Sutradara Rako Prijanto kembali menghadirkan sekuel dari film Teman Tapi Menikah (2018) , dengan judul Teman Tapi Menikah 2. Duo pasangan yang berhasil mendapatkan penghargaan dalam ajang festival Indonesian Movie Actors Award untuk Pemeran Pasangan Terfavorit, yaitu Adipati Dolken dan Vanesha Prescilla, kali ini tidak kembali berpasangan , karena Vanesha Prescilla diganti pemerannya oleh Mawar Eva De Jongh .
Hal ini tentunya memberikan nuansa baru bagi sekuel film Teman Tapi Menikah 2, yang merupakan adaptasi dari novel yang ditulis oleh Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion dan merupakan kisah hidup mereka berdua sebagai pasangan kekasi berlanjut menjadi suami istri.
Film ini menceritakan moment-moment disaat sebuah keluarga yang baru terbangun, dan masih menata mimpi-mimpi bersama, mendadak harus mempersiapkan diri menerima kehadiran anak.
Dalam beberapa scene digambarkan masing-masing pribadi harus berusaha mengatur gejolak emosi diantara diri sendiri maupun diri mereka berdua, mengatur diri sendiri menjadi pasangan yang harmonis hingga rasa kebingungan yang melanda karena banyak saran dan pendapat dari orang=orang terdekat mengenai cara mempersiapkan diri yang terbaik menjadi pasangan yang harmonis dan sekaligus orang tua yang ideal bagi snak mereka.
Pendapat yang berbeda-beda membuat pasangan ini akhirnya memutuskan untuk menjalani dengan cara mereka sendiri. Nah, disinilah dialog-dialog hingga perbuatan menjadi alur cerita yang menarik untuk ditonton. Dibalut dengan unsur komedi, film ini mampu memberikan edukasi namun tetap ringan bagi para penonton.
Adapun Mawar Eva De Jongh pada pariah waktu awal memang terlihat masih kaku aktingnya , saat berpadu dialog dengan Adipati Dolken, namun perlahan-lahan ikatan emosi terlihat mulai menyatu dan puncaknya di paruh akhir film baru terlihat “chemistry” nya. Hal ini tentunya mau tak mau menjadi perhatian para penonton film ini, karena jika dibandingkan dengan film pertamanya , akting Adipati Dolken dengan Vanesha Prescillia terlihat bagaikan sepasang kekasih (sebagaimana dalam kehidupan nyata).
Namun terlepas dari beberapa kekurangan minor ini, film ini mampu memberikan pandangan lebih mendalam mengenai kehidupan berumah tangga sepasang pengantin baru dan juga perasaan hingga emosi yang dialami oleh seorang perempuan yang baru pertama kali hamil.
Film ini memang cocok ditonton bagi pasangan yang telah stap menjalani bahtera rumah tangga dan pasangan orang tua yang hendak mendapatkan momongan. Saat berumah tangga, hal-hal sepele yang basa dilakukan, dapat membuat pasangannya pusing tujuh keliling hingga marah. Jika mengikuti emosi dan tanpa pengertian, memang dapat menimbulkan perpisahan, namun jika dilandasi dengan pengertian dan kesepakatan akan keinginan bersama membangun sebuah keluarga, maka semua hal-hal sepele yang menjengkelkan pasangan damat diktası beraam, asalken kuncinya adalah saling terbuka dan berkomunikasi mengungkapkan perasaan masing-masing terhadap pasangannya.
Banyak adegan-adegan yang dapat membuat penonton baper sehingga bereaksi pada tampilan gambar di depannya seperti menangis, tertawa hingga turut mengomel. Film ini memang dapat dikatakan mampu menyentuh perasaan penontonnya.
Melalui sulitnya masa kehamilan hingga fase melahirkan yang tergambarkan dalam film ini, maka kini menjadi jelas pulalah mengapa pasangan Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion , selalu tidak menjawab secara jelas, jika ditanyakan kapan akan ada ancak kedua. Serta pemilihan nama Sekala yang unikpun , mendapatkan jawabannya melalui film ini.
Melalui film ini, sang sutradara Rako Prijanto tidak terlalu banyak melakukan perubahan cerita dari novelnya , hal ini berbeda dengan film yang pertama yang banyak mengalami perombakan , menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. (cinemags/NutyLaraswaty)