Belum lama ini dunia film Asia dan dunia dikejutkan dengan kabar meninggalnya aktris papan atas Jepang Yuko Takeuchi. Menurut kabar yang dilansir, aktris berusia 40 tahun itu ditemukan tak sadarkan diri di tempat kediamannya di Tokyo oleh keluarganya dan dikonfirmasi tak bernyawa lagi di rumahsakit. Berdasarkan penyelidikan pihak kepolisian setempat, ditengarai penyebab kematiannya adalah tindakan bunuh diri. Sudah bukan rahasia lagi tidak jarang tindakan bunuh diri diambil seseorang sebagai cara mudah dalam mengatasi permasalahan hidup yang dihadapinya. Namun, apa yang terjadi bila tema bunuh diri ini dikembangkan menjadi sebuah film drama kehidupan yang menggelitik? Hal itulah yang dihadirkan dalam film asal negeri ginseng yang berjudul Castaway on the Moon ini.
Dikarenakan tidak kuat lagi menanggung beban hidupnya, seorang pegawai kantoran bernama Kim Seong-geun (Jung Jae-young) memutuskan untuk bunuh diri dengan cara terjun dari jembatan untuk tenggelam di kedalaman Sungai Han. Namun, bukannya tenggelam, Kim yang saat terjun hilang kesadarannya malah dihanyutkan aliran sungai Han ke sebuah pulau kecil.
Kim kemudian terbangun dan mendapati dirinya terdampar di sebuah daratan asing berpasir. Waktu mulai mengenali bahwa ia hanya terhanyut ke sebuah pulau tidak bernama, Kim menjadi panik, pasalnya, meski dekat kota, pulau itu letaknya terpencil dan ia tidak bisa menghubungi siapapun dari sana. Hal itu diperparah dengan fakta bahwa dirinya bisa terhanyut merupakan kebetulan yang baginya menjengkelkan, karena terungkap bahwa Kim tidak bisa berenang sama sekali.
Sempat merasa putus asa, hal itu sampai membuat Kim lupa dengan niatnya untuk mengakhiri hidupnya. Justru sebaliknya, jiwa penyintasnya muncul. Semangat bertahan hidupnya malah kembali. Kim mulai beradaptasi dan makin hari malah makin nyaman dengan lingkungan barunya.
Tanpa sepengetahuan dirinya, segala gerak gerik Kim diam-diam diamati oleh seorang gadis hikikomori, Kim (Jung Ryeo-won), yang secara tidak sengaja memergokinya, saat sang gadis tengah melakukan hobinya, memotret Bulan. Keduanya lalu mulai saling bertukar pesan dengan cara yang unik, setelah upaya Kim agar dirinya “bisa ditemukan”, sukses menginspirasi sang gadis untuk berkomunikasi dengannya.
Awalnya berjalan lancar, kendala mulai terjadi saat sebuah badai lokal yang terjadi di pulau itu menghancurkan ladang jagung dan segala benda yang sudah dikumpulkan, yang kemudian diikuti dengan keberadaan Kim diketahui oleh sekelompok pegawai kebersihan, menyebabkan jalinan komunikasi antara keduanya mendapat ancaman besar. Lantas bagaimana kelanjutan interaksi antara dua pribadi terisolir ini?
Sejatinya, stigma bunuh diri dan fobia serius tertentu sangat sulit dijadikan materi ideal untuk sebuah film drama komedi, namun empati sineas Hae-jun terhadap dua tokoh utama dengan karakteristik tidak biasanya ini berhasil menghidupkan nuansa humor tersendiri di film ini. Dikemas secara artistik (dalam film ini Hae-jun menyisipkan beberapa adegan surreal) dan sinematografi yang menawan, membuat film yang boleh dikata minim dialog ini memiliki mutu di atas rata-rata.
Castaway on the Moon tidak mencoba untuk menjadi film yang sempurna, namun justru di situlah letak daya tariknya, di mana tema kekosongan yang dirasakan oleh para tokoh sentralnya dapat hadir secara gamblang di sini. Dua pemain utamanya: Jae-young dan Ryeo-won bisa dikatakan berhasil membentuk chemistry yang lumayan apik.
Castaway on the Moon diawali dengan percobaan bunuh diri, tetapi pada akhirnya merupakan perayaan kehidupan. Melalui studi intensif terhadap dua karakter, fetishsasi ekstrem terhadap makanan dan objek lain yang disukai karakter ini dan Lee Hae-jun mengubah apa yang yang sejatinya materi kisah rom-com sederhana dengan kisah moralitas ini menjadi komedi eksistensial yang menimbulkan pertanyaan universal bagi masyarakat pelbagai usia. Castaway on the Moon adalah paket tontonan yang sangat menghibur bagi orang banyak dan memberikan aura positif dalam menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini.