Film The Tomorrow War adalah film terbaru Chris Pratt, aktor komedi yang kini bak terlahir kembali menjadi aktor film aksi papan atas pasca memerankan Peter Quill alias Star Lord di saga MCU. Film aksi fiksi ilmiah yang juga bertema time travel ini disutradarai oleh Chris McKay.
Dibuka dengan situasi di bulan Desember 2022, seorang guru biologi yang juga mantan pasukan khusus militer, Dan Forester (Chris Pratt) tengah menantikan kabar mengenai kemungkinan ia mendapatkan pekerjaan bergengsi sebagai peneliti, sambil menyaksikan pertandingan sepak bola ajang Piala Dunia.
Dan kemudian dikabari bahwa ia gagal mendapatkannya. Saat tengah ditenangkan oleh sang istri Emma (Betty Gilpin) dan putrinya Muri (Ryan Kiera Amstrong), mereka menyaksikan peristiwa tak terduga di layar televisi. Sepasukan tentara dari masa depan tiba-tiba muncul melalui sebuah portal di tengah-tengah pertandingan membawa kabar mengejutkan. Bahwa 30 tahun dari sekarang, manusia terancam punah karena invasi makhluk luar angkasa ganas yang disebut the Whitespikes.
Sejak itu, para anggota militer seluruh dunia dikirim ke masa depan, namun karena hanya sedikit yang selamat, perekrutan besar-besar diberlakukan di seluruh dunia, dan Dan menjadi salah satu rekrutan itu. Dari sinilah konflik yang kompleks mulai dihadapi Dan, terutama saat ia mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan alasan mengapa ia bisa terpilih ke dalam misi ini. Apakah umat manusia dapat mengalahkan ras alien ganas ini?
Menyaksikan film The Tomorrow War bagi penulis ibarat menyaksikan perpaduan elemen antara Battle of Los Angeles, Starship Troopers, Edge of Tomorrow, Gantz, dan sedikit elemen Interstellar. Dibandingkan dengan film-film bertema time travel lainnya yang sudah lebih dulu hadir, film The Tomorrow War menurut pengamatan pribadi menawarkan konsep yang lumayan menarik, meski sejatinya bukan perihal yang belum pernah diangkat sebelumnya. Salah satunya yakni perihal bahwa perjalanan waktu yang dilakukan mengirim orang ke masa depan bukan kembali ke masa lalu, yang lebih banyak dipilih di film-film lainnya.
Paparan paruh pertama filmnya juga berhasil menambah greget pertumbuhan dan pengupasan konflik yang menjadi subplot utama di film ini, menjadikan eksekusinya di sini cukup berhasil mengaduk emosi di sesi klimaksnya. Untuk adegan aksinya sendiri, lumayan tergarap baik, dan banyak yang bisa dinikmati, baik itu berkenaan dengan sosok alien dan eksplorasi mengenainya, maupun adegan perangnya.
Sayangnya, untuk babak konklusinya menjadi salah satu kekurangan film ini, yang ibarat terkesan digampangkan. Meski menariknya, tidak seperti kebanyakan IP baru yang apabila memungkinkan membuka kesempatan bisa melangkah ke babak sekuel syukur-syukur mampu melahirkan franchise baru, tidak terlihat kecenderungan ke arah sana, di sini.
Sejatinya, film The Tomorrow War secara tema dan storyline tidak terlalu istimewa, namun dari kualitas jajaran pemainnnya, sajiannya sangat terbantu oleh performa pemainnya. Meski Pratt masih menanggung beban paling besarnya, namun jajaran pemain pendukungnya seperti JK Simmons, Yvonne Strahovski, Gilpin, Sam Richardson, Edwin Hodge mampu memberikan dorongan yang cukup untuk membuat film ini tidak seperti one show Pratt semata.
Secara keseluruhan, film The Tomorrow War adalah tontonan aksi mengasyikkan yang bisa dibilang lumayan ringan. Walaupun ceritanya mudah ditebak (termasuk juga siapa karakter yang akan bertahan hidup, ataukah tidak), namun pengeksekusian atas skripnya yang dapat dilakukan secara apik, membuat film ini sedikit lebih baik dari film-film sejenisnya, baik itu yang mengetengahkan unsur time travel maupun invasi alien di Bumi.
The Tomorrow War dapat disaksikan secara on demand di sini