Review Seobok kali ini membahas dari segi isyu kloning yang termuat dalam film ini, beserta pengembangan karakter sehingga tercipta bromance. Apakah sesuai dengan ekspektasi?
Seobok bisa jadi menjadi salah satu film yang ditunggu-tunggu di indonesia, semenjak posternya beredar di sosial media , serta digadang-gadangkan akan tayang pada bulan Desember 2021.
Melalui trailer yang memikat, penantian yang cukup panjang sejak masa pemberitaan awal rencana tayang tersebut (kira-kira 5 bulan) , tak bisa dipungkiri maka di Indonesia seolah mendapatkan keistimewaan tersendiri, karena telah dapat menonton lebih awal.
Baca juga :Latar Belakang Di Balik Pembuatan Seobok
Tanggal 15 April 2021 ini adalah penayangan resmi reguler Seobok dan berikut adalah beberapa catatan sebagai review Seobok.
1.Sejak awal telah disampaikan bahwa tema film ini membahas mengenai isyu kloning. Sebuah isyu yang menarik perhatian , serta membawa diskusi mendalam tersendiri bagi yang ingin membahasnya dengan detil.
Berdasarkan asumsi ini, maka ekspektasi awal adalah ditakutkan alur film ini menjadi lebih ke arah menceramahi atau memberikan solusi “awang-awang” , sehingga penonton dibawa berpikir terlalu berat. Namun ternyata ekspektasi ini tidak terlalu terwujud , karena walaupun ada pesan-pesan moral dan terlihat alur pendapat penulis naskah film ini. Semuanya dikembalikan kepada pertimbangan penontonnya. Jika ada yang merasa mendapatkan pesan moral ini, iya akan menyampaikannya kepada yang lain, namun tidak akan sampai menimbulkan perdebatan sengit atau berkepanjangan , karena ringannya pesan yang diberikan.
Justru penonton lebih banyak dibawa kepada aksi-aksi lain yang memikat yang menggunakan CGI khusus , menampilkan kekuatan yang dimiliki Seobok. Kekuatan yang unik, tidak menakutkan namun malah terkesan mendekati ramah dan memberikan sesuatu hal yang baru.
Namun ibarat pepatah, jangan melihat dari kulit luar saja, ternyata kekuatan yang terkesan tidak menakutkan dan ramah ini , bisa berbalik menjadi sesuatu yang lain dan jauh berbeda. Dalam satu adegan , hal ini di ekspresikan dengan baik oleh Gong Yoo, seolah mewakili kekagetan akan sesuatu yang pada awalnya terkesan lembut, dapat berubah menjadi beringas dan juga brutal.
Adegan-adegan ini memang membuat alur cerita sontak berubah ritmenya , dari beralur lembut dan agak dramatis menjadi campuran adegan bergenre thriller dengan tetap ditemani adegan aksi yang membuat penontonnya enggan beranjak .
2. Bromance , merupakan salah satu faktor atau unsur yang akan banyak ditemukan dalam film ini. Sebagaimana telah disampaikan dalam konferensi persnya.
Maka kali ini penonton dapat menyaksikan, bagaimana pengembangan karakter dari dua orang yang sama sekali tidak memiliki kaitan apapun dan terjebak dalam sebuah situasi hidup dan mati , berubah menjadi dekat dan belajar saling memahami , pada akhirnya harus berada di sebuat keputusan yang menentukan masa depan umat manusia. Ekspektasi yang diharapkan oleh penonton dan juga para penggemar Park Bo Gum dan Gong Yoo, tentunya teramat tinggi dan pada akhirnya memang pilihan agar kedua aktor ini yang memerankan , tidaklah salah pilih.
Jika dalam ide awal Seobok direncanakan dalam sosok karakter seorang perempuan, namun kemudian dalam proses pengembangan ceritanya berubah menjadi sosok laki-laki. Maka Park Bo Gum, mampu memerankan kerentaan yang ada dalam karakter seorang perempuan saat menghadapi kehidupan yang berbeda jauh dari yang selama ini dialaminya , dengan setumpuk pertanyaan-pertanyaan naif , polos namun juga lembut. Gong Yoo sendiripun mampu memerankan karakter Ki-hun yang kemudian memperlakukan karakter Seo Bok, layaknya seorang sosok laki-laki memperlakukan sosok yang lembut , setelah mengenalnya lebih jauh.
Demikan review Seobok dilihat dari sudut pandang isyu kloning dan bromance, yang sudah bisa ditonton hari ini , tayang reguler di bioskop di Indonesia .