Batman V Superman: Dawn of Justice, atau sebenarnya adalah Superman V Batman: Down of Justice, merupakan film superhero yang paling ditunggu oleh penggemar DC Comics maupun penggemar film selama bertahun – tahun. Tentu saja, ekspektasi para penggemar sangatlah tinggi karena film ini memiliki berbagai unsur unsur – unsur yang sebelumnya tidak ada di film DC Comic lainnya, terutama dalam film Box Office. Penampilan Batman yang baru dan jauh berbeda dari Batmannya Christopher Nolan, kemunculan perdana Wonder Woman setelah bertahun – tahun tidak tampil di ranah Box Office, kehadiran Lex Luthor yang bisa dibilang berbeda dari penampilan aslinya yang seharusnya botak, semuanya membuat penonton ingin melihat hal – hal baru dan menjanjikan ini. Tapi, sayangnya, ekspektasi itu harus disimpan untuk film – film DCEU berikutnya.
Harapan terbesar bagi semua penonton adalah bagaimana sekuel dari Man Of Steel ini bisa menjadi awal terbentuknya Justice League untuk ke depannya. Selain itu, pertempuran antara Batman dan Superman pun juga merupakan hal yang paling dinantikan oleh para penggemar DC Comics karena sebelumnya belum pernah ada film – film Box Office yang mengangkat pertempuran antara kedua superhero legendaris ini. Tentu saja semuanya berharap kepada sang sutradara berpengalaman, Zack Snyder yang sudah menciptakan film 300 dan Watchmen sebelumnya. Melihat jejak pengalamannya akan film superhero semacam Watchmen, kita tentu berekspektasi bahwa film Batman V Superman akan membawakan nuansa yang berbeda dari film superhero lainnya. Tapi, nuansa yang dijanjikan dan ekspektasi para penonton yang tinggi tidak bisa terpenuhi sepenuhnya karena pemolesan yang kurang baik.
Dari segi dialog, benaran terasa amat kaku di hampir semua bagian, terutama ketika bagian – bagian awal. Bagian awal seharusnya bisa membangkitkan rasa penasaran penonton. Tapi, yang didapat hanyalah sebuah rasa hambar dari setiap shot dan adegan yang ditunjukkan. Mood yang mau dibangun di bagian awal benar – benar tidak terasa. Jika mood yang mau dibangun bisa dipoles dengan baik, pasti kita bisa merasakan emosi yang kuat antar pemain. Tapi, karena jeleknya dialog yang ada, kita tidak dapat merasakan emosi yang mau dibangun.
Motivasi setiap karakter juga kurang kuat. Malahan, motivasinya jauh lebih lemah daripada para penjahat yang dikalahkan oleh Batman di film ini. Motivasi Batman ingin mengalahkan Superman tidak terlalu kuat. Jika memang benaran kuat, dia pasti berusaha membangun Bat Armor dari awal, bukan hanya ketika Kryptonite baru ditemukan. Proses pembuatan Bat Armor pun terlalu mendadak, seperti karakter game yang memasang cheat Body Armor instan. Terlalu banyak motivasi yang lemah di film ini sampai saya sendiri malas untuk mengetik banyaknya kelemahan motivasi.
Walaupun begitu, akting para superhero di sini terlihat cocok untuk perannya masing – masing. Batman yang kejam dan brutal serta misterius, sangat berbeda dari Batman yang kita kenal selama ini. Permasalahannya adalah di film ini Batman tidak tereksplor dengan baik. Jika bisa diperdalam ceritanya dan dipoles dengan lebih matang, pastinya Batman akan menjadi lebih Badass daripada sahabatnya, Superman.
Superman masih sama seperti di Man Of Steel. Kharisma manusia baja dari Kripton yang dipancarkan masih bisa terasa oleh penonton. Setidaknya penampilan Superman di sini jauh lebih baik dari Man Of Steel. Karakterisasinya cukup terasa di sepanjang film. Sayangnya, motivasinya melawan Batman juga tidak sekuat dirinya ketika bertarung. Tidak terlalu kelihatan kenapa ia bisa benar – benar membenci Batman selain karena brutal.
Bintang baru yang membuat film ini menjadi menarik adalah Lex Luthor dan Wonder Woman. Walaupun baru pertama kali muncul, tapi mereka bisa memberikan penampilan yang istimewa dan membuat penonton jatuh cinta kepada mereka. Walaupun Lex Luthor berbeda dari komiknya dan lebih terlihat seperti karakter Joker, setidaknya dialah yang membuat film ini menjadi lebih menarik dengan aktingnya yang benar – benar seperti psikopat gila. Penampilan Wonder Woman juga bisa dibilang Badass. Walau muncul di pertengahan akhir, aksinya membuat pertarungan yang ada menjadi lebih menarik. Kita juga bisa melihat bahwa Gal Gadot benar – benar memasuki peran Wonder Woman yang senang bertarung di sini.
Secara visual effect, film ini bisa dibilang cukup keren. Visual effect khas Snyder yang berwarna gelap dan kelam benar – benar terpakai maksimal di film ini. Ciri khas Snyder membuat film ini memiliki ciri khas tersendiri dalam penggunan CGI. Nuansa yang dibangun menjadi terlihat lebih serius. Doomsday pun ditampilkan dengan baik di film ini, hampir terlihat mirip dengan versi komiknya.
Soundtrack hasil kolaborasi Hans Zimmer dan Junkie XL membuat film ini menjadi lebih dramatis. Soundtrack yang diberikan membuat jantung berdebar dan membuat suasana pertempuran yang ada menjadi terlihat lebih tegang. Penggunaaan soundtrack juga cocok untuk menggambarkan setiap karakter yang ada di film ini. Sekali lagi, Hans Zimmer dan Junkie XL benar – benar memberikan soundtrack yang luar biasa.
Aksi yang diberikan di film ini benar – benar SUPER! Walaupun setiap adegan dialog terasa seperti nasi goreng tanpa bumbu – bumbu utama, ketika sudah memasuki adegan aksi, nasi gorengnya menjadi spesial dan gila. Jika saja kehambaran dialognya bisa dipoles lebih baik, emosi yang dirasakan pasti lebih terasa ketika adegan aksi dimulai. Entah siapapun yang beraksi, semuanya beraksi maksimal di film ini.
Untuk pertempuran Batman dan Supermannya sendiri, sudah cukup memuaskan. Batman yang taktis benar – benar terasa di pertempuran ini. Superman yang lemah akan Kryptonite pun dipertunjukkan seberapa lemahnya dia. Tapi, jika diperhatikan baik – baik, ternyata adegan ini cuma sebentar dan disayangkan. Malahan, adegan terakhir melawan Doomsday yang menjadi perhatian utama. Sungguh tidak sesuai judul. Walaupun pertarungan melawan Doomsdaynya luar biasa, judul yang diberikan membuat para penonton salah fokus.
Secara keseluruhan, Batman V Superman: Dawn Of Justice seharusnya berganti judul ke Man Of Steel 2: Dawn Of Justice. Karena fokus yang lebih didapat di sini adalah Superman itu sendiri, bukan Batman. Jika hanya mengeksplor sisi Supermannya saja, kemungkinan film ini akan lebih maksimal. Cerita yang disajikan juga tidak akan lompat – lompat ke sana kemari dan akhirnya menjadi terlalu numpuk. Perhatian penonton juga menjadi pecah karena terlalu banyak backstory yang dieksplor di dalam sebuah film berdurasi dua setengah jam. Kalau backstory setiap karakter baru ditampilkan di sekuel berikutnya, itu lebih baik. Secara aksi dan visual effect, DC Comics sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Tapi, secara cerita, masih harus belajar mengeksplor lebih dan jangan terlalu terburu – buru. Batman V Superman hanya bisa dimaafkan karena adanya aksi yang luar biasa. Harapannya, jangan sampai film – film DC Comics berikutnya lebih menjurus ke film aksi mainstream yang hanya mengandalkan visual effect dan aksi tanpa cerita yang dalam.
Overall Score: 8/10