Dokumentasi terbaru Netflix berjudul Pandemic telah rilis tepat ketika virus baru yang menakutkan menyebar di kehidupan nyata pada saat ini.
Sementara coronavirus mendominasi berita utama, docu-series Netflix yang terdiri dari enam bagian ini menjabarkan seberapa siap (atau tidak) dunia menghadapi pandemi baru.
Cara Mencegah Wabah dimulai dengan sebuah teori: bahwa kita akan tertular virus mematikan yang bergerak cepat. 100 tahun lalu, virus influenza menewaskan sebanyak 50 hingga 100 juta orang, ketika populasi global saat itu berjumlah dua miliar.
Kini terdapat hampir delapan miliar orang di dunia. Pakar medis, Dr. Dennis Carroll, direktur USAID, mengatakan: “Ketika kita berbicara mengenai pandemi flu, ini bukanlah masalah “jika,” melainkan “kapan.””
Pada saat ini, jumlah kematian akibat coronavirus berjumlah hampir 9000 orang. Virus ini telah menyebar ke sebanyak 28 negara, dan jumlah global dari kasus yang dikonfirmasi adalah kurang lebih 221,891 kasus.
Tidak hanya hilangnya nyawa, pandemi telah menyebabkan gangguan luas ke pasar keuangan, tempat kerja, pola penerbangan dan produksi makanan.
Lewat Pandemic, pemirsa akan disadarkan mengenai risiko virus misterius yang bergerak cepat. Tapi jangan biarkan faktor ketakutan membuat Anda enggan menonton doku-seri ini. Pandemic juga informatif, inspiratif, dan menakjubkan secara visual.
Diproduksi oleh Zero Point Zero Productions, kreator dibalik doku-seri Anthony Bourdain, film ini memperkenalkan kepada para pemirsa berbagai karakter dengan cerita-cerita yang terus berkembang.
Para pahlawannya adalah ilmuwan, dokter, dan pakar bencana. Film ini menyorot Dr Syra Madad ketika ia mencoba untuk membuat sistem rumah sakit di Kota New York dan siap menghadapi pandemi mematikan, meskipun ada pemotongan anggaran. Lalu film ini juga mengikuti Jake Glanville dan Sarah Ives, dua ilmuwan yang mencoba membuat vaksin flu one-shot global yang dapat mereka sediakan secara gratis bagi orang-orang di negara-negara berkembang. Kemudian film ini beralih ke Jaipur dan berkunjung ke bangsal rumah sakit yang penuh sesak dengan Dr. Dinesh Vijay, dan menuju ke pasar unggas Vietnam bersama Dennis Carr
Andai kata terdapat villain, maka itu bukan hanya virusnya sendiri, tetapi juga informasi salah yang sering menyebar bersama-sama dengan pandemi.
Para ahli memperingatkan dunia ‘sangat tidak siap’ untuk pandemi di masa depan
Dengan menggunakan teknik yang mirip dengan Contagion, plot-nya berkembang menyoroti situsi dan krisis di seluruh dunia – dari ICE yang mengadakan kamp di perbatasan AS ke rumah sakit daerah yang kekurangan dana di Oklahoma, hingga protes oleh para anti-vaxxers di Oregon, hingga perjuangan di Kongo untuk menampung virus Ebola.
Pengabdian para tenaga medis yang bekerja di ladang perang melawan virus patut mendapatkan perhatian.
Banyak dari petugas medis meninggal dan terbunuh ketika melawan virus Ebola di Afrika. Di belahan dunia lain, Para dokter India berjuang di rumah sakit yang penuh sesak menghadapi 1.000 pasien miskin sehari yang terpapar gejala flu babi serius.
Ada pula para sukarelawan yang mengantarkan suntikan flu di perbatasan, para dokter yang bekerja terlalu keras dan jarang bertemu dengan anak-anak mereka sendiri, para ilmuwan ambisius yang mencari vaksin saat bekerja di luar jam kerja – semua itu menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dalam sistem yang kuat dengan dana layak, didukung oleh kerjasama dari pemerintah dan warga negara dapat membuat kemajuan yang signifikan.