kreator berusaha memoles ulang mitologinya agar bisa pas dengan cerita miliknya sendiri. Dan, meskipun itu bukan keluhan, skrip adalah letak masalahnya, karena seperti tidak memiliki prioritas yang diselesaikan. Itu penuh dengan terlalu banyak ide serta tema dan mencoba untuk menutupi semuanya dalam runtime yang terbatas, sehingga menghasilkan narasi yang terkesan terlalu padat dan kurang matang.
Untuk sisi positifnya, citarasa visual DaCosta yang tinggi membuat film ini memiliki beberapa scene yang impresif. Seperti scene adegan kematian salah satu karakter yang terlihat artistik dan jarang disajikan di banyak film lainnya, sembari tetap memberikan kesan ngeri yang dibutuhkan.
Jajaran pemainnya pun bermain baik dengan apa yang diberikan kepada mereka meski mungkin akan lebih baik jika mereka memiliki lebih banyak materi untuk dikerjakan. Film ini terlihat dan terdengar solid tetapi tidak memiliki kualitas imersif dan memikat yang dimiliki pendahulunya.
Secara keseluruhan, Candyman Seperti reboot Halloween yang dibuat Blumhouse baru-baru ini. Candyman mampu mengambil formula film klasiknya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru seraya signifikan dengan situasi realitas masa kini.
Ini menguraikan lebih lanjut tentang beberapa elemen yang diceritakan dari film pertama, sementara juga lumayan menghibur, tajam (dalam hal menyinggung permasalahan sosial masa kini-red), dan mampu menjaga aura kengeriannya. Minus utamanya adalah kadang-kadang film ini terasa agak terlalu turunan dari aslinya, dan editingnya yang sedikit mengganggu (melompat-lompat ke karakter lain-red) bisa menjadi cerita yang agak canggung – tetapi setiap adegan bekerja seperti yang dimaksudkan Pada akhirnya, Candyman tidak sempurna – tetapi memang begitulah seharusnya reboot dilakukan, dan bisa dikatakan sebagai salah satu reboot terbaik yang pernah dibuat sejauh ini. Ini mungkin bukan yang paling orisinal, tetapi sangat unik.
Film Candyman dapat disaksikan di bioskop tanah air